Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
INDONESIA adalah wadah yang ditempati oleh suku, budaya, dan agama yang sangat beragam. Keragaman ini sejatinya merupakan karunia Tuhan atas bangsa Indonesia yang tetap kokoh dalam persatuan dan kesatuan di saat bangsa-bangsa lain mulai terkikis atau bahkan hancur karena konflik horizontal.
Terpeliharanya Indonesia sebagai bangsa yang majemuk tentu tidak lepas dari ancaman-ancaman yang datang silih berganti, termasuk dari kelompok-kelompok yang cenderung memahami agama secara ekstrem dan tekstualis. Kelompok yang secara aktif menyebarkan pemahamannya yang sudah terbukti telah mencoreng semangat toleransi terhadap perbedaan yang justru harus kita pelihara dan jaga.
Upaya dalam menjaga toleransi dan kebersamaan menjadi hal yang wajib diperhatikan oleh semua pihak, baik pemerintah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Ini pula yang disampaikan oleh Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Liem Liliany Lontoh, di Jakarta, Rabu (1/2).
"Bagaimana mungkin keutuhan bangsa dapat terjaga jika ada satu pihak yang anti terhadap pihak lain dalam suatu komunitas besar yang disebut bangsa? Pemerintah perlu memberikan edukasi yang komprehensif tentang pemahaman berbangsa dan bernegara yang baik dan benar. Melalui penyuluhan-penyuluhan maupun melalui program kebijakan yang adil dan tidak pilih kasih," ujar Liem Liliany.
Perempuan yang juga Ketua Gugus Tugas Pemuka Agama Konghucu ini melanjutkan bahwa berbagai pihak khususnya pemerintah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama sejatinya harus mendorong tersedianya perlindungan bagi setiap etnis, agama, dan suku agar dapat hidup nyaman serta damai dengan segala hak dan kewajibannya.
"Semua orang harus memiliki keinginan untuk hidup bersama dengan rukun dan damai. Tidak mengutamakan kepentingan kelompok atau golongan. Apalagi mementingkan diri sendiri. Baik pemerintah, tokoh masyarakat maupun tokoh agama perlu memegang prinsip kebersamaan ini. Jika satu pihak saja tidak konsekuen, maka semua pihak akan terkena imbasnya," tutur perempuan yang akrab disapa Bu Liem ini.
Baca juga: Penyandang Disabilitas Dapat Pelatihan Barista oleh HW Group
Pasalnya, kata dia, Indonesia memiliki enam agama resmi dan berbagai aliran kepercayaan yang diakui serta dilindungi oleh konstitusi. Kondisi ini tentu menjamin kepada berbagai agama dan kepercayaan dalam melakukan ibadahnya dan menyelenggarakan hari raya sesuai dengan apa yang diyakini.
Misalnya pada perayaan Imlek yang dirayakan di banyak tempat di Indonesia secara terbuka. Hal ini merupakan suatu kemajuan karena Imlek pernah dilarang untuk dirayakan secara terbuka. Pada Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat China, diatur bahwa pelaksanaan Imlek yang harus dilakukan secara internal dalam hubungan keluarga atau perseorangan.
Liem juga menilai bahwa pemerintah perlu memperhatikan kehidupan rakyat dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat membuat rakyat merasa aman dan tentram dalam bermasyarakat, sehingga kehidupan dalam keluarga pun dapat tertata rapi. Jika dalam tatanan keluarga saja sudah baik, maka diharapkan kondisi sosial pada masyarakat Indonesia secara luas juga dapat memberikan rasa keamanan dan ketentraman.
"Tingkatkan kebersamaan sebanyak-banyaknya, sehingga pihak yang satu dengan yang lain saling mengenal dan saling memahami. Setiap perbedaan dipandang sebagai sesuatu yang saling melengkapi, jangan justru saling meniadakan. Apa yang diri sendiri tidak inginkan jangan diberikan pada orang lain," ucap Liem yang juga aktif sebagai anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta ini.
Meski dengan segala kekurangan yang masih terasa, Liem tetap optimistis praktik diskriminasi dan intoleransi secara perlahan akan berkurang.
"Tentunya dengan kesadaran kenyataan yang ada ini kita perlu menyikapinya dengan arif dan bijaksana. Banyak-banyak mengalah dan rendah hati dalam pergaulan yang melibatkan banyak pihak. Dengan cara ini ada harapan tidak menajamnya diskriminasi dan intoleransi, karena kerendahan hati mengundang simpati dan mengalah dapat menahan tindakan yang berlebihan," tandasnya. (RO/OL-16)
Puluhan penganut Konghucu Purwokerto melakukan sembahyang chuxi atau tutup tahun 2575 kongzili menyambut tahun baru Imlek.
Kini, Indonesia secara resmi mengakui enam agama besar dan ratusan aliran kepercayaan. Mari kita telusuri bersama.
PERAYAAN Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili pada hari ini berdekatan dengan pemilihan umum (pemilu) 14 Februari 2024. Diharapkan pada perayaan Imlek kali ini dapat memberikan pengingat
HIASAN lampu lampion, dupa dan berbagai lilin ukuran mega berjajar di berbagai sudut Vihara Dharma Sakti yang berada di Jalan Kemanggisan Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat.
DUA lampion raksasa siap meriahkan perayaan Imlek 2575 tahun 2024 di Kelenteng atau Vihara Tri Dharma Hiang Thian Siang Tie, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar).
Ma'ruf menekankan nilai-nilai yang diajarkan oleh setiap agama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia.
BUPATI Intan Jaya, Papua Tengah, Aner Maisini mengungkapkan Hari Raya Idul Adha merupakan momen untuk memperkuat solidaritas dan toleransi umat beragama.
"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat," jelas Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Fondasi dari moderasi beragama yang kokoh tak hanya bertumpu pada edukasi atau pendekatan budaya semata, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Dengan memahami makna semboyan bangsa tersebut maka akan muncul cinta, toleransi, dan kelembutan perlu dimiliki oleh setiap orang yang beragama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved