Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
DIREKTUR Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Kartini Rustandi mengatakan strategi pengasuhan yang diberikan orangtua akan berperan besar terhadap tumbuh kembang dan kemandirian anak dengan down syndrome.
"Memiliki anak yang terlahir spesial atau dengan kebutuhan khusus bukanlah hal yang mudah," kata Kartini melalui pesan singkat, Rabu (22/3).
Di sisi lain, tidak sedikit orangtua yang masih merasa kecewa, malu, bahkan tidak mau mengakui keberadaan anaknya yang berbeda dengan kebanyakan anak normal lainnya.
Baca juga: Peringati Hari Down Syndrome, Saatnya Hadirkan Pendidikan Inklusif, Adil dan Merata
"Orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus diharapkan dapat menerima keadaan anaknya tersebut. Penerimaan dan keikhlasan para orangtua dapat mendukung tumbuh kembang anak dengan baik," kata Kartini.
Lebih lanjut, dia mengatakan, adanya penolakan terhadap anak justru akan menghambat tumbuh kembang mereka. Hal itu karena anak tidak mendapatkan perhatian dan perlakuan yang baik dan maksimal dari orangtua.
Padahal anak-anak down syndrome memerlukan perhatian lebih dari orangtua.
Baca juga: Anak Down Syndrome Bisa Unjuk Bakat di DSGT Season 3
Menurut Kartini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyusun strategi berupa peta jalan layanan kesehatan inklusi disabilitas dan program layanan Kesehatan anak penyandang disabilitas.
Meski begitu, imbuh dia, Kemenkes tidak dapat bergerak sendiri. Dibutuhkan peran semua pihak untuk mendukung layanan inklusi disabilitas, termasuk peran seluruh kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah, lembaga nonpemerintah organisasi penyandang disabilitas, organisasi profesi kedokteran, serta keluarga dan institusi pendidikan.
Kartini mengatakan Kemenkes juga telah mencoba melakukan berbagai upaya promotif, perventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam pelayanan kesehatan anak penyandang disabilitas, salah satunya yaitu kolaborasi dengan Kementerian Sosial (Kemensos) sejak 2022 berhubungan dengan rehabilitasi penyandang disabilitas untuk meningkatkan kemandirian melalui kegiatan RBM (Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat).
Selain itu, upaya lain juga termasuk peningkatan kualitas hidup anak disabilitas yang dilakukan secara komprehensif dimulai dari hulu di mana upaya pencegahan terjadinya jumlah kelainan bawaan serta tatalaksana atau penanggulangan pada kelainan bawaan yang terjadi.
Menurut Kartini, pelayanan kesehatan secara umum pada penderita down syndrome sama seperti semua anak penyandang disabilitas termasuk terkait pembiayaan beberapa pelayanan sudah ditanggung BPJS Kesehatan.
Namun, terapi wicara, terapi okupasi dan fisioterapi masih terbatas, mengingat perlu tenaga dengan pendidikan khusus.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, prevalensi penyandang down syndrome adalah sebesar 0,3% atau sekitar 52 ribu anak usia 12-59 bulan yang menderita down syndrome. Masih besarnya angka prevalensi ini menjadi salah satu tantangan dalam pemenuhan hak kesehatan penderita down syndrome.
Kartini mengatakan anak perlu menjadi prioritas intervensi mengingat prognosis dan optimalisasi potensi masih bisa dilakukan di masa anak. Akan tetapi, di sisi lain, sumber daya manusia (SDM) pelayanan disabilitas anak dinilai masih kurang mulai dari ketersediaan dokter anak, neurolog, spesialis fisik dan rehablitiasi medik, dan seterusnya.
Menurut catatan Kemenkes, tenaga kesehatan terkait anak dengan disabilitas yaitu 5.226 dokter spesialis anak dengan 109 RSUD masih belum memiliki spesialis anak, 2.471 neurolog, 1.031 spesialis fisik dan rehablitiasi medik, 2.540 spesialis mata, 2.094 spesialis THT, 1.512 psikiater, 2.444 psikolog klinis, 16.412 fisioterapis, 1.785 terapis okupasi, 1.838 terapis wicara, dan terapis perilaku (belum terdata). (Ant/Z-1)
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Kesulitan meregulasi emosi dan impulsivitas bisa menjadi salah satu faktor seorang anak dalam kenakalan yang akhirnya berujung pada tindak kriminal.
Tinggi badan anak dari keluarga perokok lebih pendek 0,34 cm dibanding anak dari keluarga tidak merokok.
Down syndrome bisa diketahui sejak awal kehamilan tepatnya mulai usia kandungan 10 minggu, dengan melakukan pemeriksaan NIPT.
Faktor seperti usia orang tua, defisiensi nutrisi, folat, dan kelainan pada metabolisme B12 diduga bisa menjadi penyebab down syndrome.
NIPT atau Non-Invasive Prenatal Testing adalah tes skrining yang dapat dilakukan sejak usia kehamilan 10 minggu untuk mendeteksi kelainan kromosom pada janin, seperti Down syndrome
“Orang yang kawin di atas 30 tahun memiliki risiko anak yang mengalami down syndrome 1:950. Dan setiap penambahan lima tahun, akan mengalami peningkatan tiga kali lipat,”
Kurangnya nutrisi seperti vitamin D, asam folat, vitamin A, selenium dan zinc, mengakibatkan bayi yang dikandung mengalami kelainan pembentukan jantung.
Dalam acara ini, anak-anak down syndrome diundang untuk menunjukkan karya seni mereka. Hasil karya seni berupa lukisan mereka dipamerkan dalam Commweek 2023.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved