Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MENDAMBAKAN buah hari dalam pernikahan tentunya menjadi impian hampir setiap pasangan suami istri. Namun masalah kesuburan atau fertilitas tidak hanya dialami oleh perempuan. Pria juga bisa mengalami hal tersebut.
Secara klinis, infertilitas pria diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang yang memiliki sistem reproduksi pria untuk membuahi pasangan seksualnya yang memiliki sistem reproduksi perempuan.
Barrett Cowan, MD, ahli urologi reproduksi jaringan CCRM Fertility dan salah satu pendiri Posterity Health, mengatakan ketidaksuburan pria diwakili penurunan jumlah sperma atau penurunan kualitas sperma.
Baca juga : Kematian Kanker pada Pria Diperkirakan Meninggkat Hingga Tahun 2050
"Dalam 10% kasus yang kami lihat, pria dengan infertilitas didiagnosis dengan kondisi kesehatan lain yang mendasarinya," jelasnya.
Penelitian menunjukkan sekitar 50% pasangan yang tidak dapat hamil diperkirakan akibat infertilitas pria.
"Selama ini ada kecenderungan untuk berfokus pada pasangan perempuan dalam hal ketidaksuburan," Dr. Dubin menjelaskan, "tetapi pria juga bisa mengalami ketidaksuburan."
Baca juga : Dua Teknologi Ini Tingkatkan Keberhasilan Bayi Tabung
Infertilitas pada pria bisa disebabkan oleh berbagai macam hal, mulai dari hal yang disebabkan oleh kendali diri sendiri seperti merokok ataupun vaping. Tetapi masalah genetik juga bisa menjadi penyebab infertilitas.
Masalah genetik ini biasanya mempengaruhi proses kerja organ reproduksi seperti adanya penyumbatan sperma.
Infertilitas dapat diatasi dengan cara yang dianjurkan dalam pengobatannya. Rekomendasi seperti terami hormon, prosedur pembedahan, hingga membatasi diri dalam penggunaan rokok atau vape untuk gaya hidup. Melakukan analisis untuk pengobatan lebih lanjut pun bisa dilakukan untuk mengatasi infertilitas. (Parents/Z-3)
Journal of the American Heart Association mengungkapkan fakta mengejutkan: sindrom "patah hati" atau kardiomiopati takotsubo justru lebih mematikan bagi pria.
Sebuah studi internasional terbaru mengungkapkan alasan ilmiah mengapa pria dan wanita mengalami risiko, gejala, serta hasil kesehatan yang berbeda dalam menghadapi penyakit
Para ilmuwan menemukan penurunan risiko ini mungkin berbeda antara pria dan perempuan. Jadi siapa yang perlu berolahraga lebih banyak?
Sindrom patah hati bukan hanya istilah puitis. Sebuah studi medis terbaru membuktikan bahwa kondisi ini benar-benar bisa menyebabkan kematian—dan pria ternyata jauh lebih rentan.
Pria dalam penelitian ini, 45,4 persen diklasifikasikan sebagai penderita obesitas, dan hampir sepertiga memiliki kondisi pradiabetes 29,2% dan prahipertensi 31,1%.
Sebuah studi dari National Institute of Cardiology di Warsawa menemukan pria yang sudah menikah memiliki risiko 3,2 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan pria lajang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved