Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DIREKTUR Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Lucia Rizka Andalusia mengatakan, peningkatan wawasan mengenai alat kesehatan serta risiko dan bahayanya (hazard) tidak kalah penting dibanding penyediaan perbekalan dan alat-alat kesehatan.
Dalam siaran di Jakarta, Rabu, Lucia menyebutkan bahwa alat-alat kesehatan modern, baik yang berbasis elektromedik maupun radioaktif, seperti PET scan, MRI, robotic surgery, sangat mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta derajat kesehatan masyarakat.
“Tetapi tadi kembali ingat bahwa risiko-risiko yang dapat timbul baik yang berisiko kepada pasien maupun kepada tenaga medis dan lingkungan, ini kita harus jaga,” katanya.
Baca juga : 10 Penyebab Stroke di Usia Muda
Menurutnya, peralatan kesehatan merupakan modal utama dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, seperti ditargetkan dalam transformasi kesehatan, sehingga wawasan semacam itu penting.
Dia menuturkan, bahaya pada alat-alat kesehatan dapat ditimbulkan oleh sejumlah hal, seperti cara mengoperasikan yang tidak benar, alat tidak dirawat dengan benar, atau kualitas alat yang buruk.
Ia mencontohkan dapat terjadi diagnosis yang tidak tepat karena kualitas alat yang mutunya tidak baik.
Baca juga : Kemenkes Siapkan Rp30 Triliun untuk Bantuan Alat kesehatan
“Misalnya penggunaan infus pump yang tidak tepat tentunya membuat dosis pemberian obat yang tidak tepat atau kemudian yang berbahaya kepada operator dan berbahaya kepada lingkungan, bahaya paparan radiasi, kemudian kalau misalnya sampai menimbulkan kecelakaan seperti kebakaran,” katanya.
Dia mengatakan, guna menjaga kualitas serta keamanan alat kesehatan, pihaknya melakukan sejumlah upaya, seperti pemberian izin edar, pengawasan produk setelah beredar atau post market mulai dari proses penjaminan mutu, kalibrasi alat, serta penjaminan mutu saat produksi dan saat di fasilitas pelayanan kesehatan.
“Ini dilakukan menjadi suatu siklus yang berkesinambungan yang saya rasa kita tidak bisa kerjakan sendiri. Pasti ini perlu kontribusi dari seluruh stakeholder untuk mewujudkan hal tersebut,” kata Lucia.
Dia mengatakan, sosialisasi tentang bahaya yang ditimbulkan alat-alat kesehatan adalah kegiatan penting, agar para penyelenggara layanan kesehatan juga penyelenggara penjaminan mutu alat kesehatan yang digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan mendapatkan pemahaman yang baru secara berkala. (ANT/Z-9)
Seminar, Workshop Perumahsakitan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Sumut, serta Medan Hospital Expo digelar 19 - 21 Februari 2025.
(HIPELKI mengatakan Indonesia masih tergantung kepada bahan baku, komponen, dan teknologi impor dalam hal pengadaan alat kesehatan (alkes).
Saat ini penggunaan CT Scan belum merata di seluruh rumah sakit Indonesia. Dari 3.200 RS yang ada di Indonesia, baru ada sekitar 1.500 CT Scan yang tersedia.
Seminar dan Workshop PERSI Wilayah Jawa Timur tahun ini bertema “Strategi Rumah Sakit untuk Bertahan di era Turbulensi JKN."
Produsen alat kesehatan (alkes) asal Tiongkok, Allmed Medical, akan membangun pabrik baru di lahan seluas 24,8 hektare di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang, Jawa Tengah.
Pemerintah terus mendorong penerapan TKDN dalam industri alat kesehatan. Langkah itu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan industri nasional.
Menkes mengatakan perlu ada strategi agar barang-barang yang dibutuhkan masyarakat pada saat gawat darurat (emergency) dapat diproduksi secara domestik.
Prodia Group mengaku kebanjiran order, bahkan kewalahan memenuhi permintaan produksi pembuatan alat tes pemeriksaan kesehatan gratis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved