Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
GURU Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) Prof. DR. Dr. Rini Sekartini Sp.A(K) mengatakan bahwa orang tua perlu memperhatikan kemampuan anak jika ingin mengajarkan lebih dari satu bahasa atau bilingual.
"Salah satu yang dipentingkan dalam mempelajari bilingual ialah kemampuan reseptif otak pada awal kehidupan, artinya dia mengerti apa yang disampaikan dan juga lingkungan yang kaya akan stimulasi, menyenangkan, dan konsisten itu diperlukan supaya hasilnya menjadi lebih baik," kata Rini dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa (20/8).
Ia mengatakan bahwa umumnya anak berusia nol sampai tiga tahun belum bisa membedakan bahasa dengan baik. Namun, setelah berusia tiga tahun anak biasanya dapat memahami dan membedakan bahasa yang digunakan oleh lawan bicara. Menurut dia, respons anak terhadap paparan lebih dari satu bahasa pada usia dini dipengaruhi oleh proporsi paparannya.
"Kalau awal kehidupan sudah menggunakan dua bahasa tapi ada satu yang lebih dominan dan mereka lebih respons pada bahasa tersebut, mungkin yang satu lebih ditingkatkan, atau lebih mudah mengerti dalam bahasa Indonesia. Jadi, harus diperhatikan satu persatu,"katanya.
Rini juga mengemukakan bahwa tidak ada penelitian yang membuktikan anak-anak yang belajar bahasa lebih banyak pada usia dini akan mengalami keterlambatan bicara. Meskipun demikian, menurutnya anak-anak yang monolingual atau hanya menguasai satu bahasa umumnya memiliki lebih banyak kosa kata jika dibandingkan dengan anak-anak bilingual.
Ia mengatakan bahwa pengajaran lebih dari satu bahasa berdasarkan kemampuan umumnya tidak menimbulkan masalah pada anak dengan tingkat kecerdasan normal. Apabila kemampuan berbahasa anak malah susah berkembang karena diberi stimulasi menggunakan dua bahasa, ujar Rini, orang tua sebaiknya menghentikan pengajaran salah satu bahasa.
"Kita harus drop salah satunya, karena kalau anak tersebut harus masuk ke dalam skema intervensi, terapis hanya bisa satu bahasa, misal bahasa Indonesia,"katanya.
"Jadi, perlu benar kita perhatikan kemampuan perkembangan bicara bahasanya, terutama pada usia dua tahun," imbuh dia.
Orang tua, terang Rini, sebaiknya memberikan stimulasi secara proporsional melalui interaksi langsung, bukan menggunakan gawai, dalam mengajarkan bahasa kepada anak. (Ant/H-3)
Masih tingginya kasus anemia akibat kekurangan zat besi pada anak Indonesia menjadi tantangan menuju Generasi Emas 2045.
Tayangan yang tepat memiliki nilai edukatif dan moral yang positif, sesuai dengan tahap perkembangan anak, dan menggunakan bahasa yang sopan dan mudah dipahami.
Tayangan televisi edukatif yang sesuai dengan usia anak serta didampingi orangtua dapat memperluas kosakata, menambah pengetahuan, hingga mengenalkan nilai moral serta sosial.
Rencana, program anak kedua Denny dan istrinya akan dilakukan di rumah sakit yang sama tempat istrinya melahirkan anak pertamanya.
Praktik hipnoterapi yang diimplementasikan secara tepat dapat menyembuhkan trauma yang disebabkan oleh perundungan dan meningkatkan prestasi anak di sekolah.
UPAYA memperkuat perlindungan perempuan dan anak dari ancaman tindak kekerasan melalui pengintegrasian sistem antarlembaga terkait harus mendapat dukungan semua pihak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved