Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pembahasan Tuberkulosis di Forum G20 Langkah Kongkrit Eleminasi TB

Mediaindonesia.com
30/3/2022 09:12
Pembahasan Tuberkulosis di Forum G20 Langkah Kongkrit Eleminasi TB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.(ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.)

DALAM agenda Health Working Group Meeting (HWG) I G20 yang dimulai sejak Senin (28/3) lalu di Yogyakarta, Indonesia secara khusus membawa isu Tuberkulosis (TB) pada side event yang berlangsung pada 29-30 Maret.

Harapannya, dengan mengusung isu TB di pertemuan tingkat tinggi internasional, Indonesia bisa mendorong kembali komitmen negara-negara lain untuk kembali ke jalur yang tepat dalam upaya mengeliminasi TB pada 2030.

TB hingga saat ini masih menjadi pandemi di dunia dan menginfeksi 10 juta penduduk dunia tiap tahunnya. Dua pertiga dari jumlah tersebut disumbangkan oleh negara-negara anggota forum G20.

Kematian akibat TB di negara-negara anggota G20 pun mencapai 4.100 orang per harinya. Sementara itu, investasi untuk respon penanggulangan dan penelitian TB jumlahnya 30% lebih sedikit dibandingkan pengidap TB yang tidak sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Baca juga: Menkes: Penanganan Tuberkulosis Butuh Investasi ilmu Pengetahuan

“Hal ini harus kita ubah. Kita harus lebih fokus untuk memperhatikan pasien TB, keluarganya, dan lingkungannya. Kita harus berinvestasi lebih cerdas lagi untuk menanggulangi penyakit menular mematikan ini dan mengakhiri pandemi TB di tahun 2030,” ujar Menteri Kesrehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam keynote speech pembukaan G20 side event khusus membahas TB.

WHO sudah mendeklarasikan pandemi TB di dunia pada 1993. Penanggulangan skala global telah menyelamatkan 66 juta nyawa sejak tahun 2000.

Namun pandemi covid-19 melemahkan sistem ketahanan kesehatan hampir semua negara di dunia dan menyebabkan kematian akibat TB kembali meningkat setelah berhasil ditekan satu dekade terakhir.

“Indonesia sebagai presidensi forum G20 2022 ini mendorong agar negara-negara anggota G20 memperkuat arsitektur sistem kesehatan global. Sementara untuk mengadvokasi isu TB, ada tiga hal yang harus dilakukan," jelasnya.

"Pertama, meningkatkan sistem pelacakan TB. Kedua, penggunaan regimen (jenis) obat TB yang lebih sedikit dan meningkatkan upaya pencegahan TB, dan, ketiga, investasi yang memadai dan berkelanjutan pada riset dan pengembangan vaksin TB yang lebih baik,” kata Budi.

Tuberkulosis dapat dicegah dan disembuhkan. Hanya dengan memperbaiki jaringan kolaborasi, serta kerjasama multilateral, kerja keras mengeleminasi TB bisa dilakukan.

Dengan begitu dunia kesehatan bisa mengembangkan sistem pelacakan, diagnosa, pencegahan, pengobatan, serta vaksinasi TB yang lebih baik lagi.

“Penting bagi Indonesia untuk mengusung tema TB ke dalam forum G20. Indonesia harus menyumbangkan pemikiran dan aksi atau program nyata agar TB bisa segera tereliminasi di 2030," ujar Dr. dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K). M.Pd.Ked., Pengurus Harian Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

"Sebagai langkah kongkritnya, Indonesia harus memiliki program penanggulangan TB dengan pelaksanaan yang lebih baik supaya angka kasus TB di Indonesia bisa jauh menurun,” ujar dr. Fathiyah.

Topik bahasan TB di G20 juga dinilai tepat saat ini, mengingat 50% kasus TB dunia teridentifikasi di negara-negara anggota G20 seperti India, Cina, Indonesia, Afrika Selatan, Brasil, dan Rusia. Indonesia sendiri merupakan negara ketiga dengan beban kasus TB terbanyak di dunia, setelah India dan Tiongkok.

“Tentunya kami mendukung program pemerintah dalam eleminasi TB di Indonesia. PDPI juga pro aktif memberikan masukan yang relevan dan inovatif kepada Kemenkes terkait penanggulangan TB di Indonesia. PDPI sendiri merupakan bagian dari komite ahli dalam Satgas TB Nasional, yang berperan aktif menanggulangi TB di Indonesia,” ujar dr. Fathiyah.

Terdapat lebih dari 30 cabang PDPI di Indonesia dan setiap cabang kini memiliki kelompok kerja (pokja) penanggulangan TB. Pokja ini bekerja mulai dari penemuan kasus, diagnosis kasus, mencegah pasien putus berobat, hingga mendampingi pasien sampai sembuh.

“Tantangan tersendiri dalam penanganan TB di Indonesia adalah, masyarakat masih memandang penyakit ini sebagai stigma negatif. Masih banyak masyarakat yang tidak mau memeriksakan dirinya. Bahkan walaupun ada pasien sudah terdiagnosis TB, mereka tidak mau berobat,” terang dr. Fathiyah. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya