Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

14.045 Jiwa Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Devi Harahap
26/4/2024 11:20
14.045 Jiwa Terdampak Erupsi Gunung Ruang
Ilustrasi warga mengungsi(Antara)

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyebut sebanyak 14.045 jiwa terdampak erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara. Mereka terdiri atas 6.842 laki-laki dan 7.044 perempuan.

Dari jumlah itu, sebanyak 6.125 jiwa harus mengungsi, dengan rincian 2.943 laki-laki dan 3.182 perempuan. Mereka tersebar di 13 titik pengungsian.

Abdul mengatakan Sekretaris Daerah Kabupaten Sitaro telah membentuk tim verifikasi data pengungsi yang melibatkan organisasi perangkat daerah terkait dan juga kepala desa.

Baca juga : Dampak Erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara Meluas

“Nanti, pengungsi yang berasal dari Pulau Ruang akan disatukan dalam satu tempat di gedung Balai Latihan Kerja (BLK). Sementara pengungsi yang berasal dari Pulau Tagulandang tersebar di rumah sanak famili atau masih bertahan di rumah mereka,” kata pria yang kerap disapa Aam itu melalui ketrangan resmi, Jum’at (26/4).

Aam menjelaskan pihaknya akan terus memastikan keselamatan warga khususnya yang tinggal di Pulau Ruang. Selain itu, sosialisasi juga dilakukan pemerintah daerah dengan memasang rambu yang menginformasikan larangan untuk memasuki Kampung Pumpente dan Kampung Laingpatehi, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut), yang berada di dalam radius 4 km atau berada di kaki Gunung Ruang.

“Pengungsi yang berasal dari Pulau Tagulandang tersebar di rumah sanak famili atau masih bertahan di rumah mereka. Kendala yang dihadapi pada pengungsian tersebar di rumah saudara atau rumah sendiri ini atap yang berlubang akibat lontaran batu Gunung Ruang pekan lalu,” tuturnya.

Deputi Logistik Peralatan BNPB, Dr. Lilik Kurniawan bersama jajaran, BPBD Provinsi Sulut dan BPBD Kabupaten Sitaro dengan menggunakan Kapal Motor Kabupaten Biaro untuk memantau langsung daerah yang sudah dipasang rambu. Pada pemantauan dari atas kapal, masih terlihat penduduk setempat yang menyelamatkan barang dari sisa erupsi.

“Rambu atau tanda larangan tersebut merupakan sarana sosialisasi kepada masyarakat agar tidak memasuki lagi Kampung Pumpente dan Laingptehi yang masuk dalam radius kawasan rawan bencana,” jelasnya. (Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya