KAMUS Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring milik Kemendikbud-Ristek kian hari semakin diminati oleh masyarakat. Badan Bahasa Kemendikbudristek mencatat, hingga 28 Desember 2021 KBBI sudah 142.331.621 kali diakses.
"Kami melihat KBBI semakin popular. Dan ini hasil kerja keras tim di bawah Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan didukung ahli leksikografi yang andal yang dikembangkan bersama. KBBI telah melewati dua kali pemutakhiran tahun 2021 April dan Oktober, ada 2.035 lema baru yang ditambahkan ke dalam KBBI daring kita,” jelas Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek, Endang Aminudin Aziz saat taklimat media, Selasa (28/12).
KBBI Daring adalah laman resmi pencarian kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang bisa diakses di laman https://kbbi.kemdikbud.go.id/. Laman ini dikembangkan dan dikelola oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk memberi akses informasi seluas-luasnya kepada masyarakat dan memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam pengembangan kosakata bahasa Indonesia.
KBBI Daring dengan basis Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima mulai tersedia untuk publik sejak 28 Oktober 2016, bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-88.
Endang mengatakan, makin digemarinya KBBI Daring menjadi salah satu catatan positif Badan Bahasa Kemendikbudristek sepanjang 2021.
Revitalisasi
Terkait dengan Festival Tunas Bahasa Ibu dalam rangka revitalisasi bahasa dan sastra daerah, Endang mengatakan, program itu sudah diujicobakan di tiga provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Ada lima Bahasa daerah yang direvitalisasi, yaitu bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Makassar, bahasa Bugis, dan bahasa Toraja.
Menurutnya, mitra yang berpartisipasi dalam festival itu cukup banyak, yaitu dinas pendidikan, organisasi, PTN, PTS, komunitas, budayawan, sastrawan, akademisi, serta seniman.
"Guru dan siswa menjadi mitra terpenting dalam revitalisasi bahasa dan sastra berbasis sekolah," imbuhnya.
Festival Tunas Bahasa Ibu 2021 ini menghasilkan pedoman untuk penyelenggaraan revitalisasi bahasa dan sastra daerah pada tahun 2022 yang mencakup isu global pelindungan bahasa dan sastra daerah; situasi kebahasaan di Indonesia; tantangan pelindungan bahasa dan sastra daerah; praktik pelindungan bahasa dan sastra selama ini (termasuk adanya FTBI sebagai salah satu praktik baik); pendekatan baru pelindungan bahasa dan sastra daerah; dan contoh materi pembelajaran. (H-2)