Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Banyak Merugikan, Merkuri Kian Ditinggalkan Penambang Emas Skala Kecil

Atalya Puspa
18/3/2022 23:07
Banyak Merugikan, Merkuri Kian Ditinggalkan Penambang Emas Skala Kecil
DAMPAK Merkuri: Penambangan emas ilegal menggunakan merkuri di Gunung Batok, Pulau Buru mengakibatkan kerusakan lingkungan seluas 40 hektar.(ANTARA/ Rivan Awal Lingga.)

PEMERINTAH terus berupaya untuk mengalihkan teknologi penambangan emas skala kecil (PESK) dari yang tadinya menggunakan merkuri ke energi terbaru tanpa penggunaan merkuri. Lambat-laun, upaya pemerintah itu banyak diterima masyarakat dan kian disadari manfaatnya. 

"Saya sebagai penambang sudah lama, mulai dari tahun 2012. Awal-awal saya memang menggunakan metode amalgamasi, menggunakan merkuri. Tapi kami sadar bahwa merkuri kurang begitu menguntungkan, maka merkuri kini kami tinggalkan," kata Ketua Koperasi Produsen Mineral Logam Mulia Desa Plampang Tiga Kabupaten Kulon Progo, Tukiman, Jumat (18/3).

Baca juga: Tata Cara Salat Tarawih saat Ramadan 

Tukiman mengungkapkan, saat ini kegiatan PESK di Desa Plambang Tiga Kulon Progo sudah beralih dari metode amalgamasi ke pirometalurgi. Ia menyadari, metode baru itu memberikan banyak keuntungan. Dari 1 ton material, penambang bisa mendapatkan emas sekitar 7 gram. 

"Sementara kalau pakai merkuri sangat minim. Paling dari 1 ton, dapatnya hanya 1 sampai 2 gram emas. Sudah sangat tidak menguntungkan. Tapi dengan metode pirometalurgi 80% sampai 90% bisa kita ambil dari material tersebut," ucap dia. 

Selain mampu menghasilkan lebih banyak emas, dikatakan Tukiman bahwa metode pirometalurgi sangat efektif, ekonomis, ramah lingkungan dan mudah diterapkan. 

"Selain itu, sisa pengolahan kita tampung di kolam tanpa ada sisa kimia. Dan ke depan akan kita gunakan untuk jadi paving block atau batako. Jadi saat semua proses selesai tidak ada material yang tersisa," pungkas dia. 

Berdasarkan data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, Indonesia memiliki 197 kabupaten yang aktif dalam kegiatan penambangan emas. Selain menerapkan alih teknologi seperti yang dilakukan di Kabupaten Kulon Progo, ada pula daerah yang memiliki program alih profesi bagi penambang emas, salah satunya yang dilakukan di Banyumas. 

Dikatakan Pendamping Kelompok Pelindung Hutan Bakti Wana Sari Gumelar Banyumas Dhani Armanto, masyarakat di Banyumas sudah banyak yang mengurangi kegiatan penambangan emas menggunakan merkuri. 

Alasannya, saat ini masyarakat mulai beralih menggunakan teknologi baru seperti penggunaan sianida dan pirometalurgi, serta mulai munculnya jiwa kewirausahaan masyarakat sekitar. 

"Aktivitas penambangan emas menggunakan merkuri mulai disadari masyarakat bukanlah aktivitas usaha yang menguntungkan. Belum lagi risikonya, mulai dari kehabisan oksigen, kesetrum dalam lubang tambang dan risiko tidak bisa memproses emas," ucap dia. 

Dhani mengakui, 5 atau 10 tahun yang lalu, aktivitas penambangan emas di wilayah Banyumas menjadi sumber pendapatan utama masyarakat sekitar. Namun demikian, dengan usaha yang konsisten, pihaknya terus berupaya agar masyarakat bisa menggali sumber pendapatan lain sehingga bisa meninggalkan penambangan emas dengan merkuri. 

"Jadi kita gali terus bagaimana sejarah ekonomi di desa hingga memetakan individu yang akan berperan dalam alih profesi ini," ucap dia. 

Selain itu, edukasi mengenai angka kecelakaan kerja yang tinggi akibat penambangan emas menggunakan merkuri terus digalakkan di masyarakat sekitar. 

"Kita terus menanamkan ada pekerjaan dengan risiko tinggi dan ada juga yang rendah. Dan ada pekerjaan dengan pendapatan yang jelas, ada juga yang tidak jelas. Nilai-nilai ini terus kita bangun," beber dia. 

Saat ini, dikatakan Dhani bahwa masyarakat Banyumas tidak lagi menjadikan penambangan emas sebagai sumber pendapatan utama. Saat ini masyarakat lebih cenderung berminat untuk melirik usaha kreatif seperti produksi kerajinan kayu, bambu atau membuka warung dan gerai makanan. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya