EPIDEMIOLOG dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menekankan jika Indonesia tidak bisa mengendalikan kenaikan kasus covid-19, harus bersiap menyambut adanya tsunami long covid-19.
Kenaikan kasus pada Juli ini, lanjut dia, bukan sesuatu yang mengagetkan di tengah penyebaran turunan varian Omikron. Sebab di banyak negara, kondisi serupa juga terjadi. Bahkan, lonjakan kasus covid-19 lebih parah dari Indonesia.
“Meski jauh lebih menurun jika dibanding dua tahun pertama, khususnya tahun pertama dari pandemi covid-19. Tetapi, dengan kemampuan BA.4 dan BA.5, lebih bisa menginfeksi dua kelompok yang sudah divaksin dan belum divaksin," ujar Dicky dalam keterangannya, Jumat (15/7).
Baca juga: Positivity Rate Lewati Standar WHO, Situasi Indonesia Masuk Level 2
"Bahkan, yang sudah kombinasi divaksin dan terinfeksi. Ada kasus orang yang terinfeksi ini menjadi lazim. Banyak ditemukan di tengah abainya protokol kesehatan,” imbuhnya.
Menurutnya, situasi kasus covid-19 di Indonesia seperti puncak gunung es. Minimnya jumlah testing dan tracing menyebabkan kasus di tengah masyarakat tidak terbaca.
“Ini terbukti dengan gelombang-gelombang sebelumnya. Dalam dua tahun pertama pandemi, kita tahu angka kematian Indonesia tujuh kali lebih tinggi dari laporan pemerintah. Artinya, kita harus waspada dan siap menyambut tsunami long covid-19," pungkas Dicky.
Baca juga: Ayo Kenali BA.5, Varian Omikron Penyebab Infeksi Covid-19 Berulang
Adpaun hal yang perlu diperhatikan ialah pencegahan infeksi, atau mencegah re-infeksi, dan bahkan mencegah co-infeksi covid-19. “Reinfeksi itu orang terinfeksi lagi, karena itu yang meningkatkan long-covid-19. Juga termasuk co-infeksi, yang juga punya potensi jadi long-covid-19," tuturnya.
Dirinya mengingatkan pemerintah untuk menggencarkan deteksi dini dengan testing, tracing, serta mitigasi risko. Dalam hal ini, dengan komunikasi yang membangun literasi masyarakat, agar sadar pentingnya upaya pencegahan. Termasuk, melanjutkan vaksinasi yang belum lengkap.(OL-11)