Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
MEDIA sosial yang kita miliki, bila dikemas dengan konten berbentuk cerita atau storytelling punya peran besar untuk meningkatkan personal branding kita sebagai pribadi dengan ciri tersendiri sesuai dengan konten yang kita share secara konsisten.
Namun untuk kepentigan bisnis atau usaha, storytelling berdampak positif pada peningkatan penjualan produk usaha yang kita jual secara online melalui media sosial.
“Jadi, media sosial yang dimanfaatkan dengan tehnik storytelling punya pengaruh besar bagi pengembangan diri kita dan juga usaha yang kita jalani,” ujar dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI), Heri Purwoko, SSn, M.Hum dalam webinar series 1, bertema “Storytelling di Media Sosial”, Kamis (30/3/).
Baca juga: Storytelling Cara Edukasi Efektif Jangkau Generasi Muda
Wakil Direktur 1 ATVI, Ciptono Setyobudi, SE, MTI membuka secara resmi acara yang dipandu mahasiswa ATVI, Anabela Callista Zahwa .
Ciptono mengatakan, acara yang digelar dalam rangka Dies Natalis ATVI ke-25 ini sangat penting mengingat tema yang sangat aktual dan hampir setiap orang kini menggunakan media sosial.“Webinar ini bentuk pengejawantahan dosen ATVI sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat,” katanya.
Menariknya, tema webinar membuat lebih 150 peserta terus mengikuti acara ini hingga tuntas. Bahkan ketika host memberikan kesempatan bertanya, banyak yang mengangkat tangan agar diberi kesempatan bertanya.
Maklum, panitia memberikan hadiah menarik berupa buku komunikasi bagi tiga penanya yang dinilai terbaik.
Baca juga: Pengertian Storytelling dalam Pelajaran Bahasa Inggris
Share dan Upload Konten yang Berguna
Heri Purwoko yang juga mengajar di Binus dan Universitas Al-zhar Indonesia ini lebih lanjut mengatakan, ketika kita men-share atau meng-upload konten-konten yang isinya baik, apakah tentang pengalaman, apa yang sedang kita kerjakan dan sebagainya secara konsisten , secara otomatis akan menaikkan branding diri kita.
Pada saat bersamaan, kita tengah membangun suatu komunikasi yang intens dan baik dengan pengikut atau follower kita.
“Jadi, strorytelling di media sosial itu juga bisa dilakukan ketika kita mengalami momen-momen yang sangat spesial. Momen langka yang mungkin tidak dapat dirasakan banyak orang. Itu sangat menarik,” kata Heri yang lulusan IKJ ini.
Secara gamblang Heri Purwoko menegaskan, storytelling di media sosial bisa dilakukan oleh setiap orang. Dan ketika melakukan itu, kita tengah berproses berbagi cerita.
“Maka anggaplah sebagai penulis ketika kita membuat storytelling. Begitu juga jadilah seperti fotografer ketika men-share foto atau visual,” katanya.
Dalam webinar ini sejumlah peserta menanyakan bagaimana menaikkan pengikut atau follower di media sosial. Heri menjawab, jalan tercepat adalah membeli follower seperti dilakukan beberapa orang, tapi hal ini tidak dianjurkan.
“Jangan membeli follower, alamiah saja. Jika kita konsisten dengan konten-konten yang berguna bagi masyarakat, dan melihat aktualitas dengan narasi yang baik, kemungkinan follower akan bertambah. Bisa juga kita follow media sosial rekan atau jaringan pertemanan kita, maka secara perlahan follower akan bertambah.
Sangat Relevan
Sementara itu Direktur ATVI, Dr. Melitina Tecoalu mengatakan, webinar yang digagas oleh dosen ATVI dan mendatangkan narasumber dosen ATVI ini merupakan bagian dari proses pembelajaran dan sekaligus pengabdian kepada masyarakat.
Tema yang diangkat sangat relevan dengan situasi saat ini, mengingat hampir semua kalangan masyarakat, termasuk dosen dan mahasiswa selalu menggunakan media sosial.
“Narasumber dalam paparannya memberi tips yang praktis dan berguna bagi kita, bagaimana memanfaatkan media sosial dengan menggunakan tehnik storytelling atau narasi atas sesuatu yang akan kita share. Ternyata banyak manfaat positif yang bisa diperoleh, baik untuk kepentingan pribadi maupun usaha atau bisnis,” ujar Melitina.
Baca juga: DI Yogyakarta Kuatkan Storytelling di Objek Wisata
Melitina berharap, serial webinar berikutnya juga akan diikuti oleh banyak peserta seperti kali ini.
“Sebagai pimpinan akademi yang fokus pada bidang broadcast dan produksi media digital, kita akan banyak menyumbangkan ilmu praktis kepada masyarakat, terutama terkait perkembangan dunia digital dan juga media sosial,” tambahnya.
Sedangkan pemrakarsa webinar series ATVI, Teguh Setiawan, S.Pd., M.I.Kom selaku Kaprodi Sarjana Terapan Produksi Media mengatakan, mengatakan, selain dalam rangka menyambut Dies Natalis ATVI ke-25.
Webinar ini juga dapat menjadi media pembelajaran bagi mahasiswa untuk mempraktekkan kemampuan publik speaking nya dengan menjadi moderator/host .
Dikatakan Teguh, webinar bertujuan untuk mengenalkan ATVI sebagai kampus yang fokus pada bidang produksi media digital, juga lebih mendekatkan ATVI dengan audiens terutama
siswa SMA/SMK yang ingin berkiprah di bidang konten produksi media.
“Kami bersyukur, hingga selesai, webinar sekitar 150 peserta yang berasal dari berbagai kota di Indonesia, mengikuti sambal menunggu buka puasa. Terima kasih penerbit Prenada Media Jakarta dan aplikasi Ngampooz yang ikut mensukseskan webinar ini,” katanya. (RO/S-4)
Merayakan Bulan Bahasa dan Sastra, Media Indonesia menggelar Lomba Storytelling bagi para guru PAUD.
Metode storytelling merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan-pesan yang secara tidak langsung dekat dengan keseharian generasi muda, bahkan sejak anak-anak.
Storytelling dapat digunakan untuk menemukan pelanggan atau pengguna agar tertarik dengan produk atau layanan perusahaan.
Penyelenggaraan Festival Bahasa & Sastra 2023 akan dihelat Media Indonesia pada 25-26 Oktober 2023.
aktivitas pembelajaran melalui metode storytelling bisa merangsang kemampuan kognitif, bahasa, sosio-emosional, dan fisik mereka menjadi sehat.
Melalui platform online seperti Shopee, brand kecantikan lokal semakin berkembang dan memperluas pasar dengan berbagai fitur dan program yang ditawarkan.
Kehadiran anak-anak sebagai kidsfluencer ini rupanya memicu kekhawatiran akan potensi eksploitasi anak
Studi menunjukkan semakin banyak waktu yang dihabiskan remaja di media sosial, semakin besar kemungkinan mereka mengalami perundungan terkait berat badan.
Perubahan ini tidak hanya mencakup penggunaan kata-kata, tetapi juga pada pola komunikasi secara keseluruhan
Slogan pick me mengarah kepada perilaku atau sikap seseorang yang berusaha mendapatkan perhatian dan penerimaan dengan cara menonjolkan diri sebagai pribadi yang berbeda.
BUDAYAWAN Banten Uday Suhada mengecam eksploitasi perempuan Badui yang kini marak dilakukan oleh para konten kreator ke media sosial (medsos).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved