Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
SUNGAI adalah jalur air alami yang telah menyimpan berbagai misteri dalam setiap alur mengalirnya. Meskipun terlihat sebagai aliran permukaan yang memanjang, setiap sungai memiliki karakteristik unik, dengan pola aliran yang menarik dan beragam. Mulai dari pola radial sentrifugal hingga pola anural, keindahan dan keajaiban sungai tidak hanya terletak pada airnya saja tetapi juga dalam setiap tikungan dalam alurnya.
Dalam perjalanan menuju muara sungai tidak hanya mengalir lurus, melainkan membentuk pola-pola aliran yang memukau. Artikel ini akan mengulas rahasia di balik jenis-jenis pola aliran sungai yang menakjubkan, mengajak pembaca untuk menjelajahi keunikan alam dan dinamika sungai yang tersembunyi.
Sungai tidak hanya sekadar aliran air besar yang memanjang dari hulu ke hilir, melainkan fenomena alam yang lebih kompleks. Tidak hanya pada permukaan tanah, sungai bisa juga bersembunyi di bawah tanah dalam bentuk underground river.
Baca juga: Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah World Water Forum 2024
Selama perjalanan dari hulu ke hilir, sungai membentuk pola aliran yang unik, menyesuaikan diri dengan keadaan alam di sekitarnya.
Dalam keberagaman sungai tidak hanya terdapat pola aliran yang mencolok, tetapi juga variasi jenis sungai yang dikategorikan berdasarkan genetik, jumlah air, dan sumber air yang mengalir.
Semua bermuara pada lautan dan menciptakan ekosistem air yang kaya dan beragam. Penjelasan lebih mendalam mengenai sungai dan keberagamannya akan diuraikan di bawah ini.
Air hujan yang turun ke permukaan bumi secara alami akan mengalir melalui sungai dan selanjutnya menuju ke laut, danau, atau sungai yang memiliki kapasitas tampung yang lebih besar.
Baca juga: Antisipasi Musim Hujan, Dinas PUPR Kota Denpasar Bersihkan Aliran Sungai
Dikutip dari buku GeoGrafi SMA Kelas X karya Troels Raadam dkk, pola aliran sungai di permukaan Bumi dipengaruhi oleh morfologi dan struktur geologi di tempat sungai mengalir.
Melansir dari Buku Irigasi dan Drainase dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa aliran sungai di dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) dihubungkan oleh sistem satu arah, membentuk berbagai pola aliran sungai yang khas. Kondisi ini menjadi faktor pembentuk pola aliran sungai.
Sedangkan menurut sumber dari Dinamika Hidrosfer tahun 2018, terdapat delapan pola aliran sungai yang umumnya dijumpai, yakni pola radial sentrifugal, pola radial sentripetal, pola dendritik, pola trellis, pola rektangular, pola pinnate, pola anural, dan pola paralel.
Berikut adalah beberapa pola aliran sungai beserta penjelasan lengkapnya:
1. Dendritik
Pola aliran sungai dendritik umumnya terjadi di daerah yang didominasi oleh batuan atau endapan sedimen, terletak pada bidang horizontal di dataran rendah atau pantai.
Aliran sungai dalam pola ini memiliki bentuk yang tidak teratur, menyerupai ranting-ranting pohon. Terdapat sungai utama dengan anak-anak sungainya yang bermuara membentuk sudut lancip atau tumpul. Contohnya, pola aliran sungai ini sering ditemui di bagian timur Sumatera dan Kalimantan.
2. Radial
Pola aliran sungai radial terjadi ketika sungai menyebar dari satu titik pusat ke arah berbagai penjuru. Pola ini biasanya ditemui di daerah pegunungan atau gunung berapi dengan sumber air pusat. Sungai-sungai bercabang menjauhi pusat membentuk pola seperti roda. Daerah-daerah tertentu di Indonesia dengan aktivitas vulkanik, seperti Jawa, sering memiliki pola aliran sungai radial.
3. Trellis
Pola aliran sungai trellis terbentuk seperti jaring atau teralis. Sungai utama dan anak-anak sungainya berjalan sejajar, membentuk sudut kanan. Pola ini umumnya ditemui di daerah pegunungan lipatan atau bertekstur geologi yang mempengaruhi arah aliran sungai. Contohnya, daerah pegunungan di Papua.
4. Rektangular
Pola aliran sungai rektangular membentuk sudut-sudut siku-siku. Pola ini umumnya terjadi di daerah yang memiliki patahan geologi atau variasi tingkat kekerasan batuan yang signifikan. Aliran sungainya mengikuti pola sudut-sudut yang jelas.
5. Paralel
Pola aliran sungai paralel terjadi ketika anak sungai mengalir sejajar atau hampir sejajar dengan sungai utama. Anak sungai tersebut dapat bermuara langsung ke laut atau bergabung dengan sungai utama. Pola ini sering terbentuk di daerah lereng yang terkendali oleh struktur geologis seperti lipatan.
6. Pinnate
Pola aliran sungai pinnate terjadi ketika sungai utama memiliki anak-anak sungai yang bermuara membentuk sudut lancip. Pola ini memberikan tampilan seperti "daun pinus" dengan sungai utama sebagai batang utama dan anak-anak sungai sebagai cabang-cabangnya.
7. Rektangular (Sink Holes)
Aliran air dalam pola ini mengalir tegak lurus antara sungai utama dan anak-anak sungainya. Pola rektangular sering ditemui di daerah batuan kapur atau patahan geologis. Contohnya adalah sungai di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ciri khasnya adalah adanya aliran sungai yang tiba-tiba menghilang ke dalam tanah, dikenal dengan istilah sink holes.
8. Dikotomik
Pola aliran dikotomik melibatkan dua sungai yang mengalir dalam arah yang saling berlawanan. Sungai-sungai ini terbagi dan mengalir ke arah yang berlawanan satu sama lain.
9. Anastomotik
Pola anastomotik merupakan pola aliran sungai yang berliku atau meandering. Sungai-sungai dalam pola ini sering membentuk lengkungan atau meander, menciptakan pola aliran yang berliku.
10. Barbeda
Pola barbeda melibatkan sungai yang mengalir dengan adanya danau di selang-selingnya. Sungai ini membentuk pola aliran yang berhubungan dengan keberadaan danau dalam jalurnya.
11. Braided
Pola braided terbentuk ketika aliran sungai terbagi akibat gangguan tertentu, seperti pengendapan di tengah sungai. Pola ini menciptakan jalur aliran sungai yang terbagi dan terlihat seperti anyaman.
Setiap pola aliran sungai memiliki karakteristik uniknya sendiri, yang dipengaruhi oleh geologi dan morfologi tempat sungai mengalir.
Berbagai faktor dapat memengaruhi terbentuknya pola aliran sungai, termasuk:
1. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng tempat sungai berada memiliki dampak signifikan pada pembentukan pola aliran. Lereng yang curam cenderung menghasilkan aliran sungai yang tidak beraturan, sementara lereng yang dangkal cenderung menghasilkan pola aliran yang lebih teratur. Variasi kemiringan lereng memainkan peran penting dalam membentuk pola aliran sungai.
2. Perbedaan Jenis Batuan
Sifat keras batuan dan pengaruh tetesan air secara berkala dapat mempengaruhi pembentukan pola aliran sungai. Batuan yang terkena air sungai secara terus-menerus akan mengikis dan membentuk pola aliran sungai. Proses ini juga dapat mempengaruhi kedalaman sungai, di mana sedimentasi batuan di dasar sungai dapat menyebabkannya menjadi dangkal.
3. Struktur Batuan
Struktur kompleks batuan di permukaan juga dapat mempengaruhi bentuk pola aliran sungai. Semakin kompleks struktur batuan, pola aliran sungainya cenderung lebih teratur. Struktur batuan di permukaan sungai dapat mendukung kesuburan tanah di sekitarnya, terbentuknya tanah aluvial sebagai hasil dari sedimentasi batuan di dasar sungai.
4. Gerakan Lempeng Tektonik
Gerakan lempeng tektonik di bawah permukaan bumi dapat menciptakan perubahan pada kerak bumi, termasuk pola aliran sungai. Gerakan ini dapat mempengaruhi pembentukan pola aliran sungai dengan menyebabkan penyumbatan atau perubahan pada aliran sungai, terutama di bagian hulu.
Faktor-faktor ini secara bersama-sama menciptakan lingkungan yang kompleks, yang memainkan peran penting dalam membentuk pola aliran sungai dan memengaruhi ekosistem di sekitarnya. (Z-1)
ATOM-ATOM dengan nomor atom 1 sampai 18 akan stabil bila kulit atom terluarnya berisi 8 elektron. Unutk itu, suatu atom dapat melepaskan atau menerima satu atau lebih elektron.
Semua atom dalam suatu unsur memiliki jumlah proton yang dijadikan sebagai dasar nomor atom. Sementara nomor massa suatu atom ditentukan oleh jumlah neutron dan proton.
Atom tersusun atas partikel-partikel penyusun atom atau partikel subatom, yaitu neutron (n), proton (p), dan elektron (e). Neutron dan proton membentuk inti atom.
Berikut 30 surat dalam Juz Amma dari surat 114 sampai 85.
Semakin dalam benda tenggelam dalam cairan, semakin besar tekanan hidrostatis yang akan dikenakan padanya.
Apa saja perkara dalam salat berjemaah? Berikut penjelasan terhadap 11 perkara dalam salat berjemaah.
Banjir mengingatkan akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan, terutama di kawasan-kawasan hutan pada hulu Daerah Aliran Sungai (DAS).
Tim verifikasi lapangan telah mengidentifikasi pencemaran dan perusakan lingkungan di dua lokasi wisata, yaitu Hibics Fantasy Puncak dan Eiger Adventure Land.
Hingga saat ini, kerusakan DAS Waikomo telah memakan korban yang tidak sedikit, antara lain, hilangnya belasan Petakan sawah maupun kebun milik warga.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengunjungi Tukad Bindu di Denpasar, Bali, untuk mempelajari konsep komunitas dalam menjaga dan mengelola Daerah Aliran Sungai (DAS).
Penanaman serentak dipimpin Menteri LHK, Siti Nurbaya, di Cianjur, Jawa Barat serta Kepala BRGM, Hartono, di Desa Lukit, Pulau Padang, Kepulauan Meranti, Riau
Indikasinya jelas bahwa pada tahun 80-an, debit Mata Air Umbulan masih sekitar 6.000 liter per detik. Tahun 2018 bahkan kurang dari 4000 liter per detik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved