Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PAKAR dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengimbau para orangtua untuk segera melengkapi dan mengejar imunisasi anak yang tertinggal guna menghindari risiko kasus kejadian luar biasa (KLB) Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
"Imunisasi akan berpengaruh terhadap kekebalan komunitas dan akan berpengaruh untuk timbulnya kejadian luar biasa, yang ditakutkan adalah KLB campak, difteri, itu yang bisa menimbulkan kesakitan dan cacat pada anak," kata Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI Prof Hartono Gunardi dalam konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia di Jakarta, dikutip Rabu (20/4).
Hartono mengatakan imunisasi merupakan upaya pencegahan yang paling efektif untuk PD3I. Penyakit-penyakit tersebut antara lain hepatitis B, polio, tuberkulosis, campak, rubella, difteri, tetanus, portusis, haemophilus influenzae tipe B, dan seterusnya.
Baca juga: Ahli Pastikan Vaksin Ganda tidak Berbahaya
Hartono menyebut, berdasarkan data, sekitar 4,9 juta kematian diperkirakan bisa dicegah dengan imunisasi pada 2013 dan 2,1 juta kematian diestimasi bisa dicegah dengan diberikan imunisasi yang lengkap pada 2018.
Namun dengan adanya pandemi, menurut Hartono, cakupan imunisasi menurun.
Hartono mengatakan orangtua dapat melakukan pengecekan kelengkapan imunisasi anak yang tercatat dalam kesehatan ibu dan anak (KIA) dan segera dilengkapi apabila ada yang kurang.
"Tidak ada imunisasi yang hangus, tidak perlu diulang dari awal. Jadi lengkapi saja, lanjutkan apa yang kurang," tuturnya.
Pemberian imunisasi, ujar Hartono, merupakan bentuk pemenuhan hak kesehatan pada anak. Ia memastikan imunisasi aman diberikan pada anak, mengingat sekitar 192 negara sudah melaksanakan program imunisasi.
"Kalau tidak aman, tidak ada negara yang menjalankan sebanyak itu. Dengan kata lain, imunisasi terbukti efektif dan aman," tutur Hartono.
Ia menekankan penting bagi anak untuk mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan yaitu hepatitis B, BCG, DTP, Hib, Polio, Campak, Rubela.
Selain itu, orangtua juga dapat merujuk pada jadwal imunisasi yang direkomendasikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
IDAI merekomendasikan anak berusia 0-12 perlu mendapatkan imunisasi vaksin Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, MR, JE, dan Hepatitis A.
Pada usia 1-2 tahun, anak perlu diberikan vaksin MMR, Varisela, vaksin ulangan DTP-Hib-Hepatitis B.
Kemudian, pada usia 24 bulan, anak perlu menerima vaksin Tifoid. Beranjak ke usia 9 tahun, anak juga direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin HPV dan Dengue.
Hartono mengatakan orangtua dapat melengkapi imunisasi anak dengan mengikuti program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang dilaksanakan pada Mei mendatang.
Tidak hanya peran orangtua, Hartono juga mengimbau agar petugas kesehatan melakukan evaluasi kelengkapan imunisasi anak secara berkala. (Ant/OL-1)
Setiap anak memiliki potensi luar biasa dan peran orangtua sangat menentukan bagaimana potensi itu tumbuh.
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Pertanian tetap menjadi sektor terbesar untuk pekerja anak, menyumbang 61% dari semua kasus, diikuti oleh jasa (27%), seperti pekerjaan rumah tangga.
PELAKSANAAN imunisasi kejar Japanese Encephalitis (JE) dinilai penting sebagai upaya melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
Menteri Kesehatan AS Robert F. Kennedy Jr. memecat 17 anggota Komite Penasihat Praktik Imunisasi (ACIP), dengan alasan konflik kepentingan.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan pentingnya memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak-anak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
IMUNISASI anak wajib diberikan pada bayi baru lahir hingga individu usia 18 tahun. Kementerian Kesehatan mewajibkan vaksinasi pada anak untuk melindungi buah hati
Vaksinasi BCG pada anak di negara-negara yang tinggi angka TB efektif untuk mencegah penyakit TB yang berat seperti TB di selaput otak, atau TB milier yang dapat menyebabkan sesak napas.
PENULARAN difteri di Jawa Barat menjadi perhatian dari Universitas Airlangga. Lima pulau terbesar di Indonesia dengan kasus difteri tertinggi adalah Jawa dengan 474 kasus dan 26 kematian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved