Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Integrasi Data dan Inventarisasi Sumber Emisi di Wilayah Aglomerasi Jakarta Penting untuk Atasi Polusi Udara

Basuki Eka Purnama
10/9/2024 20:16
Integrasi Data dan Inventarisasi Sumber Emisi di Wilayah Aglomerasi Jakarta Penting untuk Atasi Polusi Udara
Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024 yang berlangsung di Merak 3, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (6/9). (MI/HO)

MASALAH polusi udara di Indonesia menjadi sorotan dalam Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024 yang berlangsung di Merak 3, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (6/9). 

Dalam Sesi Tematik yang membahas soal kualitas udara, para pemangku kepentingan dari berbagai sektor berembuk mencari solusi terhadap masalah polusi udara yang kian mengkhawatirkan.

Salah satu isu utama yang diangkat adalah tidak adanya integrasi data dan inventarisasi sumber emisi yang dapat menjadi dasar dalam kebijakan pengendalian polusi udara. 

Baca juga : Kemenperin Bentuk Tim Inspeksi Pengendalian Emisi Industri di 3 Provinsi

Saat ini, inventarisasi sumber emisi baru dilakukan di Jakarta, padahal polusi udara bersifat lintas batas dan mempengaruhi kawasan aglomerasi Jakarta yang meliputi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur). Kondisi ini mendorong perlunya pilot project untuk Inventory Emission dan Source Apportionment di kawasan tersebut.

IISF 2024 menghadirkan sesi internasional yang berfokus pada pembelajaran dari pengalaman negara lain dalam mengatasi polusi udara. Dalam sesi ini, para ahli dari berbagai negara berbagi strategi sukses mereka. 

Direktur Air Quality Life Index (AQLI) dari Energy Policy Institute di University of Chicago Tanushree Ganguly menyampaikan bahwa akses publik terhadap data penting untuk mengawal kebijakan udara bersih.

Baca juga : Heru Janji Tindak Industri Pemicu Polusi Udara

“Tanpa data dan literasi terhadap data, tidak akan ada kesadaran publik, permintaan kepada pemerintah, dan aksi-aksi udara bersih dari masyarakat. Tanpa masyarakat bergerak, pemerintah tidak akan menghasilkan kebijakan yang berpihak pada perbaikan kualitas udara,” jelas Tanushree. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sigit Reliantoro mengimbau agar urgensi terhadap data jangan sampai menjadi noise yang tidak menjadi tindakan. 

“Saya usul agar kita memprioritaskan penanganan polusi udara pada daerah-daerah yang sudah teridentifikasi sebagai hotspot seperti Palembang karena kebakaran hutan, ujung Suralaya karena energi, dan area urban greater Jakarta yang lebih kompleks,” ujar Sigit. 

Baca juga : Tiga Strategi Terobosan Pengendalian Polusi Udara di Indonesia

Lebih lanjut, Sigit mengusulkan agar penanganan polusi udara Jakarta bersifat lintas daerah yakni Jabodetabek bahkan Karawang. 

Menurutnya, penanganan polusi udara di greater Jakarta perlu menjadi perhatian diantaranya dari aspek kebijakan berbasis bukti, perencanaan skenario, ketegasan pada penindakan sumber polusi, serta monitoring dan evaluasi. 

Sementara itu, co-founder Bicara Udara Ratna Kartadjoemena menekankan pentingnya mengadopsi praktik terbaik dari negara-negara lain. 

"Kita perlu belajar dari pengalaman global dalam mengatasi polusi udara untuk mempercepat implementasi kebijakan udara bersih di Indonesia," ujarnya.

ISF 2024 menjadi momentum penting bagi Indonesia dalam memperkuat komitmen dan kerjasama untuk mengatasi polusi udara, dengan harapan dapat menghasilkan solusi yang dapat diterapkan secara efektif di seluruh negeri. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya