Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengukuhkan empat penelitinya sebagai Profesor Riset dalam Orasi Pengukuhan yang diselenggarakan virtual, pada Rabu (1/9). Empat peneliti yang dikukuhkan yaitu peneliti bidang bioteknologi hewan Yantyanti Widyastuti, peneliti bidang geologi Haryadi Permana dan Sri Yudawati Cahyarini, serta Sri Rahayu yang merupakan peneliti bidang botani. Keempatnya dikukuhkan sebagai Profesor Riset ke 155,156,157, dan 158 di lingkungan LIPI, sekaligus merupakan Profesor Riset ke 608, 609, 610, dan 611 secara nasional.
Dalam Orasi Pengukuhan ini, Profesor Riset Yantyanti Widyastuti menyampaikan orasinya yang berjudul “Inovasi Produk Pakan Sapi Potong Berbasis Bakteri Asam Laktat untuk Mendukung Usaha Peternakan Nasional”; Profesor Riset Haryadi Permana menyampaikan orasi “Pemanfaatan Hasil Riset Kepingan Kerak Samudra Purba dalam Perspektif Dinamika Kerak Bumi Aktual”; Profesor Riset Sri Yudawati Cahyarini dengan orasinya “Kontribusi Penelitian Iklim Masa Lampau dalam Memahami Perubahan Iklim”; dan Profesor Riset Sri Rahayu dengan orasi “Konservasi Biodiversitas dan Pemanfaatan Berkelanjutan Hoya Indonesia”.
Baca juga: UU Pendidikan Kedokteran Dinilai Masih Relevan
Keberadaan para peneliti yang telah resmi menyandang gelar Profesor Riset ini pun diharapkan dapat memberikan sumbangsih besar dalam dunia iptek dan inovasi nasional. Peran para peneliti sangat penting dalam pembangunan yang berbasis riset dan inovasi ke depan.
“Saya yakin keempat professor yang dikukuhkan dapat siap memberikan sumbangsih bagi pembangunan ekonomi Indonesia melalui iptek dan inovasi. LIPI dalam hal ini siap dengan segala transisi yang akan dijalankan dalam konsolidasi BRIN,” ujar Plh. Kepala LIPI Agus Haryono dalam keterangan resmi, Rabu (1/9).
Sementara itu, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menegaskan bahwa gelar professor riset merupakan sebuah tanggung jawab besar. Gelar tersebut bukan semata-mata untuk diri sendiri, tetapi menuntut kontribusi lebih dalam dunia riset nasional.
“Gelar ini memberikan tambahan beban yang tidak ringan, karena sebagai professor riset akan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi menjadi penghela terdepan di dunia riset,” terang Handoko.
Terkait peleburan lembaga litbangjirap di Indonesia ke dalam BRIN, dalam kesempatan ini Kepala BRIN mendorong agar seluruh insan iptek dan inovasi di tanah air siap menjalankan perubahan besar dalam sejarah riset di tanah air.
“Ini tentu tidak mudah. Tetapi kita akan melaksanakan amanat dan penugasan dari negara ini dengan niat yang baik dan tulus, dengan tujuan memperbaiki ekosistem riset dan inovasi di Indonesia, untuk memperbaiki masalah-masalah fundamental,” tandasnya. (H-3)
Kerja sama dengan University of Waterloo itu berada dalam FINCAPES Project yang didanai oleh Pemerintah Kanada.
Kemdiktisaintek menegaskan komitmennya untuk memperkuat perlindungan dan pemanfaatan kekayaan intelektual (KI) dari hasil riset dan inovasi perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
MENTERI Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Brian Yuliarto mengatakan upaya penguasaan riset jadi tanggung jawab bersama.
Para peneliti dan akademisi memiliki tugas mulia dalam memajukan industri dan menghasilkan SDM unggul.
Program S3 bergelar PhD tersebut terbuka untuk dosen dan profesional di Indonesia, dengan sistem pembelajaran berbasiskan riset (by research) selama tiga tahun.
Penelitian ini membuka peluang baru dalam pengembangan bahan biomimetik yang lebih kompatibel dengan sistem biologis.
PENGAMAT Jaringan Damai Papua, Adriana Elisabeth, berpendapat kunjungan dan pertemuan Majelis Rakyat Papua (MRP) dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tidak mewakili seluruh Papua.
Baru-baru ini, pakar ilmu politik Ikrar Nusa Bhakti dalam sebuah dialog di TV mengatakan, politik di negeri ini sudah masuk kategori disgusting, bukan lagi interesting, bukan pula amusing.
PBB memperingatkan bahwa 40% hewan penyerbuk invertebrata (terutama lebah dan kupu-kupu), berisiko mengalami kepunahan global.
Neanderthal adalah spesies kuno yang tinggal di Eurasia 40.000 tahun yang lalu.
Beberapa pendatang pertama datang ke benua ini dari Tiongkok selama dua gelombang migrasi berbeda
Undang-undang yang ketat pada saat itu bertujuan untuk mengendalikan ekspansi perkotaan dan erosi tanah, serta untuk mencegah pasir gurun menyapu Tripoli,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved