Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Pakar Klimatologi UGM: Dua Jenis Mitigasi Hadapi Hujan Lebat

Agus Utantoro
19/9/2021 13:45
Pakar Klimatologi UGM: Dua Jenis Mitigasi Hadapi Hujan Lebat
Pengendara roda dua menerobos hujan di Rangkasbitung, Lebak, Banten.(Antara/Muhammad Bagus Khoirunas.)

ADA kemungkinan terjadi hujan lebat disertai petir dan angin kencang di 27 provinsi di Indonesia hingga 30 Sepember mendatang. Pakar klimatologi UGM menunjukkan ada dua mitigasi yang dapat dilakukan. 

"Mitigasi yang dilakukan berupa struktural dan nonstruktural," jelas pakar klimatologi UGM Dr. Emilya Nurjani melalui keterangan tertulisnya, Minggu (19/9). Mitigasi struktural, ujarnya, adalah upaya pengurangan risiko bencana melalui rekayasa teknis bagunan tahan bencana.

"Sejumlah upaya mitigasi struktural yang bisa diambil menghadapi kerentanan bencana yang mungkin muncul akibat hujan lebat antara lain membersihkan sampah di selokan, sungai, maupun tubuh airnya untuk meningkatkan volume tangkapan sungai saat hujan, memperbaiki tanggul, baik tanggul beton atau tanggul alam sungai, agar debit air sungai tidak meluap, memperbaiki pintu air bendung untuk pengaliran ke saluran irigasi, serta memperkuat zona perakaran tanaman di tebing bukit," ujarnya. Selain itu, imbuhnya, membangun tebing tembok untuk mengurangi bahaya longsor di lereng-lereng yang berpotensi longsor. 

Sedangkan mitigasi nonstruktural, lanjut Emilya, dilalukan dengan kebijakan pemerintah termasuk melalui penerbitan aturan tertentu. Dengan demikian, katanya, dapat dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat untuk bersama-sama menghadapi hujan lebat. Hal lain di antaranya pemberdayaan masyarakat sebagai relawan, regulasi, dan peraturan untuk mitigasi dan adaptasi bencana.

Langkah-langkah yang harus disiapkan guna mengantisipasi bencana akibat hujan lebat salah satunya regulasi atau peraturan (SOP) menyangkut tugas yang harus dilakukan dan wilayahnya, termasuk sumber pendanaan. Selanjutnya, sosialisasi kepada masyarakat setempat yang memiliki potensi terdampak ataupun tidak untuk lbih peduli terhadap upaya mitigasi dan adaptasi. Menurut dia, pemerintah juga perlu membangun teknologi untuk mitigasi dan adaptasi dengan cara meningkatkan kapasitas, sehingga risiko bencana akan menurun.

Dalam menghadapi hujan deras ini, lanjut Emilya, masyarakat dapat menerapkan teknologi rain water harvesting atau menampung air hujan yang jatuh di atap rumah lewat talang dan ditampung dalam penampungan air hujan. Air hasil tampungan, jelasnya, selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk simpanan air atau masukkan ke sumur resapan untuk pengisian air tanah, keperluan mencuci dan mandi, maupun untuk kolam. Langkah tersebut, katanya, dapat ditempuh untuk mengurangi air hujan yang terbuang menjadi air larian yang bisa menjadi air genangan.

Hujan Lebat Berdurasi Panjang, Waspadai Tanah Longsor

Upaya lain dengan menebang cabang pohon yang sudah tinggi atau memangkas ujung-ujung pohon untuk mengantisipasi bencana angin kencang yang mungkin terjadi saat hujan lebat. Tak hanya itu, masyarakat di daerah pedesaan dapat membuat sumur resapan bersama (biopori) atau membersihkannya sehingga tebal air hujan yang ditampung bisa lebih banyak. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya