Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Puncak Kasus Covid-19 di Indonesia Diprediksi Bisa Diatas 20 Ribu Kasus Per Hari

Selamar Saragih
19/6/2022 17:59
Puncak Kasus Covid-19 di Indonesia Diprediksi Bisa Diatas 20 Ribu Kasus Per Hari
Tenaga kesehatan melakukan tes PCR(Antara/Irwansyah Putra)

EPIDEMIOLOG dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan, puncak kasus Covid-19 akibat subvarian BA.4 dan BA.5 diprediksi jumlahnya di atas 20.000 kasus per hari.

Ungkapan Dicky itu merespons pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang menyebutkan kasus puncak varian BA.4 dan BA.5 diperkirakan maksimum 20.000 kasus per hari.

Dicky mengatakan, puncak kasus diperkirakan lebih tinggi karena testing dan tracing saat ini tidak masif serta perilaku masyarakat yang enggan untuk melakukan testing Covid-19 sehingga hanya kasus yang terdeteksi terhitung.

“Jadi yang akan terdeteksi hanya kasus-kasus di puncak gunung es yang memang bergejala. Artinya, sebetulnya bukan berarti lebih sedikit, bukan berarti virus ini lebih lemah karena secara data virus ini virulensinya jauh lebih dari varian Delta. Hanya modal imunitas jauh lebih besar dan lebih baik yang ada di masyarakat saat ini, sehingga ketika terinfeksi tidak bergejala,” kata Dicky saat dihubungi pada Minggu (19/6).

Karena itu, Dicky berharap masyarakat tidak mengabaikan protokol kesehatan (prokes) memakai masker, apalagi bagi masyarakat yang melakukan mobilitas tinggi.

Baca juga : Kekurangan Vitamin D Berdampak pada Risiko Demensia

Dia mengatakan, data menunjukkan subvarian Omicron BA.5 harus diwaspadai karena kemampuan menginfeksi dan potensi keparahannya sama dengan varian Delta. 

Bahkan diperkirakan lebih buruk. Pasalnya, ketika subvarian BA.5 ini menyerang kelompok rentan yang tidak memiliki imunitas atau imunitas telah menurun akan berdampak keparahan.

“Ini harus diwaspadai subvarian BA.5 karena potensi dampak serius jangka panjang dan juga diketahui BA.5 kemampuan merusak berbagai sel T (limfosit T),” lanjutnya.

Dicky menyebut subvarian BA.5 juga berdampak pada penurunan efikasi dari obat antivirus hingga menurunkan proteksi berbagai vaksin.

“Artinya harus diwaspadai dan merespons varian ini dengan strategi kesehatan yang ada seperti memakai masker dan vaksinasi tiga dosis,” ujarnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya