Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

COP-4.2 Konvensi Minamata Digelar di Bali Maret 2022

Faustinus Nua
06/11/2021 14:20
COP-4.2 Konvensi Minamata Digelar di Bali Maret 2022
Presiden COP-4 Konvensi Minamata Rosa Vivien Ratnawati(Dok Humas KLHK)

SEBANYAK 135 negara peserta konverensi para pihak (COP)-4 Konvensi Minamata sepakat untuk kembali melanjutkan pertemuan tatap muka atau secara fisik di Bali pada 21-25 Maret 2022.

Setelah mengakhiri COP-4.1 secara virtual pada Jumat (5/11) malam, negara-negara pihak sepakat untuk melakukan pertemuan secara fisik di COP-4.2. Pertemuan tatap muka yang juga menjadi agenda dalam COP-4.1 disetujui semua negara peserta.

Presiden COP-4 Konvensi Minamata Rosa Vivien Ratnawati mengatakan bahwa hampir tidak ada negara yang menolak usulan Indonesia selaku tuan rumah COP-4. Sehingga diharapkan dalam COP-4.2 di Bali nanti akan dihasilkan lebih banyak kespakatan di antara negara-negara pihak.

Baca jugaHari Kesadaran Tsunami Dunia, BNPB: Karena Selamat Adalah Hak Kita Semua

"Jadi kita baru saja menskors sidang COP Minamata Convention bagian yang pertama karena belum selesai COP Minamata-nya. Nanti akan dilanjutkan di Bali pada bulan Maret 2022. Dan pertemuan secara fisik ini nantinya diharapkan menghasilkan kesepakatan yang lebih banyak lagi. Karean memang dengan online kita membatasi kesepakatan hanya yang bersifat administratif saja," ungkapnya dalam konferensi pers, Sabtu (6/11).

Rosa Vivien mengungkapkan kesepakatan itu merupakan salah satu hasil dari pertemuan semalam. Sebagai konverensi internasional, COP-4 bersifat terbuka sehingga Indonesia harus melakukan pendekatan dengan biro regional dan negara-negara pihak. Hal itu menurutnya dilakukan secara satu persatu dan hasilnya pun memuaskan.

"Nah memang COP suatu konverensi internasional itu biasanya bersifat terbuka. Jadi semalam sesuatu jika ada perubahan pasti harus konsultasi dulu dengan biro-biro. Biro itu anggotanya adalah regional-regional dari negar-negara misalnya Indonesia di bawah Asia Pasifik, kemdian ada regional Amerika Latin dan Karibia, ada regional Uni Eropa, Eropa timur ada Amerika. Nah itu satu-satu harus didekati nah kemudian diplomasi negosiasi untuk kita bisa menghasilkan kesepakat. Dan Alhamdulilah COP-4.2 nanti kita akan laksanakan di Bali tanggal 21-25 Maret 2022," imbuhnya.

Kesepakatan lainnya adalah terkait program work and budget. Negara-negara pihak hanya menyepakati jumlah anggaran untuk sekretariat Konvensi Minamata, untuk bantuan teknologi dan lainnya di tahun 2022. Artinya para pihak belum menentukan budget di tahun 2023.

Rosa Vivien menerangkan bahwa alasan tidak lain karena pandemi covid-19 yang masih berlangsung. Ketidakpastian situasi pandemi menjadi pertimbangan untuk tidak segera menetapkan anggaran di tahun 2023.

"Untuk tahun 2023 kita masih belum bisa menentukan karena situasi pandemi covid ini. Dan yang 2022 pun sudah disepakati masih sangat dimungkinkan untuk direvisi dengan melihat kondisi yang berikutnya," kata dia.

Rosa Vivien menegaskan bahwa Indonesia mempunyai komitmen untuk segera mengurangi dan menghapus penggunaan merkuri. Dan dengan menjadi tuan rumah Konvensi Minamata ini juga mendorong Indonesia untuk lebih aktif lagi dalam mengentaskan merkuri yang berdampak buruk pada kesehatan dan lingkungan.

Ada 4 kegiatan atau sektor yang seeing memanfaatkan merkuri yakni manufaktur, energi, kesehatan dan tambang emas skala kecil. Untuk energi dan kesehatan, aturannya sudah jelas serta implementasinya cukup baik. Begitu pula dengan manufaktur yang meski masih digunakan tapi pemerintah terus menekan penggunaannya. Sementar masih menjadi PR adalah tambang emas skala kecil yang rata-rata menggunakan merkuri ilegal lewat perdagangan ilegal. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya