Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PAKAR obstetri dan ginekologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Hariyono Winarto mengatakan perempuan yang pernah terinfeksi human papillomavirus (HPV) atau HPV-DNA positif masih memiliki peluang untuk hamil karena kondisi itu tidak berhubungan langsung dengan kehamilan.
"HPV-DNA positif sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan kehamilan. Jadi, keberhasilan kehamilan itu lain lagi sebenarnya faktor-faktor yang berperan. Jadi tetap bisa hamil, yang sudah pernah HPV DNA positif," kata Hariyono, dikutip Jumat (24/11).
Kecuali, sambung Hariyono, bila memang ada faktor lain yang saat pasien diterapi karena HPV positif akhirnya mengganggu kehamilan.
Baca juga: Cara Alami Atasi Morning Sickness pada Ibu Hamil
"Misalnya ada infeksi di saluran telur dan lainnya, bisa terjadi gangguan untuk hamil," tutur dia.
Diagnosis HPV-DNA positif berarti seseorang terinfeksi HPV tipe risiko tinggi, tetapi bukan berarti dia positif kanker, melainkan berisiko sangat tinggi untuk terkena kanker leher rahim atau serviks di masa mendatang.
Selain tentang peluang hamil, Hariyono juga membahas tentang boleh atau tidaknya pasien HPV-DNA positif divaksin.
Baca juga: Ibu Hamil Diminta Waspadai Faktor Keturunan Stroke
"Kalau belum pernah vaksin tetap ada gunanya vaksinasi untuk mencegah reinfeksi. Kalau divaksinasi lagi, kalau ada infeksi lagi berarti tubuh sudah mulai memiliki kekebalan," ujar Hariyono.
Dia menambahkan, pasien tidak perlu menunggu negatif HPV untuk bisa divaksin. Tetapi yang penting dia belum terkena kanker serviks.
Tes HPV bermanfaat untuk mendeteksi keberadaan human papillomavirus, virus yang dapat menyebabkan berkembangnya kutil kelamin, sel serviks abnormal, atau kanker serviks.
Merujuk Mayo Clinic, tes ini biasanya dilakukan mereka yang berusia 30 tahun atau lebih untuk mendeteksi keberadaan HPV dari leher rahim namun bukan berarti mendiagnosis seseorang terkena kanker.
Tipe HPV tertentu seperti 16 dan 18 meningkatkan risiko seseorang terkena kanker serviks. Tes HPV dilakukan secara rutin di bawah usia 30 tahun tidak disarankan, karena tidak terlalu membantu.
Sementara itu, berbicara penularan, HPV menyebar melalui hubungan seksual dan sangat umum terjadi pada orang muda. Namun, infeksi HPV sering kali hilang dengan sendirinya dalam waktu satu atau dua tahun.
Selanjutnya, perubahan serviks yang menyebabkan kanker biasanya memerlukan waktu beberapa tahun, sering kali 10 tahun atau lebih, untuk berkembang. (Ant/Z-1)
Etape 19 Tour de France yang semula berjarak 129,9 km menjadi 95 km, akibat ditemukannya wabah penyakit kulit nodular menular pada kawanan sapi di Col des Saisies.
Menurut data GLOBOCAN 2022, Indonesia termasuk dalam 10 besar negara dengan jumlah kasus kanker ovarium tertinggi di dunia.
Jika keluhan rasa lelah tak kunjung membaik, hal tersebut dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup seseorang.
Konsumsi sekedar satu potong daging olahan atau sekaleng soda sehari sudah dikaitkan dengan lonjakan resiko penyakit serius.
Herpes zoster biasanya diidentifikasi dengan munculnya rasa nyeri di kulit yang diikuti kemunculan ruam dan lepuhan berisi cairan.
TERAPAN stem cell therapy diklaim mampu mengobati penyakit yang sulit diobati dengan obat-obatan konvensional. Ada sejumlah terapi stem cell yang berkembang.
Di tengah kondisi banjir yang melanda wilayah Jabodetabek, FKUI turut menyoroti pentingnya akses layanan kesehatan bagi masyarakat yang terdampak.
Dies Natalis ke-75 FKUI bukan sekadar perayaan tapi juga refleksi perjalanan panjang FKUI dalam mencetak saintis dan profesional medis berkualitas dan mampu berkontribusi bagi bangsa.
50% pasien kanker prostat di Indonesia baru melakukan deteksi ketika kondisi penyakitnya telah berada pada stadium lanjut.
Pada dasarnya, terlalu banyak mengonsumsi garam dapat memicu darah tinggi atau hipertensi, sementara hipertensi merupakan pemicu utama penyakit ginjal kronis.
Walapun sudah ada InPres No. 67 tahun 2021 untuk TB, tetapi target eliminasi tuberkulosis di 2030 masih merupakan tantangan amat besar.
Apabila seseorang memiliki gaya hidup sedenter, organ-organ di dalam tubuh harus bekerja lebih keras untuk melakukan metabolisme, tidak terkecuali pankreas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved