Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
GURU Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Prof apt Nasrul Wathoni, PhD, mengatakan bahwa di masa depan bidang farmasi sangat erat kaitannya dengan penggunaan teknologi informasi. Untuk itu pengetahuan mengenai pharmacoinformatics sangat diperlukan mahasiswa farmasi.
“Ada suatu disrupsi dalam suatu pekerjaan kefarmasian yang menurut saya erat kaitannya dengan teknologi informasi,” ujar Prof Nasrul, seperti dilansir dari laman Unpad.
Untuk mempersiapkan lulusan Farmasi agar siap menghadapi perkembangan pekerjaan di masa depan, tegasnya, pharmacoinformatics perlu menjadi bagian dari kurikulum di pendidikan farmasi.
“Di Farmasi ini harus memasukan mata kuliah Pharmacoinformatics dan mungkin kemudian tidak hanya sebagai mata kuliah pilihan dan nanti akan menjadi mata kuliah wajib bagi para mahasiswa untuk mempersiapkan di masa depan,” ujarnya
Untuk diketahui, Pharmacoinformatics merupakan suatu bidang ilmu yang di dalamnya memanfaakan teknologi untuk saling mengoneksikan aspek penghantaran obat dari basic science sampai ke penggunaan kliniknya, baik untuk medikasi bagi individu maupun populasi.
Nasrul menjelaskan bahwa pharmacoinformatics semakin berkembang, dari semula meliputi farmasi praktis atau pelayanan, menjadi farmasi edukasi dan riset, serta aplikasi klinis.
Pharmacoinformatics terbagi dalam dua aspek, yaitu scientific aspect (aspek ilmiah) dan service aspect (aspek pelayanan). “Inilah yang menurut saya pribadi sesuatu hal yang ke depan seorang farmasi atau seorang calon apoteker itu harus memiliki keilmuan terkait pharmacoinformatics,” ujar Prof Nasrul. (H-2)
Bagi IAI, yang menjadi fokus perhatian kami adalah bagaimana Apotek Desa/Kelurahan ini nanti benar-benar dapat berjalan dengan baik.
PIAI dirancang untuk menyesuaikan standar praktik farmasi di Indonesia dengan perkembangan global, mengacu pada prinsip keamanan pasien
Universitas Esa Unggul (UEU) menggelar seminar dan peresmian Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker yang berlangsung secara hybrid di Kemala Ballroom, Jakarta.
Pedoman Indikator Apoteker Indonesia (PIAI) hadir sebagai solusi untuk meningkatkan standar layanan farmasi demi menjamin keamanan dan efektivitas penggunaan obat bagi masyarakat.
KEPALA Biro Komunikasi Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Aji Muhawarman memberikan data bahwa saat ini apoteker di Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Hingga Oktober 2024, Indonesia memiliki 106.000 apoteker, tetapi distribusi yang tidak merata menghambat layanan kesehatan di banyak wilayah.
Ekspansi ini diharapkan akan membuat lebih dekat dengan masyarakat dan dapat memberikan layanan kesehatan yang lebih mudah dijangkau.
Berkat kemajuan teknologi, edukasi mengenai literasi farmasi kini semakin luas, memungkinkan masyarakat memahami konsumsi obat secara bijak
Kampanye kesehatan dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya penggunaan obat yang benar
Menjaga kesehatan dan kelancaran produksi ASI (Air Susu Ibu) adalah hal penting bagi ibu menyusui. Namun, terkadang produksi ASI dapat mengalami kendala,
Pendapatan didominasi oleh sektor ritel sebesar 40 persen yaitu dari Kimia Farma Apotek.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved