Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
KOMISI Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta agar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) lebih antisipatif menghadapi musim hujan. Hal itu dilakukan agar jangan sampai ada lagi korban anak akibat bencana hidrometeorologi yang terjadi.
"Kita berharap musim hujan yang datang kembali ini, mengingatkan kita semua kondisi rumah, fasilitas publik, termasuk dinas pendidikan daerah agar mengingatkan semua sekolah untuk kembali cek fasilitas yang ada, dan menyiapkan mitigasi dan jalur evakuasi ketika terjadi bencana," kata Kepala Divisi Pengawasan dan Monitoring Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Jasra Putra dalam keterangan resmi, Sabtu (8/10).
Jasra mengungkapkan, masuknya musim hujan mengingatkan kembali para petugas yang dimandatkan negara untuk mengaktifkan mitigasi bencana alam, jalur evakuasi, sosialisasi di lingkungan masing masing.
Peta wilayah bencana harus diaktifkan kembali, terutama fasilitas publik yang berada di daerah rawan longsor, banjir, pergerakan tanah yang aktif perlu di sosialisasikan lagi kepada masyarakat.
Baca juga: KPAI Dorong Sekolah Miliki SOP Evakuasi Saat Terjadi Bencana di Lingkungan Sekolah
Jalur evakuasi kembali perlu diaktifkan, di cek, apakah masih layak, apakah jalur dan petunjuk dapat di pahami jelas, apakah peringatan dini sudah aktif. Penting ada yang kembali mengambil tanggung jawab, mengingatkan masyarakat.
"Sehingga peristiwa seperti di MTS 19 Pondok Labu Jakarta Selatan jangan sampai terulang. Dengan memantau, misal ketinggian air kali," imbuh dia.
Tentu saja, lanjut Jasra, dampak banjir dan 6 korban membawa trauma para siswa, yang sebelumnya kita tahu di rekaman video berita media, anak anak sebelumnya sedang menikmati bermain air hujan di balik tembok yang terpampang nama besar sekolah, lalu banjir datang tiba tiba.
"Namun mendadak kegembiraan itu berubah seketika saat banjir menerjang tembok dan roboh, menimpa 6 korban, yang mengakibatkan 3 orang meninggal," lanjut Jasra.
Dari rekaman saat evakuasi siswa yang beredar di sosal media, nampak kepanikan dan tangisan para siswa.
Tentu tingkatan traumanya berbeda beda. Yang perlu ada pemulihan bersama atas peristiwa, apalagi musim hujan baru datang. Yang selalu akan membawa kekhawatiran anak anak di sekolah, akibat peristiwa tersebut.
Trauma seringkali berdampak mendalam, ketika peristiwa melekat diingatan anak, apalagi melihat langsung. Mereka seringkali terbawa pada emosi yang tidak stabil. Sehingga perlu menyampaikan apa yang mereka rasakan, sekolah bisa menyiapkan ahli kejiwaan.
Kemudian bila situasi mulai normal, ajak para siswa bersama sama keluarga korban untuk saling berbagi dan menguatkan, dengan doa bersama di sekolah, di pemakaman dan mengingatkan hal hal terbaik dari pengalaman bersama korban.
"Jadikan peristiwa ini sebagai pengingat perjuangan bersama yang tidak boleh terlupakan dalam semangat kebangkitan bersama di sekolah," pungkas dia. (Ata/OL-09)
Membangun rutinitas yang konsisten mulai dari bangun tidur hingga kemandirian anak untuk mengurus dirinya sendiri sudah harus menjadi perhatian orangtua sebelum anak masuk sekolah.
Aspek perkembangan kognitif serta perkembangan motorik kasar dan halus menjadi penilaian yang bisa diperhatikan untuk anak siap sekolah.
PENATAAN ruang digital harus mampu mewujudkan perlindungan setiap warga negara sekaligus mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.
Setiap anak memiliki potensi luar biasa dan peran orangtua sangat menentukan bagaimana potensi itu tumbuh.
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Rusaknya ekosistem hulu DAS Citarum secara signifikan meningkatkan bencana banjir di daerah-daerah di sekitar wilayah Bandung, terutama di Bandung Selatan.
Hingga Rabu, (21/5) para korban banjir Grobogan telah lima hari menginap di pengungsian. Mereka mengungsi di Gedung Olahraga (GOR) GOR Tanggirejo.
Menko PMK Pratikno menyampaikan pemerintah serius dalam melakukan penanganan banjir Jabodetabek secara terpadu lintas Kementerian dan Lembaga.
Sebagai respons terhadap bencana tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya memastikan layanan kesehatan tetap berjalan bagi para korban bencana banjir.
Cuaca ekstrim yang menyebabkan hujan deras hingga banjir tersebut mengakibatkan 768 gardu distribusi terdampak, sehingga terpaksa dipadamkan sementara demi keselamatan warga.
Dalam satu hari bencana banjir, longsor, pohon tumbang terjadi di 52 Desa di Kabupaten Bogor dan 14 titik di Kota Bogor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved