Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PERKEMBANGAN teknologi dan ilmu pengetahuan di era modern memaksa setiap negara untuk mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan cakap di berbagai bidang. Salah satunya dengan memiliki kemampuan mumpuni di bidang Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM).
Sesuai agenda SDGs Sustainable Development Goals (SDGs) atau dikenal juga sebagai agenda 2030, salah satu mandat dalam wacana kesetaraan adalah pentingnya perempuan, remaja perempuan dan anak-anak perempuan untuk menguasai sains, teknologi dan inovasi.
Dilansir dari Jurnal Perempuan, Bank Dunia menyebut jumlah perempuan dalam STEM terus-menerus menurun dari sekolah menengah sampai dengan universitas, kemudian diteruskan dalam pekerjaan di laboratorium, pengajaran dan pengambil kebijakan riset dan teknologi. Perihal ini disebabkan oleh rendahnya perempuan dalam pengambil kebijakan dan keputusan yang menyangkut riset teknologi di negara masing-masing.
Baca juga : Kepemimpinan Perempuan di Sektor Teknologi Dorong Inovasi
Direktur Pembina Tenaga dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud-Ristek), Restu Gunawan, mengungkapkan upaya mendorong dan memberdayakan anak-anak dan pemuda perempuan di bidang STEM terus dilakukan. Kecakapan di bidang STEM diyakininya akan dapat memberikan sampak positif bagi masyarakat hingga budaya di Indonesia.
“Program-program untuk mendukung partisipasi anak muda perempuan di bidang STEM adalah hal yang harus terus dan penting untuk dilakukan,” katanya, dalam keterangan tertulis, Jumat, (13/9).
Kemampuan di bidang STEM akan membantu setiap orang untuk lebih berdaya saing, lebih mudah memiliki pekerjaan, hingga berkontribusi bagi kemajuan ekonomi Indonesia.
Baca juga : Klinik Kecantikan Ini Hadirkan Teknologi Perawatan Kulit Perempuan Usia 30-60 Tahun
Sementara itu, Ketua Yayasan Metamorfosis, Moudy Cynthia, mengatakan dukungan terhadap pemuda perempuan untuk bisa berkecimpung di bidang STEM bisa dilakukan lewat berbagai cara. Salah satunya lewat program pelatihan dan pengenalan bidang STEM pada pelajar perempuan.
“Metamorfosis Menuju Inklusi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran sekaligus penutupan program Youth Engagement in STEM Project (YES). Program YES yang dilaksanakan sepanjang tahun 2023-2024 ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan dukungan bagi anak muda perempuan untuk belajar dan bekerja di bidang STEM,” katanya.
Ia mengatakan selama berjalannya program ada sebanyak 406 siswa dari 5 sekolah yang terlibat. Salah satu hasil dari kegiatan tersebut, sebanyak 79% siswa, terutama siswa perempuan memutuskan akan mengambil jurusan berbasis STEM.
Moudy berharap ke depan, angka partisipasi pemuda perempuan di bidang STEM bisa terus bertambah. Dengan begitu perempuan bisa semakin berkontribusi dalam berbagai kemajuan di bidang STEM yang berperan besar dalam kemajuan Indonesia.
Sementara itu, Public Diplomacy Officer Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS), Mary Trechock, mengatakan mengapresiasi program yang dijalankan guna mewujudkan anak muda perempuan yang mumpuni di bidang STEM.
"Saya sangat bersemangat melihat apa yang telah dilakukan YES Program dalam mendukung sains dan teknologi, terutama di daerah Bogor. Kita membutuhkan banyak anak muda untuk merubah dunia melalui pendidikan STEM," ujar Trechock.
Karena hingga saat ini menurut kajian Unesco, secara global dilaporkan bahwa hanya ada 30% perempuan dalam STEM. Di Asia sendiri hanya ada 18% perempuan yang berkiprah di bidang STEM. (Z-9)
Korea Selatan, misalnya, menjadikan STEM sebagai prioritas sejak 1960-an dan kini jadi negara dengan ekonomi berbasis teknologi tinggi.
Tim dosen Untar yang terlibat antara lain Sri Tiatri (dosen Fakultas Psikologi), Jap Tji Beng (dosen Fakultas Teknologi Informasi), dan Mei Ie (dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis).
Berdasarkan survei PISA 2018, kemampuan matematika siswa Indonesia berada di peringkat 75 dari 81 negara, dengan 71% siswa tidak mencapai kompetensi minimum.
Pengenalan matematika sejak dini pada anak membantu anak lebih mampu berpikir logis dan kritis serta meningkatkan kecerdasan anak.
STEM dan STEAM adalah dua pendekatan pendidikan yang sama-sama berfokus pada pengembangan keterampilan di bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved