Headline
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
KARAKTERISTIK kesiapan anak usia dini memasuki jenjang pendidikan lanjutan sangat berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan sangat beragam. Sehingga kesiapan anak masuk ke jenjang pendidikan dari PAUD ke Sekolah Dasar harus mendapat perhatian khusus.
"Jika treatment masa pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini berhasil dicapai dengan baik, dia sudah bisa dinilai matang untuk memasuki jenjang Sekolah Dasar (SD). Usia anak mulai bersekolah berbeda-beda tergantung kesiapan setiap anak," kata Psikolog Universitas Indonesia (UI) Rose Mini Agoes Salim atau akrab disebut Bunda Romi dalam talkshow Komitmen Bersama Bunda PAUD Dukung Gerakan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan, dikutip Rabu (7/6).
Menurutnya, upaya Kemendikbudristek dalam membangun Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan dengan melibatkan seluruh Bunda PAUD di Indonesia merupakan langkah strategis dan tepat dengan tiga target perubahan yang telah ditetapkan.
Baca juga : Ayah Bunda, Yuk Dukung Pembentukan Kemampuan Fondasi pada Anak Usia Dini
"Saya harapkan sekembali ke daerah nanti dapat diimplementasikan. Tidak ada lagi tes calistung di seluruh Sekolah Dasar, baik negeri maupun swasta. Dan dilakukan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah secara tepat," ujarnya.
Bunda Romi menegaskan kematangan untuk bersekolah tidak dilihat dari usia. Kesiapan sekolah anak akan berbeda tergantung tiap individu. Ada yang usia 5 tahun sudah matang, ada yang baru 6 tahun, bahkan 7 tahun. Orangtua bisa menyiapkan anak masuk SD dengan melakukan stimulasi.
"Anak suka stimulasi dengan bermain karena hal ini dilakukan tanpa didasari keterpaksaan. Bermain adalah cara belajar yang paling alami serta mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak," tukasnya.
Baca juga : Sekolah Satu Atap Kota Bogor Diharap Jadi Solusi Masalah PPDB
Selain itu, bermain juga bisa menambah wawasan, skill, dan membentuk perilaku anak. Saat bermain, anak akan belajar berbagai konsep. Bermain itu menyiapkan diri (anak) dalam kehidupan.
Dikatakan aspek kesiapan sekolah anak yang harus mendapat perhatian adalah aspek fisik, bahasa, kognitif, sosial-emosional, kemandirian, dan moral.
“Aspek fisik dibagi menjadi motorik kasar dan halus. Saya selalu mengatakan kepada pendidik dan orangtua, anak bisanya motorik kasar seperti lempar dan lari. Untuk masuk ke dunia sekolah, mereka harus bermain di motorik halus. Caranya bisa dengan memasukkan benda kecil seperti biji-bijian ke dalam botol,” papar dia.
Baca juga : Contoh Catatan Wali Kelas di Rapor yang Memotivasi
Kemudian, aspek bahasa meliputi kemampuan memperkenalkan diri hingga tahap memahami dirinya seperti kondisi lapar atau kenyang. Menurut Rose, jika aspek tersebut bagus anak akan menjadi percaya diri.
Lebih lanjut, apabila seorang anak masuk ke SD dengan kondisi yang tidak siap, mengakibatkan dia sulit beradaptasi. Ketika sudah masuk SD, anak harus dilatih konsentrasi lebih lama agar tidak sulit memahami pelajaran.
“Rentang waktu belajar di SD kelas awal lebih panjang dari TK. Hal ini berkaitan dengan teori rentang konsentrasi. Jika di SD tidak dibiasakan konsentrasi lebih lama akan sulit memahami pelajaran. Kemudian anak akan merasa tidak nyaman di sekolah dan bisa mengakibatkan penurunan prestasi,” tandas Rose. (Z-1)
Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan bahwa Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS) bukan masa perpeloncoan atau masa senioritas
Sementara itu Kepala SDN Kertasari 3, Sofia Widawaty, menjelaskan bahwa kini sekolah yang dipimpinnya hanya memiliki 18 siswa aktif.
Data 2024 menunjukkan angka partisipasi sekolah (APS) untuk usia 16–18 tahun di Banten baru mencapai 71,91%, masih di bawah rata-rata nasional.
Dengan peningkatan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat terus meningkatkan angka partisipasi sekolah.
Usaha pencegahan anak putus sekolah semestinya dilakukan dengan memperhatikan sejumlah aturan yang ada dan memperhatikan efektivitas pada kondisi belajar anak dan kondisi kerja guru.
GUBERNUR Jawa Barat (Jabar) Dedy Mulyadi mengeluarkan keputusan yakni memperbolehkan jumlah siswa dalam satu kelas mencapai hingga 50 siswa. Itu menuai respons dari kepala sekolah
Anak-anak yang belum bisa berkomunikasi dengan baik perlu selalu didampingi saat bermain sendiri maupun bersama teman-temannya.
Sebelum anak dilepas bermain di luar, orangtua diminta memulai dengan pengawasan hingga pemantauan di awal.
Ringgo Agus Rahman mengaku belum ada hal yang dapat ia banggakan pada anak-anaknya untuk ditinggalkan.
PENGUATAN langkah koordinasi dan sinergi antarpara pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat harus mampu melahirkan gerakan antikekerasan.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
Upaya untuk mewujudkan peningkatan kualitas anak, perempuan, dan remaja masih banyak menghadapi tantangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved