Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
WAKIL Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf prihatin dengan kasus bullying atau perundungan anak sekolah yang marak terjadi belakangan. Menurutnya, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi aksi perundungan di sekolah adalah dengan meningkatkan lagi program ekstrakulikuler (ekskul) di sekolah sebagai bagian dari pendidikan karakter.
"Saya tentu sedih mendengar banyaknya kasus perundungan di lingkungan anak sekolah, dan saya mempertanyakan kenapa anak umur segitu seberani dan senekat itu melakukan tindakan keji,” ujar Dede seperti dikutip dari keterangan resmi, Minggu (15/9).
Seperti diberitakan, kasus perundungan anak yang tengah menjadi perhatian publik yakni kasus perundungan pada siswa SMK Negeri 1 Gorontalo, berinisial AR, 14. Ia diduga dipalak dan dipaksa meminum minuman keras oleh beberapa siswa lainnya di lingkungan sekolah.
Baca juga : Utak-Atik Batas Usia Pejabat Publik Hadirkan Ketidakpastian Hukum
Beberapa waktu lalu, perundungan juga terjadi di SMP 3 Sungguminasa Gowa, Sulawesi di mana seorang siswa dianiayai oleh temannya sendiri hingga terkapar. Video perundungan dengan aksi kekerasan itu viral di media sosial.
Sebelumnya, peristiwa tragis yang melibatkan anak sekolah juga terjadi di Palembang, Sumatera Selatan. Siswi perempuan berinisial AA, 13, menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh 4 temannya sendiri. Para pelaku semuanya masih di bawah umur.
Dede beranggapan bahwa perilaku itu bisa saja timbul karena kurangnya kegiatan energik di sekolah sehingga kurang terbentuknya pendidikan karakter bagi anak-anak.
Baca juga : Pemelihara Landak Jawa di Bali Bebas, DPR Apresiasi Tuntutan JPU
Dede menekankan pendidikan karakter sangat diperlukan untuk menekan kasus perundungan maupun kejahatan anak usia sekolah. Pendidikan karakter salah satunya bisa didapat lewat kelas-kelas ekstrakulikuler yang pada masa-masa sebelumnya merupakan progran wajib di sekolah. "Ekskul itu bukan pembelajaran akademik, tapi pembelajaran karakter. Nah itulah yang belum banyak memahami, Pemerintah kita masih fokus pada pendidikan akademik saja," kata Dede.
Menurut pimpinan Komisi Pendidikan DPR tersebut, pendidikan karakter sangat penting dimiliki oleh anak-anak. Dede juga menyebut pendidikan karakter seharusnya ditanamkan sedini mingkin, yang bisa didapat lewat kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. "Ekskul harusnya tetap digiatkan, karena kalau tidak, anak-anak energinya tersalurkan ke hal-hal yang tidak benar. Ketika ekskul ataupun kegiatan aktivitas anak muda menjadi kurang terperhatikan maka anak-anak ini perlariannya nongkrong, minum-minum atau melakukan hal-hal yang tidak terpuji," paparnya.
Ia mencontohkan generasi terdahulu yang disibukkan dengan kegiatan ekskul yang banyak, bahkan sampai sore. “Jadi tidak membuat anak-anak itu energinya habis hanya untuk main game online atau hal-hal yang bersifat negatif," sambung Dede.
Baca juga : Perhatian Pemerintah terhadap Kelas Menengah sangat Minim
Saat ini, katanya, kegiatan ekskul di sekolah hanya bersifat pilihan sehingga kurang mendapat atensi. Apalagi, menurut Dede, pihak sekolah tidak mendapat dukungan pendanaan dari pemerintah sehingga ekskul di sekolah hanya sekadar formalitas saja dan hasilnya kurang efektif.
"Sekarang untuk ekstrakurikuler masih ada di sekolah, tapi kan hanya sekadar pilihan. Kalau tidak wajib kan anak-anak lebih banyak tidak mengikutinya," ungkapnya.
Untuk itu, Dede mendorong pemerintah memberikan dukungan dana untuk program ekskul di sekolah. Terutama bagi sekolah-sekolah negeri yang memiliki banyak siswa dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
“Sebab biasanya, siswa dari kalangan menengah ke atas lebih memiliki akses kegiatan ekstrakulikuler mandiri di luar sekolah melalui kursus-kursus.,” pungkasnya. (S-1)
SEORANG siswa SMAN 70, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, berinisial ABF diduga menjadi korban penganiayaan oleh kakak kelas.
Game ini menghadirkan pengalaman unik dengan tema kehidupan remaja di sekolah, yang dipadukan dengan elemen cerita dan gameplay khas Rockstar.
Workshop yang digelar di Sang Timur, Sabtu (19/10) ini merupakan tahap ketiga workshop perlindungan anak yang diinisiasi Yayasan Karya Sang TImur.
Tim yang beranggotakan 18 siswa ini bertarung dalam kategori B5: Pop Vocal Ensemble. Event ini berlangsung di Kuala Lumpur Malaysia pada 6-10 November 2024.
PAKAR intelijen Indonesia, A.M. Hendropriyono menegaskan, keberadaan Gerakan Pramuka harus tetap menjadi kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti para siswa di tanah air
Kwarnas membuat program khusus ‘Media Sahabat Pramuka’ sehingga bersama-sama menjadi pilar kekuatan bangsa dalam mewujudkan Indonesia Emas.
Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim mengeluarkan Peraturan Mendikbud Ristek Nomor 12 Tahun 2024 sehingga Pramuka bukan lagi ekskul wajib. Surat terbuka protes dari Kwarnas belum juga direspons
Kemendikbud menerangkan ekstrakurikuler (ekskul) pramuka tetap ada dalam Kurikulum Merdeka. Ini membantah pernyataan yang menyebut ekskul pramuka dihapuskan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved