Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
DOKTER spesialis mata konsultan glaukoma KSM Mata FKUI RSCM Virna Dwi Oktariana menyarankan orang yang berisiko mengalami glaukoma agar membatasi konsumsi kopi demi mengurangi peluang terkena salah satu penyakit degeneratif itu.
"Sudah ada penelitiannya kalau orang berisiko glaukoma sudut terbuka minum kopi dua cangkir sehari itu risiko glaukoma jadi semakin besar karena peningkatan tekanan bola mata semakin besar," ujar Virna, dikutip Minggu (26/3).
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Opthalmology, tim peneliti dari Mount Sinai Health System di New York City, Louis Pasquale, MD ,seperti disiarkan WebMD, menggunakan data survei lebih dari 100.000 orang di Inggris Raya.
Baca juga: Curiga Kena Glaukoma? Ini yang Harus Anda Lakukan
Peneliti menemukan mereka yang gennya dikaitkan dengan glaukoma, kafein berhubungan dengan tekanan mata rata-rata yang lebih tinggi dan begitu juga risiko glaukomanya.
Itu terutama ketika partisipan studi mendapat lebih dari 321 miligram kafein atau setara dengan tiga cangkir kopi sehari.
Mereka dikatakan hampir empat kali lebih mungkin terkena penyakit glaukoma dibandingkan orang yang tidak mengonsumsi kafein dan memiliki risiko genetik paling rendah. Para peneliti menemukan bahwa kombinasi kafein dan gen meningkatkan risiko glaukoma.
Baca juga: Glaukoma Pencuri Penglihatan Tiap Generasi
Glaukoma menyebabkan kerusakan pada saraf optik dan terjadi sering kali karena peningkatan tekanan akibat penumpukan cairan di dalam mata.
Penyakit yang dapat menyebabkan kebutaan pada pasiennya ini lebih sering terjadi pada orang dengan riwayat anggota keluarga dekat yang mengalaminya dan umumnya terjadi pada orang berusia 40 tahun ke atas.
"Jadi tidak semua orang akan menderita glaukoma. Namun, memang glaukoma itu ada yang dasarnya primer dan ini yang kita sebut dengan penyakit berhubungan dengan keturunan. Tetapi ada juga yang sekunder yakni disebabkan oleh hal-hal lain," kata Virna.
Selain kopi, konsumsi minuman beralkohol setiap hari juga dapat meningkatkan peluang orang dengan risiko glaukoma lebih cepat terkena penyakit itu karena alkohol dapat merusak saraf mata.
Di sisi lain, melakukan olahraga angkat beban juga diketahui dapat merusak saraf mata pada mereka yang sudah terdiagnosis glaukoma.
"Angkat barbel itu pasti terjadi mengejan, kalau dia sudah mulai sering mengejan, tekanan bola matanya bisa sangat tinggi meningkatnya, menyebabkan kerusakan sarafnya semakin besar," kata dokter yang merekomendasikan orang-orang dengan glaukoma melakukan olahraga yang tidak perlu usaha untuk mengejan itu. (Ant/Z-1)
Jika keluhan rasa lelah tak kunjung membaik, hal tersebut dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup seseorang.
Konsumsi sekedar satu potong daging olahan atau sekaleng soda sehari sudah dikaitkan dengan lonjakan resiko penyakit serius.
Herpes zoster biasanya diidentifikasi dengan munculnya rasa nyeri di kulit yang diikuti kemunculan ruam dan lepuhan berisi cairan.
TERAPAN stem cell therapy diklaim mampu mengobati penyakit yang sulit diobati dengan obat-obatan konvensional. Ada sejumlah terapi stem cell yang berkembang.
Pneumonia bisa menjadi invasif dan berat bagi orang dewasa, terlebih bagi individu yang memiliki penyakit komorbid misalnya HIV atau penyakit jantung pada usia lanjut.
Gejala pneumonia berbeda dengan flu dan pada kasus berat, penyakit bisa menyebar ke organ tubuh lain.
Masalah mata kering jika memang ada penyebabnya berkaitan dengan penyakit sistemik kesehatan tidak diobati dengan baik bisa berkomplikasi terhadap bagian-bagian tubuh yang lainnya.
Mata kering bukan berarti matanya tidak punya air mata sama sekali, bisa saja volumenya cukup, tetapi memang kualitasnya atau komponen yang ada di dalam lapisan itu yang berubah
Mata kering adalah kondisi umum yang terjadi ketika mata tidak dapat menghasilkan cukup air mata, atau saat air mata menguap terlalu cepat.
Penelitian terbaru mengungkap gangguan visual bisa menjadi tanda awal demensia, bahkan 12 tahun sebelum diagnosis.
Terapi ini menggunakan lensa khusus yang dipakai saat tidur dan hasilnya memungkinkan anak melihat jelas keesokan harinya tanpa perlu pakai kacamata.
Penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan atau ujian mata yang sederhana dapat segera mewujudkan deteksi parkinson lebih awal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved