Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
MASALAH pendidikan memang penuh dinamika yang seringkali juga sarat dengan kepentingan atau bahkan terjadi politisasi pendidikan. Pendidikan ikut membangun karakter berciri khas tertentu menghadapi tantangan yang lebih berat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak terprediksi sebelumnya.
Menyikapi kondisi tersebut serta dalam rangka memperkuat dan memperluas jalinan kolaborasi, Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) menggelar seminar 'Preparing Christian Higher Education Leaders for a Disrupted World', Senin (1/8) di Kampus 1 Ukrida, Jakarta Barat yang diikuti berbagai perguruan tinggi mitra Ukrida di seluruh Indonesia baik secara langsung maupun online. Seminar ini merupakan hasil kolaborasi Ukrida dengan Badan Koordinasi Akademik, Hibah, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Pendidikan Tinggi Kristen di Indonesia (BAKP3-PTKI).
Dalam keterangan yang diterima, Minggu (7/8), disebutkan, seminar yang menghadirkan narasumber Rob C. McCleland, Ph.D., Founding President di John Maxwell Leadership Foundation dinilai relevan dengan masalah yang sedang dihadapi Pendidikan Tinggi Kristen sebagai bagian dari elemen bangsa. Aspek yang ditekankan dalam paparan seminar ini adalah sikap pemimpin dalam menghadapi era disrupsi.
Pemimpin disini adalah berdasarkan kepemimpinan dalam konteks Pendidikan Kristen sesuai dengan Lembaga Pendidikan tinggi yang berkolaborasi dalam kegiatan ini. Rob McCleland mengubah perspektif kata disrupt yang berarti mengguncang atau mengganggu dan berkonotasi negatif, menjadi hal yang harus dihadapi dengan sikap positif berdasarkan ajaran Tuhan. Hal demikian juga yang seyogyanya menjadi sikap para pemimpin Pendidikan Tinggi Kristen dengan tekad untuk maju dan bertumbuh Bersama.
Kepala LLDIKTI Wilayah III Jakarta, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, M.P., melalui sambutannya secara online menyambut gembira diadakannya seminar ini karena menjadi bukti Ukrida terus meningkatkan dan memperluas kolaborasinya guna meningkatkan kualitas Pendidikan. Paristiyanti juga mengatakan bahwa lima kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka terus menjadi fokus dalam mengupayakan transformasi pendidikan.
Pertama, peningkatan kualitas dosen, termasuk peningkatan peran dalam proses pembelajaran partisipatif. Kedua, peningkatan relevansi pendidikan tinggi dengan situasi saat ini, dan memanggil para praktisi untuk ikut mengajar di perguruan tinggi. Ketiga, peningkatan partisipasi bagi perguruan tinggi dengan program studi terakreditasi A untuk menyiapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Keempat, dengan bergabungnya Ristek ke Kemendikbud, maka berbagai kebijakan tentang Riset yang semula dikelola oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bidang pendidikan tinggi kembali ke Kemendikbud, dan nama kementerian menjadi Kemendikbudristek serta memperoleh tambahan dana riset yang mencapai 1,6 Triliun rupiah. Kelima, kebijakan tentang riset dan pengabdian kepada masyarakat.
"Kelima kebijakan tersebut membawa dampak yang luar biasa dalam rangka mengantisipasi era disruptif sesuai agenda seminar ini, dan quote dari Mendikbudristek Nadiem Makarim masih tetap sama yaitu tidak ada inovasi tanpa kolaborasi. Ia berharap melalui webinar ini, kolaborasi antarperguruan tinggi akan dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada dan berbagi peran dalam menyikapinya," jelasnya.
Sebagai lembaga pendidikan tinggi, Ukrida memiliki nilai-nilai Loving, Enlightening, Advanced, Determined (LEAD) dalam menerapkan pengabdiannya dengan motto Lead To Impact. Nilai ini selaras dengan apa yang menjadi substansi dalam seminar tentang karakter kepemimpinan menghadapi era disrupsi. (RO/OL-15)
Kompetensi digital harus dibarengi dengan pembentukan karakter dan nilai profesional.
Prof. Bo An menjelaskan tentang peran penting Autonomous Agents dalam memecahkan berbagai permasalahan kompleks di dunia nyata.
Melalui forum ini, Forhati menegaskan komitmen dalam mengonsolidasikan kekuatan perempuan dan membangun pengetahuan kolektif tentang isu-isu strategis perempuan di 2025.
Seminar yang diadakan Perbanas Insitute ini menjadi forum strategis untuk membahas dampak kebijakan proteksionisme global terhadap Indonesia dan strategi adaptif yang perlu diambil.
Direktur Eksekutif IGCN Josephine Satyono menekankan pentingnya tata kelola beretika dalam praktik bisnis yang berkelanjutan.
Dari 16 invensi yang divaluasi, AII berhasil mengantar 9 invensi meraih Letter of Intent (LoI) atau surat kesepakatan sementara; 4 lainnya berupa penandatanganan NDA dan dan 2 sisanya menuju NDA
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved