Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
HADIRNYA Kurikulum Prototipe disambut positif oleh guru-guru di Tanah Air. Sebab, kurikulum merupakan unsur penting untuk memperbaiki pendidikan sesuai arah perkembangan zaman.
Koordinator Perhimpunan Pendidik dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengatakan bahwa guru-guru antusias dengan adanya perbaikan dan penyempurnaan kurikulum dari kurikulum 2013.
"Saya rasa guru-guru tidak alergi dengan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Karena mengikuti misalnya isu-isu global atau perkembangan kondisi kayak sekarang pandemi," ujarnya kepada Media Indonesia, Rabu (27/1).
Baca juga: Tingkatkan Sinergitas K/L Agar Pembangunan Bangsa Lebih Optimal
Baca juga: BMKG: Hari Ini sebagian Kota Besar Indonesia Cerah Berawan
Antusiasme tersebut terjadi di daerah-daerah. Pemerintah daerah juga sangat ingin menerapkan kurikulum baru itu. Akan tetapi, menurutnya, kurikulum tersebut masih bersifat opsional sehingga tidak boleh ada paksaan.
Dalam hal implementasi, semua masih meraba-raba termasuk guru-guru di sekolah penggerak. Dalam artian cukup banyak penyesuaian yang terjadi lalu kebijakan juga belum harmonis. "Misalnya nomenklatur atau nama ini kurikulum sekolah penggerak kah? Program sekolah penggerak kah? Atau kurikulum prototipe atau jangan-jangan kurikulum Meredeka Belajar?" kata dia.
Lantas, P2G mendorong adanya regulasi sebagai payung hukum terkait nama kurikulum tersebut. Sehingga, tidak sekadar uji coba tetapi menunjukan adanya desain yang jelas.
Lebih lanjut, Satriwan mengatakan dalam implementasi, pendamping ahli harus betul-betul memahi kurikulum tersebut. Pendampingan bukan hanya menjadi penampung aspirasi saja.
Sehingga, pemahaman terkait Kurikulum Prototipe harus disosialisasikan kepada semua stakeholder. Menurutnya, semua pihak harus sefrekuensi dalam memahaminya.
"Jangan samapi desain yang sudah disiapkan secara baik oleh Kemendikbud yang tersampaikan ke pelatih berbeda, yang disampaikan kepada guru makin berbeda. Ini bisa terjadi distorsi secara bertingkat, ini yang membuat secanggih apapun kurikulum implementasinya tidak akan optimal," tuturnya.
Dia juga menekankan standar isi dalam kurikulum tersebut. Sejauh ini belum ada standar utama sistem pendidikan nasional yang relevan dengan kurikulum seperti standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan dan standar penilaian. "Nah keempatnya ini mang belum ada," kata dia.
"Jadi kami mendorong Kemendikbud segera melahirkan regulasinya terkait kurikulum ini. Makanya tidak heran sekarang bisa dikatakan tahapan uji coba. Kita kan belum tahu desain sekolah mana atau daerah mana yang mendekati konsep Kurikulum Prototipe," tandasnya.(H-3)
Pemprov Jateng juga sudah menyiapkan sejumlah alternatif lahan untuk membuat padepokan silat berstandar nasional maupun internasional.
Program ini dirancang untuk mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga siap bersaing di pasar tenaga kerja internasional.
SEBANYAK 100 titik Sekolah Rakyat dipastikan akan beroperasional, setidaknya di awal Agustus 2025. Itu diperkirakan bakal menampung lebih dari 9.700 siswa.
Tagana bekerja sama dengan BBPPKS Banjarmasin telah membuat program Tagana masuk sekolah untuk semua sekolah rakyat di Kalsel.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, mengatakan terdapat kesalahpahaman masyarakat terkait hadirnya Permendikdasmen soal kurikulum.
Vertical Collaborative Board di jenjang SD, yang mendorong siswa untuk berkolaborasi, berbagi ide, serta mengasah kemampuan berpikir kritis dan komunikasi efektif.
Permendikbud-Ristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi yang meniadakan jurnal ilmiah merupakan sebuah kemunduran bagi pendidikan.
DALAM bukunya, Sekolah itu Candu, Roem Topatimasang (1998) menggambarkan sekolah, yang tanpa disadari, menjadi racun perusak fitrah belajar anak.
Pelajaran sejarah tetap menjadi bagian dari kurikulum baru yang penting bagi penguatan pendidikan karakter dan profil pelajar Pancasila.
Dengan tidak menetapkan materi pembelajaran yang padat, guru bisa lebih kreatif dalam membimbing siswa.
Dengan menekankan pada fleksibilitas dan tidak padat materi pembelajaran, hal itu bisa meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus mengatasi masalah kesenjangan pendidikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved