Headline
Pemerintah tidak cabut IUP PT Gag Nikel.
Pemanfaatan digitalisasi dilakukan untuk mempromosikan destinasi wisata dan meningkatkan pengalaman wisatawan.
BUMI berhenti berputar adalah skenario yang sangat tidak mungkin terjadi karena tidak ada kekuatan alami yang dapat menghentikan rotasi Bumi secara tiba-tiba.
Namun, secara teoritis, ada beberapa faktor yang secara perlahan dapat memperlambat rotasi Bumi, meskipun hal ini akan memakan waktu miliaran tahun.
Gaya tarik gravitasi antara Bumi dan Bulan menciptakan gaya pasang surut. Tarikan ini tidak hanya mempengaruhi air lautan, tetapi juga Bumi itu sendiri. Gaya pasang surut ini menyebabkan gesekan pasang surut (tidal friction), yang secara perlahan memperlambat rotasi Bumi.
Baca juga : Refleksi Hari Ozon, Mengenang Krisis Atmosfer 1984 saat Mulai Tipis Sepertiga
Saat ini, rotasi Bumi melambat sekitar 1,7 milidetik per abad. Dalam miliaran tahun, ini bisa membuat Bumi berotasi lebih lambat dan akhirnya terkunci secara gravitasi (tidal locking) dengan Bulan, seperti halnya Bulan yang saat ini terkunci dengan Bumi, sehingga selalu menunjukkan sisi yang sama.
Matahari juga memiliki efek pasang surut pada Bumi, meskipun lebih kecil dibandingkan Bulan. Seiring waktu, ketika Matahari memasuki fase akhir hidupnya dan menjadi raksasa merah, ini dapat memberikan dampak lebih besar pada Bumi. Namun, efeknya lebih pada pemanasan dan pembakaran atmosfer Bumi daripada memperlambat rotasi secara signifikan.
Tumbukan dari objek luar angkasa besar seperti asteroid atau komet dapat mengganggu rotasi Bumi. Jika asteroid besar menghantam Bumi dengan kecepatan dan sudut tertentu, hal ini bisa memperlambat atau mengubah rotasi Bumi. Namun, skenario ini sangat jarang dan dampaknya tidak akan langsung menghentikan rotasi, melainkan hanya memodifikasi kecepatannya.
Baca juga : Fenomena Langka! Asteroid 2024 PT 5 Akan Mengorbit Bumi Hingga November
Gesekan internal dari inti Bumi yang cair terhadap mantel Bumi serta gesekan antara atmosfer dan permukaan Bumi juga bisa memperlambat rotasi Bumi, tetapi efeknya sangat kecil dan hampir tidak terukur dalam jangka waktu pendek.
Jika distribusi massa Bumi berubah secara signifikan, misalnya akibat pergerakan lempeng tektonik atau pengangkatan massa es di kutub karena pemanasan global, ini dapat memengaruhi rotasi Bumi. Ini dikenal sebagai efek pergeseran massa atau momentum sudut. Perubahan ini biasanya mempengaruhi kecepatan rotasi Bumi hanya dalam skala waktu yang sangat panjang.
Dalam jangka waktu yang sangat panjang, interaksi gravitasi dengan planet-planet lain di tata surya, terutama Jupiter, bisa sedikit mempengaruhi rotasi Bumi. Namun, efeknya sangat kecil dan membutuhkan miliaran tahun untuk menjadi signifikan.
Baca juga : Voyager 1 Mengatasi Masalah Pengatur Arah dengan Trik Cerdas untuk Terus Berkomunikasi dengan Bumi
Meskipun efeknya sangat kecil, aktivitas manusia seperti pembangunan bendungan besar, perpindahan massa air di Bumi, dan perubahan iklim bisa sedikit mempengaruhi rotasi Bumi. Misalnya, pencairan es kutub dan redistribusi air dapat menyebabkan Bumi berputar sedikit lebih cepat atau lebih lambat, tetapi tidak cukup signifikan untuk menghentikan rotasi.
Namun, jika Bumi tiba-tiba berhenti berputar selama satu detik saja, dampaknya akan sangat destruktif. Rotasi Bumi saat ini membuat permukaan bergerak dengan kecepatan sekitar 1.670 km/jam di khatulistiwa.
Meskipun skenario ini hanya hipotesis dan sangat tidak mungkin terjadi, konsekuensi fisik dan ekologisnya akan sangat mengerikan.
Secara praktis, skenario di mana Bumi benar-benar berhenti berputar tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat atau melalui mekanisme alami yang kita ketahui.
Bahkan dengan perlambatan rotasi akibat gaya-gaya di atas, rotasi Bumi akan berlangsung selama miliaran tahun sebelum efek ini bisa membuat Bumi sepenuhnya berhenti. (Z-12)
Studi terbaru Technion mengungkap bahwa sebagian besar planet di alam semesta mungkin merupakan "planet nakal"—planet yang tidak lagi terikat pada bintang induknya.
Tim ilmuwan internasional mengembangkan DINGO-BNS, sebuah algoritma yang mampu menganalisis gelombang gravitasi dari penggabungan bintang neutron.
Awan Oort, cangkang luas yang terdiri dari benda-benda es di tepi tata surya, mungkin memiliki sepasang lengan spiral yang membuatnya menyerupai galaksi miniatur
Dalam sebuah kolaborasi internasional, ilmuwan telah melakukan penelitian mendalam untuk melacak perkembangan struktur kosmos selama 11 miliar tahun terakhir.
Penelitian terbaru menunjukkan generasi terbaru detektor gelombang gravitasi, berpotensi mendeteksi supernova kolaps inti yang sangat energik hingga sejauh 65 juta tahun cahaya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved