Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PEMBAHASAN mengenai potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut kembali muncul. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa pembahasan mengenai megathrust terutama untuk mengingatkan perihal mitigasi yang perlu terus disiapkan.
BMKG dalam pernyataan resminya menyebut pembahasan mengenai potensi gempa megathrust di zona ini sebenarnya bukanlah hal baru. Bahkan itu sudah dibicarakan sebelum terjadi gempa dan tsunami Aceh 2004.
Dwikorita memaparkan bahwa kesiapan mitigasi yang ada sekarang tentu lebih baik dari tahun 2004 ketika terjadi gempa dan tsunami Aceh. Ia mencontohkan saat itu hanya ada 20 sensor seismograf di Indonesia.
Baca juga : BMKG: Informasi Potensi Gempa di Zona Megathrust Selat Sunda bukan Peringatan Dini
“Sekarang untuk menghadapi megathrust berikutnya yang kuat sudah ada 533 sensor,” katanya dalam webinar bertajuk Waspada Gempa Megathrust yang diselenggarakan Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Selasa (20/8).
Sebaran sensor seismograf ini disebar mengikuti jalur megathrust, dari barat Sumatra, selatan Jawa, terus melengkung ke arah timur hingga masuk ke Laut Banda.
“Semuanya mengadang mengathrust. Indonesian Tsunami Early Warning System itu sengaja dilahirkan untuk menghadapi megathrust, sengaja menghadap paralel megastrust,” kata Dwikorita.
Baca juga : Ramai Isu Megathrust, Warga Bandung Khawatir Ancaman Gempa Sesar Lembang
Selain keberadaan sensor seismograf, mitigasi juga perlu diperkuat perihal konstruksi bangunan. Dwikorita menyebut BMKG telah menerbitkan buku berisi wilayah-wilayah potensi gempa agar dimanfaatkan untuk tata ruang dan izin mendirikan bangunan.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid menyebut pihaknya juga telah menyediakan peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi (KRBG) dan peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami (KRBT) untuk mendukung upaya mitigasi gempa bumi dan tsunami dan masukan penataan ruang.
Berkaitan dengan isu megathrust, Badan Geologi merekomendasikan agar informasi tersebut disampaikan ke pimpinan pemerintahan provinsi/kabupaten/kota. “Dan disampaikan secara bijak dengan menggunakan bahasa yang tidak menimbulkan kegaduhan,” kata Wafid.
Baca juga : Hadapi Potensi Megathrust, Mitigasi Bencana Harus Dikuatkan
Badan Geologi juga merekomendasikan agar Indonesia tidak hanya fokus kepada sumber gempa bumi megathrust. Menurut Wafid, gempa bumi sesar aktif di darat yang sering menimbulkan bencana juga perlu menjadi perhatian.
Selain itu, Badan Geologi mendorong pemerintah provinsi/kabupaten/kota untuk meningkatkan upaya mitigasi. Misalnya dengan melakukan penataan ruang dan menyusun regulasi khusus tentang mitigasi gempa bumi dan mitigasi tsunami yang disusun secara terpisah dari bencana lain.
“Regulasi tersebut bisa berbentuk peraturan daerah (perda), peraturan gubernur/bupati/walikota atau SK gubernur/bupati/walikota tentang mitigasi gempa bumi/tsunami,” pungkasnya. (H-2)
Gelombang tinggi juga masih berlangsung di perairan selatan Jawa Tengah mencapai 2,5-4 meter, sedangkan di perairan utara setinggi 0,5-1,25 meter.
BMKG menginformasikan potensi cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, termasuk berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang, serta hujan disertai petir.
Berdasarkan catatan BPBD Kendal ancaman banjir rob masih menjadi momok bagi ribuan keluarga di Kabupaten Kendal, setidaknya ada 7 desa/kelurahan di 3 kecamatan.
38 kota besar di Indonesia akan mengalami potensi hujan ringan, hujan sedang, hujan disertai dengan petir, berawan, dan berawan tebal yang akan melanda
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk wilayah DKI Jakarta, periode Selasa 1 Juli 2025.
Bibit Siklon Tropis 98W diperkirakan masih terpantau di Samudra Pasifik Timur Filipina yang mana sistem ini membentuk daerah penambatan kecepatan angin atau konvergensi
FKP3 Malang Raya, Jawa Timur, memperkuat mitigasi bencana potensi ancaman gempa Megathrust
Segmen megathrust di selatan Jawa, termasuk Selat Sunda, menyimpan energi tektonik yang signifikan dan berpotensi melepaskan gempa berkekuatan magnitudo 8,7 hingga 9,1.
Pembangunan hutan pesisir atau vegetasi alami seperti pandan laut dan mangrove juga menjadi solusi berbasis ekosistem untuk meredam energi gelombang tsunami.
GEMPA menyebabkan robekan pada bidang sesar sehingga terjadi penjalaran gelombang seismik.
Informasi mengenai potensi gempa dan tsunami disampaikan sebagai bentuk kesiapsiagaan untuk mengurangi risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa
Surat edaran merespons informasi BMKG terkait kesiapsiagaan beberapa wilayah Zona Megathrust Indonesia yang diperkirakan berpotensi mengalami gempa besar dan tsunami
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved