Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng), menyatakan gempa megathrust merupakan potensi bukan prediksi, sehingga masyarakat diimbau tetap beraktivitas seperti biasa.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Purbalingga Prayitno menyatakan hal tersebut saat memberikan edukasi tentang penanggulangan bencana kepada Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Purbalingga.
Prayitno menjelaskan, informasi mengenai potensi gempa dan tsunami disampaikan sebagai bentuk kesiapsiagaan untuk mengurangi risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa jika terjadi gempa besar yang memicu tsunami dalam skenario terburuk. Meski potensi ini ada, waktu terjadinya tidak dapat diprediksi, sehingga mitigasi bencana harus tetap disiapkan.
“Mitigasi dilakukan baik secara struktural maupun nonstruktural. Mitigasi struktural dilakukan dengan membangun gedung tahan gempa, menyediakan jalur evakuasi, dan menentukan titik evakuasi. Sedangkan mitigasi nonstruktural mencakup edukasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat,” ujarnya.
Mengutip dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), Prayitno menjelaskan megathrust adalah area kontak antar lempeng tektonik pada kedalaman dangkal kurang dari 50 km, seperti kontak antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Zona megathrust dapat diibaratkan sebagai bidang patahan naik yang besar, yang mampu menyimpan energi hingga terjadinya rekahan panjang dengan bidang pergeseran luas. Pulau Jawa merupakan wilayah rawan gempa dan tsunami karena terdapat sumber gempa megathrust dan sesar aktif.
“Di zona megathrust, sebagian besar gempa yang terjadi berkekuatan di bawah M 6,0. Gempa dengan magnitudo kecil seperti M 3,0, M 4,0, dan M 5,0 justru lebih sering terjadi,” tambahnya.
Prayitno menyebut Indonesia memiliki 13 segmen zona megathrust, antara lain megathrust Aceh-Andaman (M 9,2), megathrust Nias-Simeulue (M 8,7), megathrust Batu (M 7,8), dan megathrust Mentawai-Siberut (M 8,9). Selain itu, ada megathrust Enggano (M 8,4), megathrust Selat Sunda-Banten (M 8,7), megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah (M 8,7), megathrust Jawa Timur (M 8,7), dan lainnya.
“Megathrust Mentawai-Siberut, megathrust Selat Sunda-Banten, dan megathrust Sumba dikenal sebagai zona seismic gap. Zona ini adalah area sumber gempa aktif yang belum mengalami gempa besar selama puluhan hingga ratusan tahun. Sejarah mencatat wilayah Selatan Banten dan Selat Sunda mengalami kekosongan gempa besar (Seismic Gap) sejak tahun 1757, atau 267 tahun yang lalu,” pungkasnya.(M-3)
FKP3 Malang Raya, Jawa Timur, memperkuat mitigasi bencana potensi ancaman gempa Megathrust
Segmen megathrust di selatan Jawa, termasuk Selat Sunda, menyimpan energi tektonik yang signifikan dan berpotensi melepaskan gempa berkekuatan magnitudo 8,7 hingga 9,1.
Pembangunan hutan pesisir atau vegetasi alami seperti pandan laut dan mangrove juga menjadi solusi berbasis ekosistem untuk meredam energi gelombang tsunami.
GEMPA menyebabkan robekan pada bidang sesar sehingga terjadi penjalaran gelombang seismik.
Surat edaran merespons informasi BMKG terkait kesiapsiagaan beberapa wilayah Zona Megathrust Indonesia yang diperkirakan berpotensi mengalami gempa besar dan tsunami
Sumatra memiliki sesar Semangko sepanjang sekitar 1.900 km. Pulau tersebut mencatat banyak sejarah terkait aktivitas gempa bumi, mulai dari gempa bumi dengan magnitudo kecil hingga besar.
PANEL pemerintah Jepang mengatakan pada Kamis (16/1) bahwa mereka menaikkan perkiraan kemungkinan gempa besar menjadi 82% dalam 30 tahun ke depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved