DOKTER spesialis paru dari RSPI Sulianti Saroso Jakarta, Haruyuki Dewi Faisal menyebut virus H5N1 atau flu burung di Indonesia masih sebatas unggas saja, belum ada laporan terkait penyebaran virus antar manusia. Flu burung clade 2.3.4.4b yang diduga penyebab puluhan unggas mati di Kalimantan Selatan.
Sampai saat ini belum bisa dipastikan apakah terjadi penyebaran virus antar manusia. Virus ini menjadi perhatian dunia karena dari Eropa, Amerika Serikat, China, dan Jepang sedang mewabah clade baru ini.
"Potensi perpindahan virus antar manusia masih rendah cuman kita tetap bersiap siaga sebenarnya di Indonesia masih sebatas unggas saja. Ada laporan terbaru kematian puluhan ekor unggas di Kalimantan Selatan dengan clade 2.3.4.4b, sementara yang di Kamboja clade 2.3.2.1c," kata Haruyuki, Rabu (1/3).
Baca juga: Pemerintah Harus Bergerak Cepat Antisipasi Penyebaran Flu Burung
Tingkat bahaya clade baru ini masih rendah untuk tertular ke manusia tetapi karena kematian di Kamboja kewaspadaan masyarakat meningkat. Gejala yang ditimbulkan bisa jadi ringan hingga berat yang tingkat berat bisa menyebabkan infeksi paru sehingga menyebabkan gangguan pernapasan berat yang menyebabkan kematian.
Penularan virus flu burung 2.3.4.4b dikabarkan juga mengalami penyebaran virus ke mamalia, jadi mamalia yang bisa terkena seperti tupai, musang, hingga rubah. Karena kasus penularan bisa ke mamalia hingga mutasi yang berkembang bisa menjadi zoonosis.
"Flu burung clade baru ini termasuk virus influenza tipe A H5N1, jadi tipe A ini dapat menyerang manusia dan hewan dengan gejala ringan sampai berat dan dapat menyebabkan pandemi," ujarnya.
Penularan dari unggas bisa melalui feses atau air liur sehingga ketika satu unggas maka yang lainnya juga ikut terkena, sementara penularan dari manusia dengan cara menyembelih, mencabuti bulu unggas, memegang, atau memotong unggas yang terinfeksi. Penularan virus terjadi karena kontak langsung itu juga bisa menghirup droplet, mengonsumsi unggas yang mentah juga harus dihindari. (OL-17)