Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
CONSTRUCTED Wetland (Lahan Basah Buatan) dinilai cukup ideal dalam mengurangi limbah domestik, untuk memulihkan kerusakan lingkungan. Hal ini dijelaskan dari hasil kajian tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) saat melakukan pemetaan terkait manfaat dari constructed wetland di Taman Kehati Indramayu.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium terhadap sampel air, sedimen dan tumbuhan air di Rawa Taman Kehati Indramayu, lahan basah buatan terbukti mampu mengurangi pencemaran akumulasi dari lingkungan sekitarnya.
“Hal ini juga membuktikan bahwa lahan basah dengan vegetasi airnya berfungsi sebagai penjernih alami air limbah,” ujar Peneliti Konservasi Keanekaragaman Hayati BRIN Hendra Gunawan, Senin (20/6).
Dia menjelaskan, beberapa tumbuhan air sepeti Typha angustifolia, teratai ungu (Nymphaea nouchali), teratai putih (Nymphaea alba), kangkong air (Ipomoea aquatic), eceng gondok (Eleocharis dulcis), dan tapak dara air (Ludwigia Adscendens) yang tumbuh di taman kehati tersebut terbukti berfungsi mengakumulasi bahan pencemar logam seperti besi, tembaga, mangan dan lain sebagainya.
Hendra menambahkan, Taman Kehati Indramayu masih terhubung dengan laut Jawa dan saluran buangan air limbah domestik permukiman di sekitarnya. Dengan demikian, metode Constructed Wetland (Lahan Basah Buatan) sangat ideal untuk mengurangi limbah domestik.
Baca juga: DKI Ungkap Banyak Truk Tinja Buang Limbah Di Saluran Air
Hal senada juga disampaikan oleh Ahli Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, Irdika Mansyur. Menurutnya, constructed wetland yang diintegrasikan dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal domestik dan taman kehati, merupakan program Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian LHK untuk pemulihan kerusakan lingkungan melalui peningkatan kualitas air dan kualitas tutupan lahan.
“Mekanisme di dalam constructed wetland mengendapkan partikel tersuspensi yang terdiri dari filtrasi dan presipitasi kimawi melalui kontak antara air buangan dengan substrat (tanah, pasir, kerikil pendukung tanaman); adsorpsi dan ion exchange pada lapisan permukaan tanaman, substrat, sedimen, dan litter; penguraian dan transformasi pollutant oleh mikroorganisme dan tanaman; penyerapan dan proses transformasi nutrient oleh tumbuhan dan mikrorganisme; serta pemakanan dan kematian secara alami dari bakteri pathogen,” ungkap Irdika.(OL-5)
‘’Kolaborasi, termasuk dengan kerja sama dengan pihak swasta menjadi kunci untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang efektif, bernilai ekonomis dan ramah lingkungan,”
KEPALA Subdit Ditjen KLHK Yuli Prasetyo Nugroho menuturkan terdapat beberapa kearifan lokal dari masyarakat adat yang dapat menjadi contoh dalam pengelolaan sampah sisa makanan (food waste).
Kayu itu dikumpulkan untuk kemudian direbus. Sebanyak 10 kg kayu mangrove, direbus dengan 10 liter air untuk menghasilkan 7 liter cairan tinta.
Program pembagian bibit pohon gratis yang digagas KLHK menjadi langkah penting dalam upaya pelestarian lingkungan di Indonesia.
Dalam mengelola sampah kemasan, GCPI bekerja sama dengan Indonesia Packaging Recovery Organisation (IPRO),
Pendanaan konservasi ini memerlukan anggaran besar sehingga memerlukan kontribusi semua pihak untuk menutup gap antara anggaran dengan kebutuhan yang tersedia.
Fokus HaqFest tahun ini terkait halal dan keamanan pangan untuk mendorong percepatan program MBG dalam mencapai target.
SEKITAR 10 persen pohon yang berada di jalur hijau Kota Bogor berada dalam kondisi tak sehat serta menunjukkan potensi kerusakan berat.
Institut Pertanian Bogor (IPB) University mendorong Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) bertransformasi menjadi koperasi desa (kopdes).
IPB mempertahankan posisi 1 di Asia Tenggara, 10 Asia dan 49 dunia dalam bidang Pertanian dan Kehutanan (by subject Agriculture and Forestry).
Arif mengusulkan kepada Presiden agar perguruan tinggi di Indonesia bisa dijadikan R&D BUMN.
Prof Asadatun Abdullah resmi menyandang Guru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) sejak 1 September 2024 di usia 41 tahun 4 bulan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved