Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DOKTER Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Onkologi Ginekologi dari Universitas Indonesia dr Bambang Dwipoyono, BD.Sp.OG, MS, MARS mengatakan sekitar 70% perdarahan terus menerus di dalam atau di luar periode haid menjadi gejala terbanyak kanker serviks yang menyebabkan para wanita datang berobat ke rumah sakit.
"Gejalanya terbanyak adalah pendarahan, ini yang menyebabkan perempuan datang berobat ke rumah sakit," ujar Bambang, Jumat (4/2).
Bambang yang berpraktik di RS Pondok Indah - Bintaro Jaya itu mengatakan, perdarahan ini berbeda dengan haid yang memiliki pola waktu teratur setiap bulannya dan berulang. Sementara jika perdarahan di luar masa haid, bisa akibat sentuhan misalnya saat berhubungan seksual atau muncul dengan sendirinya.
"Jika perdarahannya itu di luar haid, apakah karena sentuh akibat hubungan seksual atau sendiri, kita mesti lihat. Tidak semata-mata melihat bagaimana haid atau perdarahan tadi," kata Bambang.
Para wanita disarankan memperhatikan pola menstruasinya atau dengan mencatat waktunya sehingga bila ada perubahan dalam pola, dia bisa segera berkonsultasi ke dokter atau tenaga kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan.
"Jadi sangat dianjurkan perempuan yang sudah haid memiliki catatan, kalau ada perubahan dalam pola haidnya, dia bisa ke dokter atau tenaga kesehatan untuk diperiksa apakah pendarahan yang disebabkan hal lain," tutur Bambang.
Baca juga: Deteksi Dini dan Vaksinasi HPV Penting untuk Cegah Kanker Serviks
Selain perdarahan, gejala yang umum muncul akibat kanker serviks yakni adanya cairan di vagina yakni keputihan yang banyak, berwarna kemerahan karena tercampur darah dan berbau tidak sedap. Ada juga keluhan nyeri di panggul, pinggang, tungkai atas dan tulang bila kanker sudah menyebar. Pada kasus lainnya, bila kanker sudah berat dan menyebar ke paru-paru maka bisa menimbulkan sesak napas.
Data memperlihatkan, sekitar 500 juta atau 0,5% perempuan di dunia terkena kanker serviks, dengan sebanyak 55-60% pasien berakhir dengan meninggal. Kasus terbanyak yakni 80% terjadi di negara berkembang seperti Indonesia.
Data Kementerian Kesehatan per 31 Januari 2019 memperlihatkan, kasus kanker serviks mencapai 23,4% per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9% per 100.000 orang.
Bambang mengatakan, data selama 10 tahun juga menunjukkan, perempuan yang terkena kanker berusia muda yakni rerata 40-45 tahun dengan stadium II-III (65%).
"Bisa dibayangkan usia 40-45 tahun masih cukup muda, usia yang masih produktif sehingga tentu bisa menimbulkan masalah pada stabilitas dalam keluarga," imbuhnya.
"Perempuan umumnya baru datang ke dokter kandungan saat proses hamil dan melahirkan. Setelah itu biasanya tidak merasa penting bertemu dokter khususnya dokter kandungan karena urusan persalinan sudah selesai. Memang sudah selesai tetapi kita menghadapi suatu kondisi yang harus mendapatkan perhatian," pungkasnya.(Ant/OL-5)
Kanker ini umumnya disebabkan oleh infeksi virus, yaitu papillomavirus human (HPV), dalam alat kelamin wanita. HPV sebenarnya memiliki banyak subtipe
PARA perempuan tidak perlu khawatir terhadap pemeriksaan kanker serviks. Pemeriksaan tersebut kini dapat dilakukan secara mandiri di rumah
Kanker serviks merupakan penyakit ganas yang menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian akibat kanker di kalangan wanita di Indonesia.
Deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks merupakan langkah strategis dalam mengurangi angka kematian akibat kedua jenis kanker yang paling umum
Vaksinasi HPV dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi Human papillomavirus atau HPV, virus yang dapat menyebabkan kanker serviks.
Mulai tahun 2025 layanan skrining HPV DNA akan diintegrasikan dalam program pemeriksaan kesehatan gratis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved