Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PEPOHONAN yang ditanam di tengah perkebunan kelapa sawit yang disebut sebagai 'pulau pohon' rupanya dapat meningkatkan keanekaragaman hayati secara signifikan dalam waktu lima tahun tanpa mengurangi kemampuan produksi kelapa sawit.
Hal itu telah dibuktikan melalui studi jangka panjang yang dipimpin oleh Pusat Penelitian Kolaboratif Ecological and Socio-Economic Functions of Tropical Lowland Rainforest Transformation Systems - Sumatra, Indonesia (EFForTS), Universitas Göttingen, Jerman.
Penulis utama dalam penelitian itu, Delphine Clara Zemp mengungkapkan, awalnya, tim peneliti memprediksi bahwa hasil panen akan menurun dari waktu ke waktu karena pulau-pulau pohon tersebut mengonsumsi sumber daya untuk pertumbuhan dengan mengorbankan kelapa sawit. "Namun, ini tidak terjadi, bahkan lima tahun setelah dimulainya eksperimen, dan itu tanpa meningkatkan penggunaan pupuk buatan di pulau-pulau pohon," ungkap Zemp, Selasa (30/5).
Baca juga : Kemitraan Perusahaan-Petani Sawit Kunci Tingkatkan Produktivitas
"Hasil studi menunjukkan bahwa industri dapat memperoleh manfaat dari langkah ini. Ada potensi nyata untuk mengembangkan praktik restorasi ekologis ini dalam skala besar," tambahnya.
Kegiatan penelitian itubekerja sama dengan beberapa kampus Indonesia, seperti IPB University dan Universitas Jambi. Para peneliti melihat adanya kehilangan keanekaragaman hayati akibat budi daya kelapa sawit yang intensif sehingga mereka menanam pulau-pulau pohon di pulau Sumatra, tepatnya di Jambi. Hasil kajian ini telah dipublikasikan di Jurnal Nature, salah satu jurnal ilmiah tertua dan bereputasi tinggi di dunia.
Baca juga : Kelapa Sawit Efektif Dukung Target Net Zero Emissions
Konversi hutan tropis menjadi perkebunan kelapa sawit mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dan fungsi ekologis yang signifikan. Perkebunan kelapa sawit di dunia saat ini berkisar 21 juta hektare dengan mayoritas berada di Indonesia dan Malaysia.
Untuk mengurangi dampak negatif lingkungan, para peneliti membuat 52 pulau pohon dari enam spesies pohon lokal di perkebunan kelapa sawit industri. Upaya ini ternyata merupakan strategi restorasi ekologis yang menjanjikan.
"Umumnya, studi ekologi tentang kelapa sawit terbatas pada pelaporan hilangnya keanekaragaman hayati dan degradasi ekosistem," jelas rekan penulis, Prof Holger Kreft, Kepala Kelompok Penelitian Keanekaragaman Hayati, Makroekologi dan Biogeografi di Universitas Göttingen, Jerman.
"Pendekatan kami terhadap restorasi ekologis ini melangkah lebih jauh dan unik karena terjadi dengan latar belakang perkebunan kelapa sawit skala industri (140 hektare). Dengan desain eksperimen yang ketat, kami menentukan komposisi dan ukuran pulau optimal yang dapat menghasilkan restorasi ekologis terbaik," kata Prof Holger Kreft.
Namun demikian, tim kajian sepakat bahwa prioritas utama tetaplah ‘mencegah deforestasi’. "Hasil yang menggembirakan ini tidak boleh dibiarkan dan dijadikan alasan untuk membahayakan konservasi hutan tropis, rumah bagi keanekaragaman hayati yang tak tergantikan," pungkas tim. (Z-4)
PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas insiden yang terjadi pada Kamis, (15/5), di Desa Kaligedang, Bondowoso, Jawa Timur.
BAKN DPR RI melakukan kunjungan kerja ke PTPN I Regional 2. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai dukungan terhadap keberlanjutan program strategis Tanam Sejuta Pohon.
Di Kabupaten Batang, kopi tidak sekedar kenikmatan sajian minuman khas tetapi kini telah berkembang menjadi sebuah wahana wisata yang menarik perhatian pelancong.
Proyek ini juga mencakup pengembangan ekosistem perkebunan kelapa organik seluas 20 ribu hektare.
Anggota Komisi XII DPR RI Mukhtarudin menyoroti ketidakjelasan manfaat nilai karbon yang diterima oleh daerah. Masih ada kebingungan mengenai realisasi dana karbon bagi daerah,
Pada 2024, sebanyak 331 mahasiswa ITSI berhasil menyelesaikan studi. Dari jumlah tersebut, 53 lulusan telah diterima bekerja di perusahaan perkebunan,
Kawasan Asia Tenggara, yang menyimpan 15% hutan tropis dunia dan hampir 20% spesies tumbuhan dan hewan global, menghadapi potensi kehilangan hingga 50% spesies terestrial pada 2100.
Lestarikan keanekaragaman hayati! Jaga alam, sumber kehidupan. Pelajari pentingnya konservasi untuk masa depan bumi yang berkelanjutan.
Pelajari ekosistem: Keseimbangan alam esensial untuk kehidupan. Temukan peran pentingnya bagi bumi dan keberlangsungan makhluk hidup.
Balai Gakkum Kehutanan Wilayah Sumatra secara resmi menyerahkan tersangka AS (45) beserta barang bukti kasus perdagangan ilegal sisik trenggiling kepada Kejaksaan Tinggi Sumut
Lebih dari 15 jenis tanaman herbal Indonesia telah ditanam di greenhouse tersebut, antara lain jahe merah, jahe gajah, kunyit, pohon bidara, pohon katuk, serai wangi, saga, dan tapak dara.
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) juga telah mengumumkan para peraih KEHATI Award 2024, penghargaan tertinggi dalam bidang lingkungan di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved