Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Hari Kesadaran Tsunami Dunia, BNPB: Karena Selamat Adalah Hak Kita Semua

Ferdian Ananda Majni
06/11/2021 13:15
Hari Kesadaran Tsunami Dunia, BNPB: Karena Selamat Adalah Hak Kita Semua
Karyawan melakukan evakuasi mandiri dengan cara keluar dari bangunan kantor saat gempa di Banda Aceh, Aceh, Jumat (8/10/2021)(ANTARA/IRWANSYAH PUTRA)

HARI Kesadaran Tsunami Sedunia diperingati setiap tanggal 5 November. Peringatan ini dimulai sejak Badan PBB menetapkannya pada Desember 2015 lalu. Pada Hari Kesadaran Tsunami Sedunia ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengajak semua unsur pentaheliks untuk selalu ingat dan waspada terhadap potensi bahaya tsunami, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir pantai.

Dengan mengetahui potensi bahaya dan kerentanannya, masyarakat diharapkan sadar akan risiko tsunami yang bisa saja menimpa diri sendiri dan orang disekitar kita kemudian sadar untuk dapat melakukan upaya-upaya mitigasi dan kesiapsiagaan berbasis komunitas guna mengurangi risiko bencana.

Baca jugaKPAI Dorong Percepat Vaksinasi Covid-19 Bagi Anak Usia 6-11 Tahun

Memperingati Hari Kesadaran Tsunami Sedunia ini, BNPB melakukan penanaman pohon di kawasan Pantai Mbah Drajid yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur pada Jumat (5/11) bersama dengan komunitas pengurangan risiko bencana yang berasal dari FPRB Provinsi Jatim, LPBI NU Provinsi Jatim, LPBI NU Lumajang, Rumah Zakat, Human Initiative, DNA Foundation, Komunitas Land Cruiser Indonesia, Pemuda Muhammadiyah, Setia Hati, Pemuda Pancasila, unsur TNI-POLRI, pemerintah desa dan masyarakat umum. Penanaman pohon tersebut sebagai salah satu langkah pengurangan risiko bencana, dan meningkatkan budaya sadar bencana, serta membangun kesiapsiagaan masyarakat akan ancaman gempa dan tsunami.

Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan menjelaskan, kegiatan ini menjadi salah satu langkah mitigasi tsunami bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan tsunami.

"Mangrove jika sudah besar insya allah menjadi pelindung kita dari terjangan tsunami. Untuk mengurangi dampak bencana yang paling penting adalah kesiapsiagaan kita akan ancaman tsunami, kita tinggal di daerah rawan tsunami, kita harus mengerti harus pergi (evakuasi) kemana, karena selamat adalah hak kita semua, caranya adalah kita harus mempunyai ilmunya dan harus mengerti bagaimana cara, kemudian harus dilatih secara terus menerus,” kata Lilik dalam keterangannya Sabtu (6/11).

Penanggulangan bencana tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun daerah, bencana adalah urusan bersama seluruh elemen bangsa.

Baca juga: AirNav Indonesia Apresiasi Studi Kasus Java Ballon Festival

“Pemerintah pusat dan daerah menjadi penanggungjawab utama untuk penanggulangan bencana, tetapi tugas melindungi ini tidak hanya BNPB dan BPBD saja namun juga seluruh kementerian dan lembaga lain serta TNI / Polri, tetapi jauh lebih penting keterlibatan masyarakat, karena bencana adalah peristiwa lokal, kalau masyarakatnya kuat dan tangguh, insya Allah kita bisa menangani bencana dengan baik,” lanjutnya.

Sementara itu Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Abdul Muhari menungkapkan, belum ada alat yang bisa memprediksi kapan terjadinya gempa tapi kita bisa tahu adanya potensi gempa di beberapa daerah di Indonesia.

“Hampir seluruh pesisir selatan Jawa merupakan daerah rawan tsunami. Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa menentukan kapan dan dimana akan terjadi gempa berikutnya, namun kita bisa tahu di selatan jawa ada zona megathrust yang mungkin memiliki potensi gempa besar di masa depan,” sebut Abdul.

Kemudian ia menuturkan, bagi warga yang tinggal di pesisir pantai, jika merasakan gempa menerus selama 20 hingga 30 detik baik itu gempa kuat maupun mengayun, langsung lakukan evakuasi.

“Jika ada gempa, kemudian menerus terasa 20 hingga 30 detik, masyarakat yang tinggal di pesisir pantai harus lakukan evakuasi, karena gempa tersebut mungkin akan menyebabkan tsunami. Berikutnya, yang paling penting adalah mitigasi berbasis alam dengan menanam vegetasi di sekitar pantai dan jangan lupa memelihara gumuk pasir yang sudah ada karena dapat berfungsi menjadi hambatan dan mengurangi kecepatan tsunami,” tuturnya.

Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo, menyatakan masyarakat harus dilibatkan dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana, karena masyarakat yang akan merasakan langsung risiko yang diakibatkan bencana.

“Semua kegiatan terkait kesiapsiagaan, mitigasi dan edukasi, harus melibatkan masyarakat dan informasi diberikan secara aktual dan terpercaya bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat memedomani informasi tersebut,” kata Pangarso.

Selain melakukan penanam pohon mangrove, peringatan Hari Kesadaran Tsunami Sedunia ini juga diisi dengan sesi edukasi terkait tsunami. Kesiapsiagaan harus dimulai dari tingkat individu dan komunitas. Dengan semakin banyaknya komunitas yang sadar akan arti penting kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami, kapasitas kolektif masyarakat diharapkan juga semakin meningkat.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya