Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
TEMPE sudah akrab dengan kita sebagai makanan sehari-hari dengan berbagai bentuk olahan. Ternyata tempe sudah ada sejak nenek moyang kita dulu. Faktanya lagi, makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat segala kalangan ini penuh dengan manfaat bagi kesehatan.
Ketua Umum DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Rudatin memaparkan bahwa dalam Serat Sri Tanjung dari abad XII-XIII menuliskan kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tempe. "Selain itu, Serat Centhini yang ditulis oleh R. Ng. Ronggo Sutrasno pada masa pemerintahan Sultan Pakubuwono pada 1814 menggambarkan hidangan brambang jae santen tempe dan asem sambel lethokan disajikan oleh Pangeran Bayat yang menjamu Cebolang saat mampir ke dusun Tembayat di wilayah Klaten, dalam perjalanan dari Candi Prambahan menuju Pajang," ujar Rudatin dalam Press Conference DPP Persagi Mendukung Tempe sebagai Warisan Takbenda UNESCO secara online, Rabu (30/3).
Lebih lanjut Rudatin menjelaskan bahwa menurut sejarawan Dr. Onghokham, masyarakat Jawa di era tanam paksa (1830-1870) mengonsumsi tempe yang tidak sengaja mereka temukan. Pada Encyclopaedia von Nedelandsch Indie (1922) disampaikan bahwa tempe sebagai kue yang terbuat dari kacang kedelai melalui proses peragian dan merupakan makanan kerakyatan (volk's voedsel).
Melihat sejarah panjang tempe itu, tidak mengherankan Indonesia menjadi negara produsen tempe terbesar di dunia dan pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% kedelai di Indonesia digunakan untuk memproduksi tempe, 40% untuk produksi tahu, dan 10% sisanya digunakan untuk produksi produk kedelai lain seperti tauco dan kecap.
Karena itu, Rudatin mengajak masyarakat untuk melestarikan budaya Indonesia berupa makan tempe. Alasannya, tempe merupakan makanan asli dari Indonesia. Tempe terbuat dari kacang kedelai yang diproses melalui fermentasi menggunakan mikroorganisme kapang Rhizopus sp sehingga protein nabatinya menjadi lebih mudah dicerna.
Beragam manfaat bagi kesehatan bila kita mengonsumsi tempe. Rudatin menyebutkan manfaatnya yaitu memenuhi kebutuhan vitamin B12; mencegah kanker, anemia, diabetes melitus, dan asma; menghambat proses penuaan; mencegah berbagai penyakit saluran pencernaan; menjaga kesehatan jantung; mengobati diare; mencegah osteoporosis; dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Baca juga: Wanita Bicara Rasa Sakit Menjadi Botak akibat Alopecia Areata
Jenis tempe pun beraneka ragam. Ada tempe kacang kedelai, tempe bongkrek, tempe gembus, tempe koro pedang, tempe
kacang hijau, tempe kacang merah, tempe menjes, dan tempe lamtoro. Warga juga membuat makanan olahan tempe tradisional yang bermacam-macam seperti tempe orek, tempe bacem, brownis tempe, sempol tempe, tempe mendoan, dan sate tempe. Bahkan makanan olahan tempe internasional seperti steak tempe, burger tempe, bola-bola tempe mozarella, tempe tacos, dan sushi tempe. Atas dasar keistimewaan produk pangan itu, Persagi mendukung tempe sebagai warisan takbenda UNESCO. (RO/OL-14)
Festival Pesona Budaya Hoyak Tabuik 2025 resmi dibuka langsung oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Minggu (6/7/2025).
Revalidasi Toba Caldera Unesco Global Geopark akan berlangsung pada 21–25 Juli 2025 dengan agenda kunjungan dua asesor dari Portugal dan Korea Selatan ke sejumlah geosite.
DESAINER dan pelestari warisan budaya Indonesia, Era Soekamto telah menerima penghargaan dari UNESCO atas komitmennya yang berkelanjutan dalam melestarikan budaya
PENGAJAR Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Andri Purnomo menyatakan Situs Purbakala Patiayam berpotensi menjadi warisan dunia atau world heritage Unesco.
Rob memberikan dukungan penuh kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hanif Faisol Nurofiq, untuk mengkaji ulang izin permohonan persetujuan lingkungan baru.
STATUS keanggotaan Geopark Kaldera Toba sebagai anggota Unesco terancam dicabut. Hal ini terjadi setelah dua tahun masa pembenahan yang diberikan Unesco dianggap tidak maksimal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved