Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Eijkman Targetkan Uji Klinik Vaksin Malaria di Awal 2022

Faustinus Nua
02/11/2021 17:21
Eijkman Targetkan Uji Klinik Vaksin Malaria di Awal 2022
-(ANTARA)

EIJKMAN Institute melalui Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman tengah melakukan persiapan uji klinik vaksin pertama malaria di dunia. Bekerja sama dengan pusat pembuatan vaksin malaria Sanaria di Amerika, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), TNI AD dan Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU), uji klinik ditarget pada awal tahun 2022 nanti.

"Rencananya awal tahun depan. Masih banyak persiapan yang harus dilakukan," ujar Direktur Eijkman Prof. Dr. dr. Amin Soebandrio kepada Media Indonesia, Selasa (2/11).

Baca juga: Menkes Cari Alternatif Vaksinasi Anak Usia 6 Tahun

Fokus utama dalam awal uji coba vaksin adalah daerah dengan kasus malaria tertinggi di Indonesia, yakni Papua. Sebanyak 400 TNI Angkatan Darat yang akan bertugas di Papua pada 2022 akan mendapatkan kesempatan pertama dalam uji klinik vaksin malaria nanti.

PRBM Eijkman telah melakukan pertemuan bersama dengan EOCRU dan Sanaria dan melakukan pembahasan terkait dengan uji klinik vaksin. Uji klinik vaksin pada TNI AD i nantinya akan dilakukan sebelum para anggota TNI AD ditugaskan selama 6 hingga 9 bulan di Papua.

"Kami akan pantau sejak mereka mereka berangkat dan bertugas delama 6-9 bulan, hingga mereka kembali ke daerah semula yang hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali malaria, semua akan kami pantau. Ini membutuhkan persiapan yang luar biasa," ujar Direktur Eijkman.

Sementara itu, dilansir oleh voaindonesia.com, Sanaria yakin kemanjuran vaksin ini mencapai 95-100%. Vaksin malaria sebelumnya yang dinamai RTS,S atau biasa disebut Mosquirix sudah dipakai selama 30 tahun di Afrika untuk memperkuat sistem kekebalan terhadap parasit malaria Plasmodium falciparum. Namun rupanya vaksin malaria harus disesuaikan dengan kondisi geografis suatu negara karena memiliki jumlah dan jenis parasit yang berbeda.

Menurut Chief Executive and Scientific Officer Sanaria, Stephen L. Hoffman, alasan memilih anggota TNI AD karena merupaka salah satu kelompok yang beresiko tinggi. Banyaknya kasus TNI AD yang ketika ditugaskan, lalu pada saat pulang tidak menyadari jika terjangkit malaria.

"Kami berdiskusi dengan perwakilan TNI yang memiliki masalah besar ketika pasukan mereka berangkat dari daerah-daerah seperti Sumatera, Jawa atau Bali yang tingkat penyakit malaria-nya rendah, ke Papua di mana penyakit malaria tinggi. Personel yang dikirim ini tidak kebal," tambahnya.

Menteri Kesehatan, yakni Budi Gunadi Sadikin mendukung penuh adanya uji coba vaksin malaria Harapannya setelah sukses dalam pemvaksinan TNI AD, maka masyarakat luas terutama anak-anak dapat mendapatkan vaksin malaria juga.(OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya