Kamis 06 Oktober 2022, 19:33 WIB

Tingginya Pernikahan Anak Menyebabkan Tingginya Angka Perceraian

M. Iqbal Al Machmudi | Humaniora
Tingginya Pernikahan Anak Menyebabkan Tingginya Angka Perceraian

Ilustrasi
Pernikahan.

 

TINGGINYA penikahan anak memicu angka percerian yang tinggi juga, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 sekitar 54.894 atau 9,24% dispensasi pernikahan anak. 

Di tahun yang sama terdapat 447.743 kasus perceraian, angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni sekitar 291.677 kasus.

Baca juga: Transisi Menuju Endemi, Epidemiolog: Prokes Harus Tetap Dijalankan

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menilai tingginya angka perceraian meningkat karena banyak faktor salah satunya pernikahan anak yang dipaksakan.

Sejak 2015 akselerasi tajam pada kasus perceraian ini fakta jadi kalau dibangun dari isu kesehatan mental dan analisis dan mental emosional disorder meningkat," kata Hasto

Kemudian anak muda yang dihadapi dengan realita pernikahan tidak sesuai dengan harapan yang dibayangkan maka berujung pada penggunaan obat terlarang, imbasnya pada kesehatan mental ditambah dengan pendidikan rendah.

Isu lain juga perlu diperhatikan seperti pernikahan anak yang banyak berujung dengan perceraian. Kurangnya edukasi, kematangan karakter dan dipaksa mengemban tanggung jawab keluarga.

"Membangun keluarga merupakan tantangan cukup besar dan angka perceraian yang meningkat itu merupakan masalah. Sasaran kita untuk dibina adalah anak muda karena anak muda yang harus dibina untuk perencanaan," ujar Hasto.

Isu lainnya yang harus dilakukan antisipasi dan pebinaan adalah anak muda lebih rentan mengalami stres karena sering menyendiri di kamar, bahkan karena media sosial, dan masalah lainnta. Menurut Hasto anak muda saat ini masih banyak yang membangun ego sendiri dan dampak lebih parah bisa menjadi gangguan kejiwaan.

Orang Dengan Gangguan Kejiwaan (ODGJ) pada 2013 sekitar 1,7 per 1.000 dan sekarang 7 per 1.000 sehingga ini menandakan bahwa lingkungan kita semakin tidak sehat. Tingkat stres bisa juga karena manajemen risiko seseorang yang tidak matang.

"Kita mengangkat isu yang general seperti perubahan karakter mental emosional dan isu tentang kesehatan mental mungkin masuknya ke sana dan imbasnya perceraian meningkatkan," pungkasnya. (OL-6)

Baca Juga

Dok. ICMI

ICMI Pusat Menginisiasi Pembentukan ICMI Eropa Raya

👤mediaindonesia.com 🕔Sabtu 25 Maret 2023, 22:27 WIB
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) mengembangkan kualitas organisasi dengan menginisiasi pembentukan ICMI Eropa...
MI/Widjajadi

Kemenpan-Rebiro Manut Cuti Bersama Lebaran Dimajukan

👤Tri Subarkah 🕔Sabtu 25 Maret 2023, 22:06 WIB
Kemenpan-Rebiro akan mengikuti perubahan cuti bersama Idul Fitri 1444 Hijriah yang diusulkan Menteri Perhubungan Budi Karya...
HO

Larangan Buka Puasa Bersama Bentuk Intervensi Pemerintah

👤Widhoroso 🕔Sabtu 25 Maret 2023, 21:45 WIB
Larangan buka puasa bersama oleh pemerintah telah menimbulkan kegaduhan dan rasa tidak percaya di...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya