Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Pembukaan Program Studi Baru Harus Berdasarkan Pertimbangan yang Matang

Media Indonesia
08/10/2023 17:05
Pembukaan Program Studi Baru Harus Berdasarkan Pertimbangan yang Matang
Ribuan Wisudawan dan Wisudawati hadir dalam Upacara Wisuda Universitas Terbuka.(MI/Susanto)

PEMBUKAAN jurusan baru pada suatu lembaga pendidikan harus direncanakan secara matang dengan tetap mengedepankan terwujudnya link and match dengan dunia kerja. Jurusan baru harus dibuka dengan melewati kajian yang matang sehingga lulusannya berkualitas tinggi.

"Saya berharap dalam membuka jurusan baru di suatu perguruan tinggi, harus berdasarkan kajian yang matang sehingga lulusan yang dihasilkan benar-benar dapat mengamalkan ilmunya di dunia kerja yang tersedia, sesuai dengan bidang yang dipelajarinya," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Minggu (8/10).

Pada acara "Commemoration of the 20th Anniversary of the Discovery of Homo floresiensis" yang digelar di Jakarta, pekan lalu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia membuka program studi arkeologi.

Jumlah PTN yang menghasilkan arkeolog dinilai masih sedikit. Saat ini di Indonesia tercatat enam PTN yang sudah memiliki jurusan arkeologi adalah Universitas Jambi, Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana, Universitas Hasanuddin, Universitas Indonesia, dan Universitas Haluoleo.

Catatan Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru 2023, tahun ini daya tampung total jurusan arkeologi di keenam PTN tersebut adalah 284 orang dengan kecenderungan minat yang rendah dari para calon mahasiswa.

Menurut Lestari, pembukaan jurusan baru di perguruan tinggi harus benar-benar dipertimbangkan secara matang. Sejumlah catatan terkait dorongan pembukaan jurusan arkeologi di sejumlah PTN juga harus menjadi pertimbangan. Antara lain, apakah arkeolog lulusan enam perguruan tinggi yang ada saat ini sudah dimanfaatkan secara maksimal dalam setiap program pemerintah dan berbagai kegiatan riset terkait dengan arkeologi.

Lestari yang merupakan alumni Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia di awal 90-an itu mengungkapkan ketika itu daya serap lulusan arkeologi di bidangnya terbilang rendah.

“Padahal, idealnya kebutuhan tenaga arkeolog sangat banyak, sebagai bagian dari tim pelestarian cagar budaya yang tersebar di Nusantara. Namun, tegas Rerie, upaya untuk memenuhi kebutuhan itu tidak dilakukan,” tuturnya.

Akibatnya, lulusan arkeologi hingga saat ini tidak sepenuhnya berkiprah di bidang yang dipelajarinya di kampus.

Berdasarkan kondisi itu, menurut Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, upaya meningkatkan minat generasi muda terhadap arkeologi harus konsisten dilakukan dengan berbagai cara, sebelum pembukaan jurusan arkeologi digencarkan di berbagai kampus.

Upaya tersebut, juga harus diimbangi dengan penciptaan atau ketersediaan lapangan kerja yang dapat menampung para arkeolog lulusan sejumlah PTN tersebut.

“Pada intinya upaya untuk membangun sistem pendidikan yang mengedepankan konsep link and match dengan dunia kerja harus terus diupayakan, dalam rangka membangun sumber daya manusia nasional yang produktif di tengah upaya peningkatan kinerja pembangunan nasional yang berkelanjutan,” tutup Lestari.

 

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya