Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

CITO Buka Layanan Pemeriksaan Farmakogenomik di Semarang

Haryanto
15/7/2022 20:55
CITO Buka Layanan Pemeriksaan Farmakogenomik di Semarang
Peresmian Laboratorium pemeriksaan farmakogenomik CITO(DOK/CITO)


LABORATORIUM Klinik CITO terus berinovasi memberikan pelayanan terbaiknya di bidang kesehatan. Yang terbaru, laboratorium yang berdiri sejak 10 April 1967 dan telah memiliki 21 cabang di Indonesia ini memperkenalkan layanan terbarunya untuk pemeriksaan farmakogenomik.

CEO Laboratorium Klinik CITO, Haryadi Ibnu Junaedi mengatakan,
farmakogenomik adalah contoh penting dalam bidang precision medicine, yakni bentuk pengobatan menggunakan informasi gen atau protein, untuk mencegah, mendiagnosis atau mengobati penyakit.

Farmakogenomik bertujuan untuk menyesuaikan tata laksana medis untuk setiap orang atau sekelompok orang, dan melihat bagaimana DNA mempengaruhi cara merespons obat.

"Dalam beberapa kasus, DNA dapat mempengaruhi apakah memiliki reaksi buruk terhadap obat atau apakah obat itu membantu atau tidak," katanya, saat peluncuran Layanan Pemeriksaan Farmakogenomik di Laboratorium Klinik CITO Semarang, Jumat (15/7).

Dokter spesialis bedah itu menambahkan, jika pemeriksaan farmakogenomik bermanfaat untuk mengetahui obat yang tepat dan aman untuk dikonsumsi. Pemeriksaan ini juga membantu dokter dalam menemukan obat yang paling cocok.

"Berdasarkan sifat fisiknya, secara antropologis, manusia digolongkan dalam berbagai suku dan ras. Penggolongan ini didasarkan atas perbedaan parameter morfologis yang antara lain terdiri dari warna kulit, warna dan tekstur rambut, tinggi badan, dan sebagainya. Secara genomik, perbedaan-perbedaan morfologis tersebut disebabkan oleh adanya beberapa gen yang bertanggung jawab terhadap perbedaan fenotipe dari etnis masing-masing," imbuhnya.

DNA

Dijelaskan, varian DNA baru yang saat ini lebih banyak dipakai sebagai
penanda (marker) adalah apa yang disebut sebagai single nucleotide
polymorphisms (SNPs). SNP terjadi bila satu jenis nukleotida dalam posisi tertentu tersubstitusi dengan jenis nukleotida lainnya pada individu lain.

"Sebagian besar perbedaan manusia dipengaruhi oleh adanya perbedaan
SNPs yang terjadi pada genomnya, dan berhubungan dengan jenis penyakit
tertentu ataupun respon tubuhnya terhadap penggunaan obat," jelasnya.

Beberapa SNPs yang berada pada lokasi non-coding regions, lanjutnya,
ternyata juga dapat mempengaruhi stabilitas mRNA dan kecepatan
transkripsinya. Perbedaan sekecil apapun dapat mempengaruhi fungsinya.

"Oleh sebab itu, dapat diduga bahwa perubahan dalam struktur dan fungsi
protein yang menjadi target kerja obat akan mempengaruhi respon obat dalam tubuh," ujarnya.

Menurutnya, beberapa gen yang bertanggungjawab sandi ekspresi dari
enzim-enzim metabolisme obat, yaitu CYP2C19, CYP2D6, CYP2C9, dan SLCO1B1. Variasi struktur dan fungsi dari enzim-enzim tersebut dapat menyebabkan meningkatnya efek samping dari berbagai jenis obat.

"Hingga 70% dari reaksi obat yang merugikan ini memiliki hubungan genetik yang tinggi, yang berarti bahwa bahaya tersebut dapat dengan mudah dihindari dengan pengujian genetik," ungkapnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Laboratorium Klinik CITO menghasilkan produk terbaru farmakogenomik yang tujuannya untuk memilih obat yang tepat terhadap individu (personalized medicine) berdasarkan profil genetik, sehingga tidak ditemukan kembali adanya ADR.

"Produk tersebut kami beri nama 'CitoGen Pharmaco-Gx'. Produk ini juga
dianalisis menggunakan software berbasis genetik yang menggunakan
bioinfomatika ras Asia, software ini berfungsi mengumpulkan dan
menganalisis data yang dihasilkan dari staff laboratorium kami. Hasil dari pemeriksaan produk ini juga terdapat rekomendasi-rekomendasi yang akan membantu dokter untuk memberikan obat yang sesuai untuk pasiennya," terangnya.

Biaya

Dikatakan, Laboratorium Klinik CITO menyediakan 10 panel pemeriksaan. Panel yang paling lengkap mencakup 160+ jenis obat, yang hasil pemeriksaannya akan membantu dokter untuk memberikan obat
yang cocok untuk pasiennya dengan menganalisis empat gen yang paling sering menyebabkan reaksi obat yang merugikan.

Setelah menerima hasil, pasien dapat berkonsultasi kepada dokter keluarga atau dokter yang menangani penyakitnya selama ini. Jika pasien mengikuti Medical Check-Up di Laboratorium Klinik CITO, maka dapat berkonsultasi ke dokter Spesialis Farmakologi Klinik secara virtual atau dokter Medical Check-Up CITO secara offline.

Sementara, untuk melakukan pemeriksaan Farmakogenomik, biaya yang
dikeluarkan mulai dari Rp1,7 juta-Rp2 juta untuk kategori per penyakit,
misalnya Diabetes Mellitus, Hipertensi, Anti kolesterol, Terapi anti
trombosit, Beta Blocker, Tamoxifen, PPI (Obat yg menghambat asam lambung), NSID (Anti inflamasi non steroid/kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan, meredakan nyeri, dan menurunkan demam) dan lain-lain.

Sedangkan bila ingin mendapatkan data base untuk 160 lebih jenis obat
(termasuk obat-obatan seperti diatas), dapat mengikuti pemeriksaan Ready Rx dengan biaya Rp2,5 juta.

Adapun yang bisa melakukan pemeriksaan tersebut yaitu pasien peserta
Medical Check-Up, lalu mengikuti Ready Rx yang cukup lengkap, sehingga pasien memiliki data base respon terhadap terapi berdasarkan genetik masing-masing.

"Selain itu, untuk pasien yang menderita penyakit kronis, seperti terapi hipertensi, DM, penyakit jantung, gastritis dan lain-lain juga perlu mengikuti pemeriksaan ini, karena akan menggunakan obat-obatan dalam jangka panjang," tandas Haryadi. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya