Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

BKKBN: Belum Ada Riset BPA di AMDK terkait Infertilitas

Mediaindonesia.com
04/2/2022 11:00
BKKBN: Belum Ada Riset BPA di AMDK terkait Infertilitas
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.(DOK Pribadi.)

KEPALA Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat Hasto Wardoyo mengatakan tuduhan BPA dalam air kemasan yang bisa menyebabkan infertilitas harus dibuktikan melalui riset antarsentra penelitian. Ini diperlukan untuk benar-benar membuktikan bahwa ada kaitan antara kandungan BPA dalam air kemasan dengan infertilitas.

Menurutnya, kalau baru info awal dan belum berbasis bukti yang level of evidence-nya kuat, perlu berhati-hati untuk menyampaikannya ke publik. "Itu masih butuh riset multi center saya kira agar menjadi bukti yang kuat," ucapnya dalam keterangan tertulis, Jumat (4/2).

Dia mengatakan informasi itu perlu melihat hasil penelitian dari sentra pendidikan di UGM, Unair, UI, ditambah Singapura, AS, dan negara-negara lain. "Setelah itu baru hasilnya dipadukan dan dilihat kesimpulannya. Kalau baru info awal dan belum berbasis bukti yang level of evidence-nya kuat, itu harus hati-hati," ujarnya.

Pendapat Kepala BKKBN yang mengomandoi urusan perencanaan keluarga dan populasi nasional itu membantah spekulasi yang disebarkan oleh pihak-pihak yang anti terhadap penggunaan air kemasan galon polikarbonat yang digunakan oleh masyarakat selama puluhan tahun secara aman.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin juga menegaskan bahwa air kemasan galon guna ulang aman untuk digunakan, baik oleh anak-anak dan ibu hamil. Menurutnya, isu-isu seputar bahaya penggunaan air kemasan air guna ulang yang dihembuskan pihak-pihak tertentu tergolong hoaks.

Dunia kedokteran dan pakar kimia pun memberikan pendapatnya terkait BPA yang terdapat dalam galon guna ulang. Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan belum ada bukti air galon guna ulang menyebabkan penyakit kanker. Menurutnya, 90%-95% kanker itu dari lingkungan atau environment. "Kebanyakan karena paparan-paparan gaya hidup seperti kurang olahraga dan makan makanan yang salah, merokok, dan lain sebagainya. Jadi belum ada penelitian air galon itu menyebabkan kanker," ujarnya.

Dr. M. Alamsyah Aziz, SpOG (K), M.Kes., KIC, dokter spesialis kandungan yang juga Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), mengatakan sampai saat ini dirinya tidak pernah menemukan ada gangguan terhadap janin karena ibunya meminum air galon. Dia meminta para ibu hamil agar tidak khawatir menggunakan kemasan AMDK galon guna ulang karena aman sekali dan tidak berbahaya terhadap ibu maupun pada janinnya.

DR Ahmad Zainal, pakar polimer dari ITB juga menyayangkan ada narasi yang salah dalam memahami kandungan BPA dalam galon guna ulang berbahan polikarbonat (PC) yang dihembuskan pihak-pihak tertentu akhir-akhir ini. Sebagai pakar polimer, dia melihat PC merupakan bahan plastik yang aman.

Antara BPA dan PC, imbuhnya, merupakan dua hal yang berbeda. Banyak orang salah mengartikan antara bahan kemasan plastik polikarbonat dan BPA sebagai prekursor pembuatnya. Menurutnya, beberapa pihak sering hanya melihat dari sisi BPA yang disebutkan berbahaya bagi kesehatan tanpa memahami bahan bentukannya yaitu polikarbonatnya yang aman jika digunakan untuk kemasan pangan.

BPA memang ada dalam proses untuk pembuatan plastik PC. Dia mengibaratkannya seperti garam NaCl (Natrium chlorida). Masyarakat bukan mau menggunakan klor yang menjadi bahan pembentuk garam, tetapi yang digunakan ialah NaCl yang tidak berbahaya jika dikonsumsi. "Jadi dalam memahami ini, masyarakat harus pandai mengerti agar tidak dibelokkan oleh informasi yang bisa menyesatkan dan merugikan," kata Zainal.

Dia juga berharap berita-berita yang terkait BPA galon guna ulang harus dijelaskan secara ilmiah dan jangan dikontroversikan menurut ilustrasi masing-masing yang  bisa menyesatkan. "Jadi, harus dengan data ilmiah sehingga masyarakat kita akan memahami dan bisa mengambil keputusan sendiri," ujarnya.

Kemenkominfo melalui laman resminya juga sudah menyatakan bahwa berita-berita yang ada di media yang menyatakan galon guna ulang itu berbahaya sebagai berit
a hoaks atau telah terjadi disinformasi. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya