APAKAH kalian tahu kalau tanggal 17 April 2023 merupakan Hari Hemofilia Sedunia? Peringatan tahun ini mengusung tema “Access for All: Prevention of bleeds as the global standard of care”.
Tujuan peringatan hari hemofilia ialah untuk mengingatkan orang-orang diseluruh dunia akan penyakit hemofilia. Selain itu momen mengenali tentang penyakit hemofilia dan gangguan perdarahan lainnya.
Lantas apa itu hemofilia? Seperti apa gejala, penyebab serta aturan makan yang perlu dijaga? Simak penjelasan dari artikel berikut ini.
Baca juga: Anak Usia di Bawah 4 Tahun Dilarang Konsumsi Gula
Apa itu Hemofilia?
Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah yang diturunkan ibu ke anak laki-laki. Faktor-faktor pembekuan darah di dalam plasma darah dilambangkan dengan angka romawi, contoh: Faktor VIII: Faktor Delapan dan Faktor IX: Faktor Sembilan.
Baca juga: Orangtua Kerap Kali Sepelekan Kesehatan Kulit Bayi
Hemofilia A terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor VIII (Faktor Delapan) dan Hemofilia B terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor IX (Faktor Sembilan). Berdasarkan kadar faktor pembeku darah dalam tubuhnya, baik Hemofilia A, maupun Hemofilia B dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: ringan, sedang dan berat.
Hemofilia Ringan bila kadar Faktor pembekuan 5-40%, perdarahan akan berlangsung lebih lama dari normal, biasanya terjadi akbat terluka atau tindakan pembedahan. Jarang terjadi perdarahan sendi dan otot secara spontan.
Hemofilia Sedang bila kadar Faktor Pembekuan 1-5%, perdarahan akan berlangsung lebih lama dari normal, setelah adanya luka atau pembedahan. Perdarahan tibul setelah trauma berat, perdarahan sendi atau memar dapat terjadi dengan mudah, tanpa trauma berat.
Hemofilia Berat, bila kadar Faktor Pembekuan 1%, perdarahan sendi dan otot dapat terjadi tanpa sebab (spontan).
Gejala Hemofilia
Gejala utama hemofilia adalah darah yang sukar membeku sehingga menyebabkan perdarahan sulit berhenti atau berlangsung lebih lama. Selain itu, penderita hemofilia bisa mengalami keluhan berupa:
- Perdarahan yang sulit berhenti, misalnya pada mimisan atau luka gores
- Perdarahan pada gusi
- Perdarahan yang sulit berhenti setelah operasi, misalnya setelah sunat (sirkumsisi)
- Darah pada urine dan tinja
- Mudah mengalami memar
- Perdarahan pada sendi yang ditandai dengan nyeri dan bengkak pada sendi siku dan lutut
Tingkat keparahan perdarahan yang dialami penderita hemofilia tergantung pada jumlah faktor pembekuan dalam darah. Jika jumlah faktor pembekuan darah makin sedikit, perdarahan akan makin sulit untuk berhenti.
Pada hemofilia ringan, jumlah faktor pembekuan dalam darah berkisar antara 5%–50%. Penderita hemofilia ini mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, penderita bisa mengalami perdarahan yang sulit berhenti, jika luka yang dialami cukup parah atau baru menjalani prosedur medis, seperti operasi dan cabut gigi.
Sedangkan pada hemofilia sedang, jumlah faktor pembekuan berkisar antara 1%–5%. Pada kondisi ini, perdarahan akibat luka kecil pun akan sulit berhenti. Penderitanya juga cenderung lebih mudah mengalami memar.
Sementara pada hemofilia berat, jumlah faktor pembekuan kurang dari 1%. Kondisi ini membuat penderitanya sering mengalami perdarahan spontan tanpa sebab yang jelas, seperti gusi berdarah, mimisan, dan perdarahan atau pembengkakan di sendi atau otot.
Penyebab hemofilia
Hemofilia terjadi akibat mutasi genetik yang menyebabkan darah kekurangan faktor pembekuan VIII dan IX. Kekurangan faktor tersebut menyebabkan darah sukar membeku sehingga perdarahan sulit berhenti.
Mutasi genetik yang terjadi pada hemofilia mempengaruhi kromosom X. Kelainan pada kromosom X kemudian diturunkan oleh ayah, ibu, atau kedua orang tua kepada anak.
Hemofilia yang bergejala biasanya terjadi pada laki-laki. Anak perempuan lebih sering menjadi pembawa (carrier) gen abnormal yang berpotensi untuk diwariskan kepada keturunannya.
Aturan Makan penderita hemofilia
Penderita hemofilia dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin dan mineral. Berdasarkan The United States Department of Agriculture (USDA), ilustrasi piring makan untuk dikonsumsi oleh penderita penyakit tersebut adalah sebagai berikut:
- Isi setengah piring dengan buah-buahan dan sayuran.
- Pilih sumber protein tanpa lemak, seperti ikan, ayam, kalkun, telur, dan kacang-kacangan. Konsumsilah makanan laut setidaknya dua kali seminggu.
- Sertakan biji-bijian utuh (whole grains). Pilih biji-bijian yang berwarna cokelat ketimbang yang berwarna putih dan sudah diolah sedemikian rupa.
- Lengkapi makanan dengan secangkir susu rendah lemak dan air putih. Jangan mengonsumsi minuman yang terlalu manis.
Sebagai tambahan, penderita hemofilia sebaiknya memilih sayuran yang berwarna hijau gelap, seperti brokoli dan bayam. Ini karena sayuran dengan warna tersebut mengandung lebih banyak vitamin, mineral, dan serat. Selain itu, penderita hemofilia juga sebaiknya mengonsumsi daging merah tanpa lemak yang diproses tidak terlalu rumit agar gizi tetap tinggi.
Hindari penggunaan mentega untuk mengolah masakan. Akan lebih baik bila diganti dengan ragam minyak yang lebih sehat, seperti minyak kanola, minyak jagung, dan minyak zaitun. Minyak kelapa sawit boleh digunakan asal tidak terlalu banyak dan tidak dipanaskan berkali-kali.
Ketimbang mengonsumsi nasi putih dan roti putih, penderita hemofilia lebih disarankan untuk mengonsumsi nasi merah atau gandum (roti gandum dan oatmeal). Pasalnya, makanan tersebut dapat membantu mengurangi nafsu makan berlebih sekaligus menstabilkan gula darah.
Tak cuma itu, penting pula bagi penderita hemofilia untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi. Ini karena penyakit tersebut dapat menyebabkan perdarahan yang merugikan. Karenanya, konsumsilah makanan yang tinggi kalsium, seperti susu dan produk olahannya yang tidak mengandung lemak.
Apabila penderita hemofilia sempat mengalami perdarahan dan kehilangan banyak darah, jangan lupa konsumsi makanan yang kaya akan zat besi seperti kacang polong, makanan laut, hati, dan daging merah tanpa lemak. (Z-3)