Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENELITI Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Griffith University Australia Dicky Budiman menilai penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) juga bisa dilakukan, sehingga tidak hanya pada kasus tertular saja.
Kasus GGAPA merupakan kejadian luar biasa dan tidak lazim. Sehingga harus direspon secara luar biasa dalam bentuk deklarasi kejadian luar biasa.
"Apakah itu dalam status KLB, emergency, atau apapun itu harus ada, karena kalau bicara outbreak atau KLB yang sifatnya bukan penyakit menular pun Indonesia pernah 2017/2018 yakni gizi buruk dengan campak di Asmat Papua," kata Dicky saat dihubungi, Jumat (28/10).
Respon terhadap kasus GGAPA dengan status legal secara ilmiah dan sejarah membuat respon masyarakat lebih terkoordinir, responsif, menimbulkan science of crisis, menimbulkan public awareness. Sehingga relatif lebih bisa menyelesaikan masalah.
Dikaitkan dengan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) pada sirop obat yang juga terjadi di Panama yang terjadi pada orang dewasa dan Gambia terjadi pada anak, memberikan respon yang jauh lebih efektif.
"Di sisi lain, kalau tidak dinyatakan KLB seperti di India sejak 1970-an terjadi tercemar EG dan DEG pada sirop sehingga kasusnya terjadi berulang dan akhirnya merugikan kita semua," ujarnya.
Sehingga kasus kejadian seperti ini perlu dinyatakan sebagai KLB karena memang itu secara scientific dan sejarah, lebih efektif dan memberikan respon yang baik.
"Jadi kalau berdalih tidak adanya KLB pada kasus tidak tertular maka itu tidak dilihat secara scientific dan kita harus siap-siap dengan kejadian pengulangan dan itu lah bukti kalau tata kelola pengendalian wabah dan pelayanan publik tidak maksimal," jelasnya.
Hal yang sama juga dikatakan Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Dr Masdalina Pane yang mengatakan bahwa KLB bisa diterapkan pada kasus GGAPA karena tidak harus oada kasus menular.
"KLB itu tidak harus penyakit menular, Permenkes Nomo 949 Tahun 2004, tidak ada yang mengharuskan KLB itu penyakit menular," ujarnya.
"Wabah memang diarahkan pada penyakit menular, tapi KLB tidak," ucapnya.
Sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi mengatakan tidak menetapkan KLB pada kasus GGAPA karena dinilai KLB hanya ditetapkan pada kasusyang menular.
"Ini didesain awalnya untuk penyakit menular, ini bukan penyakit menular," katanya.
Namun dirinya menekankan bahwa respons pemerintah tetap cepat. Pemerintah telah mendapatkan bantuan obat penawar Fomepizole untuk menghadapi kasus ini. Bantuan tersebut berupa 46 vial Fomepizole Singapura dan Australia. (H-2)
Sebanyak 1 dari 10 orang di dunia menderita penyakit ginjal kronis (PGK), namun 9 dari 10 orang yang didiagnosis menderita tidak menyadari kondisinya.
Kriteria calon residien yang akan menerima transplantasi ginjal ialah mereka yang masuk dalam kondisi gagal ginjal tahap akhir, baik yang sudah atau belum menjalani dialisis.
Obat antinyeri seperti ibuprofen dan allopurinol adalah obat yang sangat merusak ginjal.
TIM peneliti dari UGM menyebut buah jenitri (Elaeocarpus sphaericus), komoditas tanaman buah yang ada di daerah Kebumen, Jawa Tengah punya khasiat untuk mencegah penyakit gagal ginjal.
PEMERINTAH semakin percaya diri dalam merespons tren menurunnya kasus harian covid-19.
Dari 42 kasus gagal ginjal akut, sebanyak 37 kasus dialami balita dan 5 kasus dialami usia 5-18 tahun.
Mencuci tangan pakai sabun berperan penting untuk menghindarkan si kecil dari stunting. Bagaimana kaitan stunting dengan cuci tangan? Mari simak penjelasannya.
Data Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan, 1 dari 4 anak balita Indonesia mengalami risiko anemia. Cegah dengan kecukupan asupan zat besi.
Sekitar 90% perkembangan otak manusia terjadi di masa balita. Anak memerlukan kecukupan nutrisi dan stimulasi agar proses tersebut berjalan optimal.
Memindahkan pom-pom sesuai warna bisa melatih fokus dan konsentrasi, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan melatih koordinasi mata serta tangan.
Penelitian terbaru menunjukkan kecerdasan buatan dapat membantu mengidentifikasi balita yang mungkin autis dengan akurasi sekitar 80%.
Anak usia bawah lima tahun (balita) sangat rentan terkena infeksi virus ringan, dengan kemungkinan terpapar hingga 8-12 kali dalam setahun
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved