Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
KEMATIAN mendadak terkadang terjadi pada orang yang sehat dan bugar. Tak hanya itu, kematian mendadak juga bisa terjadi kepada atlet aktif maupun atlet pensiunan.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Intervensi Utojo Lubiantoro, membeberkan apa saja yang bisa menyebabkan seseorang mengalami kematian mendadak. Hal itu diungkapkan dr. Utojo dalam seminar bertajuk ‘Mati Mendadak Dapat Dicegah’ yang digelar di PIK Avenue, Jakarta Utara, dikutip Minggu (9/6).
Utojo menyebut sebagian besar kematian mendadak sebetulnya bisa dicegah. Pencegahan itu harus dilakukan sebelum timbulnya komplikasi.
Baca juga : Jangan Lupa Perhatikan Denyut Nadi Saat Berolahraga untuk Cegah Serangan Jantung
“Jadi, kalau kita bisa mengobati penyakitnya sebelum komplikasi yang berat, tentu mati mendadak bisa dicegah, walaupun mati di tangan Tuhan,” terang Utojo.
Utojo mengatakan bahwa kematian mendadak itu bukan hanya akibat sakit jantung, melainkan ada juga akibat juga penyakit yang lain.
Penyakit jantung menyumbang 80 persen penyebab kematian mendadak pada seseorang. 30 persen sisanya ialah penyakit-penyakit lain, seperti penyakit aorta, kegawatan di bidang otak, hingga stroke.
Baca juga : Ini Ciri-ciri Orang yang Berisiko Alami Serangan Jantung
Utojo menganalogikan bahwa manusia ibarat mesin yang perlu diservis teratur. Menurutnya, tidak mungkin sesuatu mesin tiba-tiba rusak tanpa penyebab. Sama halnya dengan tubuh manusia.
Ia menyarankan agar masyarakat melakukan medical check up untuk mencegah terjadinya komplikasi yang bisa mengakibatkan kematian mendadak pada seseorang.
“Medcheck inikan kita datang ke RS, nah kita liat faktor risikonya, nanti pihak RS pasti bertanya ‘bapak ibu backgroundnya apa’ ada diabetes, hipertensi, atau perokok, atau faktor genetik, sehingga pihak medis bisa mengarah masalah jantungnya, otaknya, aortanya atau paru-parunya,” tutur Dokter yang bertugas di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading itu.
Baca juga : Serangan Jantung, 6 Cirinya serta Faktor Risiko yang Harus Diwaspadai
Sementara itu, Utojo juga membeberkan ada dua penyebab yang kerap ditemui ketika seorang atlet terkena serangan jantung.
Penyebab yang sering ditemui, yakni kardiomiopati hipertrofik dan gangguan aritmia.
“Paling sering dua kelainan jantung yang menyebabkan atlet itu meninggal dunia, yang pertama itu kardiomiopati hipertrofik, jadi otot jantungnya tebal," paparnya.
Baca juga : Kematian Jantung Mendadak: Teknologi Permudah Pengobatan Sindrom Braduga atau Masalah Aritmia
"Yang kedua itu gangguan aritmia, itu genetik, brugada syndrome, WPW (Wolff–Parkinson–White) Syndrome," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Departemen Medis & Penunjang Medis Mitra Keluarga Kelapa Gading, dr. Ivan Gunawan mengaku pihaknya berkomitmen menjaga kesehatan jantung masyarakat dengan mendirikan Jakarta Heart and Vascular Center.
“Sebenarnya ada sarana MCU dari pemeriksaan darah, CT cardiac sampai Angiografi. Jadi, mitra keluarga berkomitmen mendukung masyarakat rutin mcu sehingga bisa dideteksi dini sebelum ada serangan (jantung) lebih berat,” ujar Ivan. (Z-8)
Golden time untuk pertolongan korban henti jantung mendadak adalah kurang dari 10 menit sehingga diperlukan alat yang dapat membantu memberikan pertolongan terbaik.
Kejadian henti jantung mendadak (HJM) sering terjadi di tempat umum dan keramaian dan menempati 50% dari kematian pada masalah jantung.
PENYAKIT kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia setelah stroke. Kematian yang disebabkan penyakit jantung dapat berupa serangan maupun henti jantung
DOKTER spesialis penyakit dalam RS Wahidin Sudirohusodo, dr. M. Tasrif Mansur, menjelaskan bahwa serangan jantung dan henti jantung merupakan dua hal yang berbeda.
Serangan jantung dan henti jantung sering dianggap sama, padahal berbeda. Kenali perbedaan, gejala, penyebab, dan risiko.
Para peneliti menganalisis data dari 88. 905 orang dewasa yang menggunakan sensor pada pergelangan tangan untuk memantau paparan cahaya selama seminggu
Studi yang mengevaluasi data dari 15. 306 orang di Tiongkok ini menemukan bahwa sekitar 26% peserta dengan pola tidur yang baik secara konsisten mempunyai risiko yang jauh lebih rendah
Menjaga kesehatan pembuluh darah penting untuk mencegah berbagai penyakit kardiovaskular serius seperti hipertensi, stroke, dan serangan jantung.
Selain harus berjuang dengan penyakitnya, penderita diabetes juga ternyata mengalami rasa kesepian yang luar biasa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved