Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DOKTER spesialis anak dan konselor laktasi Jeanne-Roos Tikoalu mengatakan kondisi stres pada ibu menyusui bisa mempengaruhi tingkat kelancaran ASI sehingga kelancarannya berkurang, bahkan tidak dapat mengalir dengan lancar.
Ketika bayi mengisap ASI, aktivitas tersebut akan memberikan sinyal sensoris ke otak ibu dan merangsang keluarnya hormon prolaktin dan hormon oksitosin yang selanjutnya akan masuk ke dalam aliran darah.
Jeanne-Roos mengatakan hormon oksitosin berfungsi untuk membantu kontraksi otot, sementara prolaktin untuk membantu produksi ASI.
Baca juga : Kondisi Stres pada Busui bisa Pengaruhi Kelancaran ASI
"Kondisi ini (ASI tidak lancar) bisa dipengaruhi oleh stres, dalam hal ini terutama hormon oksitosin. Makanya kita mengenal hormon oksitosin sebagai love hormone. Produksi ada, kalau kontraksi tidak jalan, maka ASI tidak bisa keluar," kata Jeanne-Roos di Jakarta, Senin (1/8).
Pengaruh kondisi stres dapat terjadi misalnya pada saat ibu memasuki periode menyusui. Pada saat itu, ibu merasa payudara sudah terisi penuh oleh ASI namun cairan tidak kunjung keluar dalam jangka waktu lama.
Karena ketidaktahuan dan kebingungan, Jeanne-Roos mengatakan ibu malah membiarkan kondisi tersebut dengan tidak melakukan perangsangan sehingga payudara semakin membengkak dan berlanjut pada kondisi penyerapan ASI ke jaringan sekitar.
Baca juga : Penuhi ASI untuk Bayi, Seorang Ibu Perlu Dukungan Suami dan Keluarga
"Kalau terjadi penyerapan seperti itu, dalam dua minggu pertama ASI-nya bisa setop karena rangsangan untuk produksi tidak jalan, kontraksi untuk pengeluaran tidak jalan. Dia merasa bengkak, tidak mendapat pertolongan juga, terjadi penyerapan ke jaringan sekitar, lama-lama hormonnya tidak berproduksi," terang Jeanne-Roos.
Oleh sebab itu, di sinilah pentingnya dukungan dari orang terdekat (support system), yaitu pihak suami untuk membantu istri atau sang ibu.
Jeanne-Roos mengatakan suami dapat melakukan pijat oksitosin sebagai upaya melancarkan keluarnya ASI dari payudara ibu.
Baca juga : Fakta ASI Eksklusif, Satu-Satunya Sumber Nutrisi Selama 6 Bulan Pertama Kehidupan
Dengan pijat oksitosin, ibu akan merasa nyaman dan selanjutnya kontraksi otot saluran ASI dapat bekerja dengan lancar sehingga mendorong produksi ASI.
"Dengan dilakukan pemijatan, memang ada tekniknya, itu sering kali aliran ASI akan menjadi deras kembali," pungkas Jeanne-Roos. (Ant/OL-1)
Baca juga : Seberapa Petingnya Sih ASI untuk Bayi? Simak Artikel Berikut Ini!
Yoga prenatal atau yoga untuk ibu hamil memiliki beragam manfaat. Tertarik melakukannya? Yuk, simak lebih dulu penjelasan berikut.
Platform aduansalahsusu.id. merupakan sarana bagi masyarakat untuk mengawal kebijakan pemerintah terkait konsumsi dan promosi kental manis.
Penyimpanan ASI memiliki jangka waktu masing-masing tergantung jenis kulkasnya
Darah dalam ASI adalah masalah umum yang biasanya tidak memerlukan perawatan darurat. Ini penyebab dan cara mengatasinya.
Menjaga kesehatan dan kelancaran produksi ASI (Air Susu Ibu) adalah hal penting bagi ibu menyusui. Namun, terkadang produksi ASI dapat mengalami kendala,
Peringatan Hari ASI Sedunia bertujuan menekankan pentingnya dukungan untuk keberhasilan menyusui.
Kemacetan di jalan menjadi salah satu tantangan bagi para pemudik. Kondisi ini kerap memicu stres. simak kiat berikut untuk mengatasinya
Perfeksionisme pada remaja perempuan sering kali mengakibatkan stres, tekanan berlebihan, dan keterbatasan dalam kreativitas.
Mengubah fokus dari hasil ke proses, memberikan dorongan positif, dan menetapkan tujuan realistis adalah kunci membantu anak perempuan mengelola perfeksionisme.
Seringkali, bangun di pagi hari dengan perasaan yang tidak enak tanpa alasan yang jelas bisa jadi akibat dari tidur yang kurang nyenyak di malam hari.
Psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Fabiola Priscilla memberikan beberapa tips untuk mengatasi tekanan menjelang hari pertama anak kembali bersekolah
Dokter spesialis neurologi, dr. Restu Susanti, Sp.N(K). M.Biomed menjelaskan bahwa perempuan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami migrain dibandingkan laki-laki.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved