Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
FESTIVAL Kopi Nusantara Media Indonesia tahun ini mengangkat kopi konservasi Nusantara. Salah satu yang hadir adalah Kopi Jago Jalanan (Kojal) yang mengangkat kopi liberika dari Kabupaten Kayong Utara di Kalimantan Barat. Kali ini, Kojal membawa produk dari perhutanan sosial di wilayah tersebut.
Founder Kojal Coffee Plantation Gusti Iwan Darmawan menyebut pihaknya membawa kopi-kopi dari kelompok tani masyarakat sebagai kawasan penyangga konservasi di kawasan Taman Nasional Gunung Palung.
Menurut Iwan, untuk mendorong masyarakat menjaga kelestarian hutan atau ekosistem yang dilindungi, yang pertama harus dilakukan adalah peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
Baca juga : Festival Kopi Media Indonesia Angkat Keunggulan Kopi Konservasi Nusantara
"Kalau masyarakat sudah memiliki manfaat ekonomi terhadap kehidupan dan lanskapnya itu, mudah untuk menggerakkan mereka menjaga lingkungan," kata Iwan kepada Media Indonesia dalam acara festiva kopi di Kompleks Media Group, Kedoya, Jakarta Barat, Kamis (1/2).
Hal itu, katanya, sudah terbukti di wilayah Kayong Utara. Sejak 2017, Kojal sudah melakukan pendampingan kepada masyarakat di wilayah tersebut untuk mengembangkan kopi liberika.
Sebagai informasi, kopi liberika ditanam di dataran rendah, 0-400 mdpl. Kebun kopi liberika ini, kata Iwan, turut menjaga hutan mangrove.
Baca juga : Festival Kopi Nusantara Kembali Digelar Keenam Kalinya
"Lanskapnya hutan mangrove, 300 meter dari pinggir mangrove baru ketemu dengan lahan gambut, di situ ada tempat tumbuhnya yang kami budidayakan tanaman kopi liberika. Kopi liberika sangat cocok terhadap pasang surut air asin," jelasnya.
"Kita sudah terima perlindungan indikasi geografisnya tahun ini oleh Kemenkumham. Dia sudah mendapatkan IG (indikasi geografis) kopi liberika kayong utara. Itu sudah dilindungi oleh negara," katanya.
Awalnya, wilayah tersebut hanya menghasilkan 300 kg per hektare. Sekarang sudah hampir 1 ton per hektare. "Masyarakat di tempat kami memanen kopinya per hektare satu bulan hanya 5 pagi. Satu pagi satu hektare dia bisa dapat sekitar 150 kg buah," jelasnya.
Baca juga : HUT Media Indonesia Ke-54, Festival Kopi Nusantara Kembali Digelar
Dalam satu bulan, masyarakat dengan hanya kerja 5 hari bisa dapat 750 kg buah satu hektare dengan harga buah Rp4 ribu per kilogram. Saat ini kebun kopi liberika kayong utara lebih dari 112 hektare.
"Kita sedang pengembangan tepatnya di kawasan mangrove, maksimal akan di 236 hektare. Sebelumnya hanya 80-an hektare," kata Iwan.
Kojal sendiri menginisiasi ke pemerintah kabupaten setempat untuk meminta kawasan itu sebagai kawasan yang dilindungi secara SK bupati sebagai kawasan ketahanan pangan supaya tidak dihabiskan misalnya oleh sawit.
Baca juga : Cantumkan Kopi, bukan Coffee
"Kalau tidak kami SK-kan bupati abis, pasti disertifikasi jadi kebun sawit semua," jelasnya.
Iwan mengatakan pihaknya sudah mendapatkan perhitungan finansial, ternyata pendapatan per hektare kebun sawit dengan pendapatan per hektare kebun kopi, lebih besar kopi.
"Satu bulan hanya 5 pagi dari jam 6 sampai 10 panennya. Harga buah Rp4 ribu dapat, Rp3 juta. Hanya jual buah, mereka cukup jual buah ke kelompok tani yang saya bina di kampung. Sedangkan dengan perkebunan sawit rakyat, satu hektare, sudah kita hitung, hanya Rp1,5 juta," ungkapnya.
Baca juga : Merayakan Minuman Pemersatu Nusantara
Sebelumnya, kata Iwan, pola pikir masyarakat beranggapan sawit lebih menguntungkan. Padahal, semua sama-sama menguntungkan tapi yang berkelanjutan adalah kopi.
"Intinya kami sangat senang sekali bisa mendapatkan satu skema yang kita inginkan adalah kami liberika kayong sebagai kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Palung, tidak hanya komoditas yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakat tapi komoditas yang akan berperan penting untuk mencegah masyarakat merambah hutan," pungkasnya. (Z-5)
Baca juga : Menu Khusus Mixology Kopi untuk HUT Media Indonesia
Audiensi Pimpinan Media Indonesia dengan Kementerian Investasi/BKPM
PELUNCURAN kanal Jelita di Mediaindonesia.com mendapat tanggapan positif dari sosok-sosok perempuan tangguh dan berprestasi di Indonesia.
Riza Ade adalah perempuan lulusan Sosial Politik yang akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang pebisnis. Maka dari itu saat memulainya, ia sangat banyak belajar
MEDIA Indonesia meluncurkan kanal baru dengan nama Jelita di laman berita Mediaindonesia.com. Kanal Jelita menjadi warna baru bagi Media Indonesia yang sudah eksis selama 54 tahun.
Kanal Jelita dapat menjadi jembatan untuk banyak komunitas wanita di luar sana untuk memperkenalkan komunitas mereka kepada masyarakat.
Miss Cosmo 2024, Ketut Permata Juliastrid sekaligus Puteri Indonesia Pariwisata 2024, yang juga gemar mengenakan kebaya, membagikan beberapa tips berkebaya alanya.
rumah adat Kalimantan Barat yang sangat banyak dengan berbagai ciri khas dan keunikan yang melambangkan budaya masyarakatnya
PW JAPNAS DKI siap sukseskan Munas I JAPNAS di NTB tahun depan
Polda Metro Jaya menangkap seorang pria Kalimantan Barat karena pembuatan dan penjualan link phising.
Calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan meresmikan Kampung Anies di Kampung Kamboja, Tepian, Tepian Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat.
Penurunan daya dukung lingkungan tersebut juga yang kemudian menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir, karena daerah cakupan resapan air telah rusak dan berubah fungsi.
Suharyanto juga berpesan kepada masyarakat agar tetap menjalankan protokol kesehatan untuk menghindari adanya penularan covid-19.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved