Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Prosesi Perayaan Hari 'Tumpek Wariga' Wujud Penghormatan pada Alam

Ruta Suryana
01/9/2024 13:03
Prosesi Perayaan Hari 'Tumpek Wariga' Wujud Penghormatan pada Alam
Sekretaris Daerah Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana saat menempelkan bubuh (bubur) pada pohon serangkaian prosesi hari Tumpek Wariga, Sabtu (31/8).(MI/RUTA SURYANA)

PEMKOT Denpasar menggelar upacara persembahyangan sekaligus prosesi Tumpek Wariga di Pura Agung Lokanatha Denpasar, Sabtu (31/8) . Tumpek Wariga atau yang juga dikenal dengan Tumpek Pengarah ini bermakna menghormati tumbuh-tumbuhan melalui prosesi ritual sebagai bentuk ucapan terima kasih dan sekaligus mendoakan agar tumbuh-tumbuhan memberikan manfaat bagi kehidupan.

Dalam prosesi ritual yang juga dikenal sebagai Tumpek Bubuh ini, Sekretaris Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana bersama hadirin lainnya melaksanakan Nguduh Sarwa Tumuwuh. Prosesi ini  memberikan persembahan kepada tumbuh-tumbuhan berupa  bubuh (bubur) lima macam warna sesuai dengan jenis tumbuhannya.

Seperti yan termuat di dalam Lontar Bhagawan Agastyaprana, kelima jenis bubur tersebut yakni bubur beras putih diperuntukkan bagi tumbuhan penghasil umbi-umbian. Kedua, bubur beras merah kepada tumbuh-tumbuhan penghasil biji-bijan. Ketiga, bubur sumsum hijau kepada pepohonan yang berbuah melalui penyerbukan bunga putik seperti mangga, klengkeng, dan semacamnya. 

Baca juga : Antisipasi Penyebaran Virus MPox, Penumpang dari Luar Negeri ke Bandara Ngurah Rai Harus Isi Form Satu Sehat

Keempat, bubur ketan kuning untuk pepohonan yang berbuah di batang/dahan, seperti nangka, durian dan semacamnya. Kelima yakni bubur beras injin (beras hitam) untuk tumbuhan dan tanaman hias penghasil bunga, daun warna- warni, dan penghasil minyak harum.

Dalam prosesi tersebut, bubur-bubur tersebut ditempelkan pada batang pohon setelah sebelumnya batang itu sedikit ditoreh sembari mengucapkan kata-kata, 'Kaki-kaki (kakek-kakek), Nini-nini (nenek-nenek), niki ke aturan bubuh, mangda mesin gembal, mebunga megambah, buin selae lemeng wenten upacara Galungan, mangda medon, mebunga, miwah mebuah nged, nged, nged'. 

Yang intinya dengan memberikan bubur tersebut, harapannya dan sangat diyakini tanaman akan tumbuh berbunga dan berbuah lebat sehingga bisa dimanfaatkan pada perayaan hari raya Galungan dan Kuningan yang jatuh berturut-turut pada 25 hari dan 35 hari ke depannya.

Baca juga : Operasi Sistem Telerobotik bisa Jadi Solusi Dunia Media Atasi Kekurangan Dokter di Indonesia

Sekda Ida Bagus Alit Wiradana rangkaian prosesi hari suci Tumpek Wariga di Kota Denpasar rutin dilaksanakan yang jatuh setiap 210 hari.

"Prosesi perayaan Tumpek Wariga ini merupakan hari penghormatan kita kepada alam, lingkungan dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini adalah penjabaran dari konsep Tri Hita Karana, yakni membangun hubungan harmonis antara manusia dengan alam," ujar Alit Wiradana.

Selain itu, Alit Wiradana juga berharap perayaan Tumpek Wariga ini dapat dijadikan momentum rasa berterima kasih kepada alam semesta yang telah memberikan limpahan hasil kekayaan alam sehingga kita sebagai umat manusia dapat memanfaatkannya untuk hidup dan menjalankan aktivitas dengan baik.

"Penghormatan ini bisa dalam bentuk menyucikan tumbuh-tumbuhan dan memuliakannya melalui serangkaian prosesi upacara," katanya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik