Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Presiden Minta Masyarakat tidak Pelesir ke Luar Negeri

Andhika Prasetyo
10/1/2022 16:34
Presiden Minta Masyarakat tidak Pelesir ke Luar Negeri
Ilustrasi(Antara/M Iqbal)

Presiden Joko Widodo, dalam rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, meminta masyarakat tidak bepergian ke luar negeri hingga tiga pekan ke depan jika tidak memiliki kepentingan mendesak.

Instruksi tersebut dikeluarkan mengingat semakin banyaknya kasus omikron yang terjadi di Tanah Air yang dipicu oleh perjalanan lintas negara. "Presiden secara spesifik menekankan bahwa kita harus menahan diri untuk tidak bepergian dulu ke luar negeri dalam dua hingga tiga minggu ke depan," ujar Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan usai mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (10/1).

Sebagaimana diketahui, per 9 Januari, sebanyak 414 kasus omikron telah terdeteksi di Indonesia.

Khusus di Jakarta, dari 393 pasien yang terdata, 300 di antara mereka merupakan pelaku perjalanan luar negeri.

Adapun, secara keseluruhan, positivity rate untuk kasus omikron yang berasal dari kedatangan luar negeri mencapai 14%. Angka tersebut jauh di atas positivity rate kasus transmisi lokal yang hanya 0,2%.

Data tersebut menunjukkan bahwa pelaku perjalanan ke luar negeri adalah pihak yang paling memicu tingginya kasus omikron di Indonesia.

"Jadi kami mohon untuk tahan diri dulu. Kalaupun harus ke luar negeri, taati protokol kesehatan, ikuti aturan tujuh hari karantina. Jangam minta dispensasi sana sini. Jangan pulang-pulang membawa masalah," tegas Luhut.

Secara lebih rinci, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa omikron memang tidak lebih berbahaya dibandingkan delta. Dari total 414 pasien di Tanah Air, hanya dua orang yang berstatus sedang dan membutuhkan perawatan khusus berupa oksigen.

Kendati demikian, ia meminta masyarakat tetap waspada. Pasalnya, jika jumlah masyarakat yang terinfeksi terlalu besar, itu juga bisa berbahaya. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya