Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

SIPN XIX Upaya Perkuat Identitas Nasional dan Meningkatkan Literasi Kebudayaan

Widhoroso
09/8/2023 21:14
SIPN XIX Upaya Perkuat Identitas Nasional dan Meningkatkan Literasi Kebudayaan
Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara ke-19, 7-9 Agustus 2023 di FIB UGM, Yogyakarta.(HO)

MASYARAKAT Pernaskahan Nusantara (Manassa) bersama Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Pusat Kajian Jawa (Pusaka Jawa) menggelar Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara ke-19, 7-9 Agustus 2023 di FIB UGM, Yogyakarta. Bertema 'Penguatan Keindonesiaan Melalui Kajian Naskah Nusantara', simposium ini merupakan upaya memperkuat identitas nasional dan meningkatkan literasi kebudayaan di Indonesia.

Menteri Sekretariat Negara yang juga merupakan Ketua Majelis Wali Amanat UGM, Pratikno menjadi pembicara kunci dengan judul 'Indonesia untuk Semua'. Pratikno menyampaikan wajah Indonesia sangat luas, berpulau pulau, dengan etnis yang berbeda-beda, dan mewariskan pengetahuan dan budaya yang beragam melalui naskah, cerita rakyat (folklor), serta tradisi masyarakat. Ia menyoroti bagaimana kehadiran teknologi canggih dioptimalkan untuk keperluan kajian naskah kuno.

"Teknologi digital hari ini berkembang dengan begitu pesatnya. Jika sebelumnya, kita hanya terbatas pada mendigitalkan atau mengotomasi suatu dokumen, hari ini, teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), augmented reality (AR), dan sebagainya, dapat membantu pekerjaan analisis dan kreatif. Sebagai contoh, Augmented Reality (AR) memungkinkanmanuskrip dan naskah-naskah kuno menjadi lebih mudah diakses dan dapat dipelajari dengan cara yang fun atau menyenangkan bagi siapa saja,” ungkapnya.

"Masyarakat Indonesia dengan masing-masing lokalitas memiliki tantangan yang berbeda. Inilah yang melahirkan pengetahuan, kearifan, strategi, dan juga lompatan kemajuan,” tambah Rektor UGM 2012-2017 tersebut.

Di sisi lain, Dekan Fakultas FIB UGM Prof. Dr.Setiadi mengatakan FIB merupakan pusat pembelajaran dalam bidang humaniora dan kegiatan seperti ini perlu diadakan guna menempatkan isu-isu humaniora dalam proses pembelajaran, pengajaran, penelitian, serta pengabdian masyarakat. Hal ini kemudian disinergikan untuk menjawab kebutuhan hari ini dan hari depan.

"Dalam prosesnya, FIB selalu menggunakan pendekatan budaya sebagai acuan dan memastikan diri terbuka terhadap pembaharuan dari masa ke masa. Perkembangan revolusi industry 4.0 dan teknologi digital yang dibawanya, harus kita optimalkan dalam kajian-kaian ilmiah kita," jelasnya.

Sedangkan Ketua Umum Manassa Dr. Munawar Holil menyetakan simposium ini menjadi suatu ajang untuk saling berbagi ilmu, berbagi pengetahuan, serta berbagi pengalaman di bidang kajian naskah ini. "Simposium ini juga menjadi waktu yang tepat untuk mengeluarakan ‘unek-unek ilmiah’ sehingga bisa menjadi ajang temu kangen yang terakhir kali dilaksanakan secara luring pada 2015," jelasnya

Ketua SIPN XIX 2023 yang juga menjabat Ketua Pusat Kajian Jawa (Pusaka Jawa), Arsanti Wulandari menyampaikan simposium ini membuka kesadaran para penggerak, akademisi, peneliti ilmu budaya, untuk melihat potensi kolaborasi multi pihak guna mencapai kemajuan dalam kajian filologi di Indonesia. "Melalui pendekatan yang inovatif dan relevan dengan perkembangan zaman, simposium ini diharapkan dapat mempertajam kajian manuskrip yang inklusif dan lintas budaya. Kami berharap hasil studi yang komprehensif dan relevan secara ilmiah ini dapat menjaga identitas nasional yang Pancasilais dalam dinamika berbangsa dan bernegara saat ini,” ucapnya. (RO/R-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik