Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

P2G: Guru Tidak Alergi dengan Perbaikan Kurikulum

Faustinus Nua
27/1/2022 11:05
P2G: Guru Tidak Alergi dengan Perbaikan Kurikulum
Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim saat pembelajaran daring oleh Calon Guru Penggerak di SD Inpres 109 Sorong, Papua Barat, Kamis (11/2/2021)(ANTARA/OLHA MULALINDA)

HADIRNYA Kurikulum Prototipe disambut positif oleh guru-guru di Tanah Air. Sebab, kurikulum merupakan unsur penting untuk memperbaiki pendidikan sesuai arah perkembangan zaman.

Koordinator Perhimpunan Pendidik dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengatakan bahwa guru-guru antusias dengan adanya perbaikan dan penyempurnaan kurikulum dari kurikulum 2013.

"Saya rasa guru-guru tidak alergi dengan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Karena mengikuti misalnya isu-isu global atau perkembangan kondisi kayak sekarang pandemi," ujarnya kepada Media Indonesia, Rabu (27/1).

Baca juga: Tingkatkan Sinergitas K/L Agar Pembangunan Bangsa Lebih Optimal

Baca juga: BMKG: Hari Ini sebagian Kota Besar Indonesia Cerah Berawan

Antusiasme tersebut terjadi di daerah-daerah. Pemerintah daerah juga sangat ingin menerapkan kurikulum baru itu. Akan tetapi, menurutnya, kurikulum tersebut masih bersifat opsional sehingga tidak boleh ada paksaan.

Dalam hal implementasi, semua masih meraba-raba termasuk guru-guru di sekolah penggerak. Dalam artian cukup banyak penyesuaian yang terjadi lalu kebijakan juga belum harmonis. "Misalnya nomenklatur atau nama ini kurikulum sekolah penggerak kah? Program sekolah penggerak kah? Atau kurikulum prototipe atau jangan-jangan kurikulum Meredeka Belajar?" kata dia.

Lantas, P2G mendorong adanya regulasi sebagai payung hukum terkait nama kurikulum tersebut. Sehingga, tidak sekadar uji coba tetapi menunjukan adanya desain yang jelas.

Lebih lanjut, Satriwan mengatakan dalam implementasi, pendamping ahli harus betul-betul memahi kurikulum tersebut. Pendampingan bukan hanya menjadi penampung aspirasi saja.

Sehingga, pemahaman terkait Kurikulum Prototipe harus disosialisasikan kepada semua stakeholder. Menurutnya, semua pihak harus sefrekuensi dalam memahaminya.

"Jangan samapi desain yang sudah disiapkan secara baik oleh Kemendikbud yang tersampaikan ke pelatih berbeda, yang disampaikan kepada guru makin berbeda. Ini bisa terjadi distorsi secara bertingkat, ini yang membuat secanggih apapun kurikulum implementasinya tidak akan optimal," tuturnya.

Dia juga menekankan standar isi dalam kurikulum tersebut. Sejauh ini belum ada standar utama sistem pendidikan nasional yang relevan dengan kurikulum seperti standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan dan standar penilaian. "Nah keempatnya ini mang belum ada," kata dia.

"Jadi kami mendorong Kemendikbud segera melahirkan regulasinya terkait kurikulum ini. Makanya tidak heran sekarang bisa dikatakan tahapan uji coba. Kita kan belum tahu desain sekolah mana atau daerah mana yang mendekati konsep Kurikulum Prototipe," tandasnya.(H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik