Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
SETIAP tahun, ketika Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, kemeriahan terasa di seluruh penjuru negeri. Salah satu tradisi yang tak pernah absen adalah berbagai lomba 17 Agustus.
Perlombaan yang sering kali terlihat sederhana dan menghibur ini ternyata menyimpan sejarah panjang dan makna mendalam bagi bangsa Indonesia.
Dari mana asal-usul lomba-lomba ini? Apa saja nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan melalui perlombaan tersebut? Mari kita telusuri sejarah dan makna lomba 17 Agustus yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kita.
Baca juga : Menggali Sejarah Bendera Pusaka, dari Proklamasi hingga Warisan Bangsa
Menurut Heri Priyatmoko, Dosen Sejarah di Universitas Sanata Dharma, berbagai lomba yang meramaikan perayaan HUT RI sudah ada sejak lama, bahkan sebelum Indonesia merdeka.
Asal mula dan pencetus lomba-lomba seperti panjat pinang memang tidak diketahui pasti, namun tradisi ini telah lama mengakar dalam budaya kita.
"Pada saat pernikahan Mangkunegara VII (1885-1944), misalnya, acara tersebut dirayakan secara meriah dengan berbagai hiburan, salah satunya adalah panjat pinang," jelas Heri Priyatmoko.
Baca juga : Apa Itu Perjanjian Renville dan Dampaknya dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia?
Setelah Indonesia merdeka, lomba-lomba ini mulai diadakan untuk menyemarakkan perayaan kemerdekaan. Lomba-lomba seperti tarik tambang dan balap karung mulai populer pada tahun 1950-an, ketika intensitas pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan menurun dan ibu kota RI dipindahkan kembali ke Jakarta dari Yogyakarta.
Lomba makan kerupuk menjadi salah satu yang paling ikonik dalam perayaan 17 Agustus. Dengan tangan diikat ke belakang, peserta harus menghabiskan kerupuk yang digantung hanya menggunakan mulut. Lomba ini menggambarkan betapa sulitnya kondisi pangan saat masa penjajahan, sekaligus mengajarkan nilai-nilai ketekunan dan rasa syukur meskipun dalam keterbatasan.
Bakiak, yang berbentuk seperti sandal panjang, biasanya dimainkan oleh dua hingga tiga orang. Kerja sama dan kekompakan sangat dibutuhkan untuk memenangkan perlombaan ini. Lomba bakiak menyampaikan pesan penting tentang gotong royong, sebuah prinsip yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga : Rekam Jejak Diplomasi Menuju NKRI di Museum Linggarjati
Balap karung, lomba yang tak pernah absen setiap Agustusan, menggambarkan kesulitan mendapatkan pakaian layak saat masa penjajahan. Karung goni menjadi alternatif pakaian karena mudah ditemukan. Lomba ini mengingatkan kita akan penderitaan masa lalu dan betapa sulitnya bergerak maju ketika kaki kita dibatasi oleh rintangan.
4. Panjat Pinang
Panjat pinang adalah lomba yang selalu menjadi sorotan dalam perayaan Agustusan. Peserta harus bekerja sama untuk memanjat pohon yang diolesi minyak guna merebut hadiah di puncaknya. Lomba ini menuntut kekompakan dan pengorbanan dalam tim, serta menggambarkan semangat juang dan gotong royong yang menjadi landasan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga : Inilah Sejarah dan 25 Ucapan untuk Memeriahkan Peringatan Hari Bela Negara
5. Tarik Tambang
Lomba tarik tambang bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga kekompakan dan solidaritas dalam tim. Nilai-nilai kebersamaan dan kerja sama tim yang tercermin dalam perlombaan ini mengingatkan kita pada kerasnya perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan dari penjajah.
Lomba-lomba 17 Agustus bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga merupakan cara untuk mengingat dan merayakan nilai-nilai luhur yang telah membentuk Indonesia sebagai bangsa. Dengan semangat gotong royong dan persatuan, kita dapat terus merayakan kemerdekaan ini dengan penuh makna. (Z-10)
Allāhumma ihdinī fī man hadayta, wa 'āfinī fī man 'āfayta, wa tawallānī fī man tawallayta, wa bārik lī fī mā a'tayta, wa qīnī sharra mā qadhayta, innaka taqdī wa lā yuqdā 'alayk
Allahu la ilaha illa Huwa, Al-Hayyul-Qayyum. La ta'khudhuhu sinatuw wa la nawm. Lahu ma fis-samawat wa ma fil-ard. Man zhal-lazi yashfa'u 'indahu illa bi idhnihi.
Biasanya, lagu daerah memiliki ciri khas dalam melodi, lirik, dan instrumen musik yang digunakan, serta menggambarkan nilai-nilai kehidupan, kebiasaan, sejarah, dan kepercayaan
Doa ini adalah salah satu doa terkenal yang dipanjatkan Nabi Ibrahim, khususnya ketika ia berdoa untuk keturunannya, yang terdapat dalam surat Ibrahim ayat 40-41.
Permohonan Perlindungan kepada Allah: Ayat ini mengajarkan untuk berlindung kepada Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara waktu fajar. Allah disebut sebagai Tuhan
Lagu-lagu daerah Jawa Tengah ini tidak hanya menggambarkan kehidupan masyarakat tetapi juga mengandung nilai-nilai moral, kebudayaan, dan keindahan bahasa yang kaya akan makna.
Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menghadirkan gebrakan berbeda dalam Karnaval Kemerdekaan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Dengan pembaruan pendidikan, tokoh terdidik seperti Soekarno dan Sutan Sjahrir lahir dan menjadi pelita bagi masyarakatnya.
Dengan mengangkat karya intelektual, dialog kebangsaan, serta semangat persatuan, acara ini diharapkan menjadi kontribusi nyata dalam membangun Indonesia.
Gebyar Kemerdekaan merupakan agenda tahunan Peradi Jakbar yang juga sebagai ajang silaturahim
Dalam pidatonya, Wakil Ketua Golkar DKI Ashraf Ali menegaskan bahwa perjuangan para pahlawan harus diteruskan dengan cara yang relevan di era modern ini.
Ini momentum refleksi sejauh mana kita menghargai jasa para pahlawan dan sekuat apa komitmen kita mengisi kemerdekaan dengan upaya nyata demi kemajuan daerah dan bangsa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved